Jakarta (Antaranews Gorontalo) - Sekuat apapun Anda menyembunyikan rasa sakit, wajah Anda mungkin memberi petunjuk kalau Anda sedang tak sehat dan ini bisa rekan Anda atau orang lain mendeteksinya.
Dalam serangkaian percobaan yang diterbitkan dalam Proceedings of the Royal Society B, para peneliti menemukan bahwa orang dapat secara akurat membedakan antara yang sakit dan sehat hanya dengan melihat foto mereka.
Untuk menguji apakah isyarat wajah saja bisa menunjukkan tanda-tanda penyakit, peneliti memberi 22 orang dewasa suntikan bakteri umum atau plasebo.
Suntikan ini tak membuat mereka benar-benar sakit. Tetapi hanya menipu sistem kekebalan tubuh dan memicu respons inflamasi. Setelah mendapat suntikan, para partisipan mulai merasa mual.
Dua jam setelah itu, para partisipan diminta duduk untuk berfoto dengan ekspresi netral dan tanpa mengenakan riasan. Peneliti lalu memperlihatkan foto-foto itu pada 62 orang sukarelawan.
Para sukarelawan melihat foto-foto itu selama lima detik. Sesudahnya, mereka harus menilai orang-orang dalam foto itu terlihat sakit atau sehat.
Hasil percobaan memperlihatkan, 41 persen sukarelawan mendeteksi orang dalam foto dalam kondisi sakit.
"Hasil ini menunjukkan bahwa orang-orang yang tidak terlatih bisa mengidentifikasi individu yang sakit akut dari sekedar mengamati foto selama beberapa detik," tulis para peneliti dalam laporan mereka.
"Ini mendukung anggapan bahwa manusia memiliki kemampuan mendeteksi tanda-tanda penyakit pada fase awal," imbuh mereka.
Para peneliti juga menunjukkan foto yang sama pada 60 orang lainnya dan meminta mereka menilai karakteristik spesifik kulit, mata dan mulut orang-orang dalam foto.
Hasilnya, bibir yang pucat pada orang-orang menjadi bagian wajah yang paling banyak partisipan identifikasi. Kulit yang pucat, wajah bengkak, kelopak mata membesar dan mata merah menjadi ciri orang yang sakit.
Kendati begitu, temuan penelitiam terbatas pada penyakit umum yang disebabkan oleh respon kekebalan tubuh dan mungkin tidak berlaku untuk penyakit atau jenis penyakit lainnya.
Mereka mengungkapkan perlunya penelitian lebih lanjut untuk memahami seberapa banyak manusia menggunakan kemampuan bawaan ini untuk "memindai tanda-tanda penyakit" pada rekan-rekan mereka. Demikian seperti dilansir Time.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2018