Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Kementerian Perindustrian mendorong
realisasi investasi sektor manufaktur senilai 1,7 miliar dolar AS yang
sudah terdaftar di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
"Ini
sedang kita kejar agar bisa direalisasikan dan beberapa industri sedang
kita monitor, antara lain industri pengembangan petrokimia di Cilegon,
ada Lotte dan Candra Asri, kemudian sektor otomotif dan elektronika,"
kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, Senin.
Airlangga menyampaikan hal itu saat menggelar konferensi pers terkait kinerja 3 tahun industri di Ruang Garuda, Kemenperin.
Airlangga
memaparkan, investasi merupakan kunci untuk meningkatkan kontribusi
sektor industri pengolahan non migas dan migas terhadap pertumbuhan
ekonomi nasional, di mana angkanya mencapai 22 persen pada 2015.
Mantan
anggota DPR RI tersebut optimistis bahwa komitmen investasi tersebut
dapat segera terealisasi hingga 2019, mengingat Indonesia memberikan
kemudahan dan keuntungan bagi investor.
"Waktu
kami ke Jepang, investor menilai, Investasi di Indonesia itu memberikan
keuntungan 60 persen dibandingkan nilai yang mereka tanamkan. Kita sudah
punya track record itu," tukasnya.
Kemenperin
juga berupaya menjaga kepercayaan publik dan investor dengan menjaga
iklim investasi agar tetap kondusif agar investor masuk ke Indonesia.
Dengan
realisasi investasi tersebut, diharapkan kontribusi sektor industri
pengolahan migas dan non migas bisa terus meningkat, sehingga menjadi
tulang punggung pertumbuhan ekonomi.
Airlangga
menyampaikan, sebanyak 15 negara dengan kinerja sektor manufaktur
terbaik di dunia memiliki kontribusi sektor manufaktur terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB) yang berbeda-beda dengan rata-rata 17 persen.
Hal
ini disebabkan oleh banyak sektor, salah satunya adalah kebijakan yang
berlaku di negara tersebut dalam mendorong sektor manufaktur.
Manufaktur
Korea memiliki kontribusi terhadap PDB paling besar di antara 15 negara
di dunia, yakni 29 persen. Disusul China dengan kontribusi 27 persen,
Jerman dengan kontribusi 23 persen dan Indonesia dengan kontribusi 22
persen.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2017