Gorontalo, (Antaranews Gorontalo) - Lembaga Sahabat Anak, Perempuan dan Keluarga (Salampuan) melatih sejumlah pelajar, untuk menjadi agen literasi antipornografi bagi remaja lainnya di lingkungan masing-masing.
Koordinator Salampuan, Asriyati Nadjamuddin mengatakan pihaknya memberikan penyuluhan kepada siswa sebagai bentuk literasi pornografi serta membagikan buku "Don`t Do Sexting" kepada para siswa.
"Kemarin ada 30 siswa yang dilatih dan kami berharap ilmunya bisa menular kepada siswa lainnya dan pekan depan sekitar 100 remaja akan dilatih hal yang sama," ujar Asri di Gorontalo, Senin.
Ia menjelaskan dua dekade terakhir teknologi media dan komunikasi meningkat pesat dan menimbulkan dampak yang berpengaruh luas bagi anak dan remaja.
Menurutnya kegiatan atau aktivitas pribadi mulai terbiasa didokumentasikan dan disebarkan melalui telepon genggam atau sosial media.
Bahkan banyak remaja mengunggah momen kemesraan bersama pasangan mereka ke dunia maya, namun pelaku hanya menganggapnya sebagai masalah yang sepele atau sekedar .
"Inilah yang dimaksud sexting. Dan jika sexting itu sampai terjadi, dampak buruknya akan beruntun menghadang sang remaja. Mulai dari "cyber bullying", merusak reputasi diri, keluarga, dan sekolah, menjadi korban predator paedophilia, hingga stress ingin bunuh diri," ungkapnya.
Salah satu gerakan pencegahan, lanjutnya, adalah kampanye dalam bentuk penyuluhan dan menyebarkan buku saku berjudul "Don`t Do Sexting"* yang diterbitkan oleh Masyarakat Tolak Pornografi.
"Buku saku ini praktis dan mudah dipahami oleh remaja. Bahkan bisa juga dipakai oleh para remaja itu sendiri untuk menyadarkan teman-teman sebaya mereka," tambahnya.
Salampuan melakukan edukasi sekaligus membagikan buku saku tersebut kepada anak dan remaja di Provinsi Gorontalo, serta mengimbau masyarakat untuk ikut menggandakan buku.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2018
Koordinator Salampuan, Asriyati Nadjamuddin mengatakan pihaknya memberikan penyuluhan kepada siswa sebagai bentuk literasi pornografi serta membagikan buku "Don`t Do Sexting" kepada para siswa.
"Kemarin ada 30 siswa yang dilatih dan kami berharap ilmunya bisa menular kepada siswa lainnya dan pekan depan sekitar 100 remaja akan dilatih hal yang sama," ujar Asri di Gorontalo, Senin.
Ia menjelaskan dua dekade terakhir teknologi media dan komunikasi meningkat pesat dan menimbulkan dampak yang berpengaruh luas bagi anak dan remaja.
Menurutnya kegiatan atau aktivitas pribadi mulai terbiasa didokumentasikan dan disebarkan melalui telepon genggam atau sosial media.
Bahkan banyak remaja mengunggah momen kemesraan bersama pasangan mereka ke dunia maya, namun pelaku hanya menganggapnya sebagai masalah yang sepele atau sekedar .
"Inilah yang dimaksud sexting. Dan jika sexting itu sampai terjadi, dampak buruknya akan beruntun menghadang sang remaja. Mulai dari "cyber bullying", merusak reputasi diri, keluarga, dan sekolah, menjadi korban predator paedophilia, hingga stress ingin bunuh diri," ungkapnya.
Salah satu gerakan pencegahan, lanjutnya, adalah kampanye dalam bentuk penyuluhan dan menyebarkan buku saku berjudul "Don`t Do Sexting"* yang diterbitkan oleh Masyarakat Tolak Pornografi.
"Buku saku ini praktis dan mudah dipahami oleh remaja. Bahkan bisa juga dipakai oleh para remaja itu sendiri untuk menyadarkan teman-teman sebaya mereka," tambahnya.
Salampuan melakukan edukasi sekaligus membagikan buku saku tersebut kepada anak dan remaja di Provinsi Gorontalo, serta mengimbau masyarakat untuk ikut menggandakan buku.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2018