Gorontalo,  (Antaranews Gorontalo) - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Gorontalo Eko Marsoro, Selasa, mengatakan volume ekspor melalui pelabuhan di daerah itu pada Februari 2018 mengalami penurunan.

Data BPS menunjukkan volume ekspor sebesar 3.850,00 ton yang hanya terdiri dari kelompok jagung, yang turun sebesar 67,92 persen jika dibandingkan dengan bulan Januari 2018 sebesar 12.000,52 ton.

Ia menjelaskan, nilai ekspor bulan Februari 2018 yang melalui pelabuhan di Provinsi Gorontalo adalah sebesar 1.014.475 Dolar Amerika, dengan negara tujuan ekspor adalah Philipina.

"Pada bulan tersebut terdapat satu jenis komoditas yang diekspor melalui pelabuhan yaitu jagung, dengan nilai ekspor sebesar 1.014.475 Dolar Amerika," ujarny di Gorontalo.

Sementara pada bulan Januari 2018 terdapat ekspor kelompok gula dan kembang gula sebesar 1.050.045 Dolar Amerika.

Menurutnya, beberapa komoditi yang berasal dari Provinsi Gorontalo diekspor melalui pelabuhan di provinsi lain, seperti melalui Pelabuhan di Surabaya, DKI Jakarta, Makasar, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Tengah.

Komoditi yang diekspor melalui pelabuhan di provinsi lain pada Februari 2018 adalah kelompok ikan dan udang/kepiting sebesar 10.972 Dolar Amerika yang diekspor melalui Bandara Soekarno-Hatta DKI Jakarta menuju Malaysia dan Singapura.

Selain itu ada kelompok paket pos, parsel dan barang retur sebesar 222 Dolar Amerika yang diekspor melalui Bandara Sultan Hasanuddin Makasar menuju Tiongkok, Singapura, dan Amerika Serikat.

Pada Februari 2018, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman hari ini melepas 57.650 ton jagung produksi Gorontalo ke Filipina di Pelabuhan Kota Gorontalo.

Menurutnya hal tersebut berkebalikan dengan kondisi pada zaman dulu, saat Indonesia mengimpor jagung 3,6 juta ton atau senilai Rp 10 triliun dari negara tersebut.

"Hari ini kita membalikkan impor menjadi ekspor perdana dari Gorontalo sebesar 57.650 ton dari target 100 ribu ton," kata Amran saat berkunjung ke Gorontalo, Rabu, 14 Februari 2018.

Dari target produksi jagung 100 ribu ton dari Provinsi Gorontalo atau setara dengan Rp 400 miliar, dinilainya akan berdampak besar bagi petani lokal.

"Dulu produksi petani jagung Gorontalo hanya 300 sampai 500 ribu ton, tapi sekarang mencapai 1,5 juta ton atau naik satu juta ton. Jadi pendapatan petani naik kurang-lebih Rp 4 triliun," ungkapnya.
 

Pewarta: Debby H. Mano

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2018