Washington, (Antara/Reuters) - Pemerintah Amerika Serikat mengaku akan memberikan subsidi senilai 12 milyar dolar AS atau sekitar Rp170 triliun untuk petani, meringankan dampak perang dagang dengan China dan Uni Eropa.

China memberlakukan tarif impor bagi produk pertanian Amerika Serikat untuk membalas kebijakan serupa dari Presiden Donald Trump. Sebagian besar petani memilih Trump dalam pemilu presiden 2016 lalu.

Selama beberapa bulan terakhir, Trump berulangkali menyampaikan rencana subsidi untuk para petani, setelah China membatalkan impor kedelai dan hasil panen lain dari negara tersebut.

Bantuan ini merupakan kebijakan sementara untuk meringankan beban para petani, saat Amerika Serikat dan China menegosiasikan masalah perdagangan.

"Tentu saja ini adalah solusi sementara yang akan digantikan dengan kebijakan perdagangan jangka panjang oleh Presiden Trump," kata Menteri Pertanian Amerika Serikat, Sonny Perdue.

Saat berpidato di Kansas City, Missouri, pada Selasa, sang presiden kembali secara agresif membela diri atas kebijakan perdagangan internasional yang dia putuskan.

"Kami harus melakukannya," kata Trump sambil mengecam China dan Uni Eropa.

Trump akan mengunjungi Iowa dan Illinois -- dua wilayah pertanian -- pada pekan ini untuk membantu kandidat anggota parlemen dari Partai Republik yang akan bersaing merebut suara pada pemilu November mendatang.

Kebijakan subsidi akan membuat para politikus Partai Republik kebingungan karena partai tersebut biasanya menolak program-program bantuan besar dari pemerintah yang dianggap merugikan keuangan negara.

Beberapa kandidat bahkan langsung menolak usulan Trump.

"Tarif adalah bentuk lain dari pajak yang merugikan konsumen dan produsen Amerika," kata Senator Partai Republik dari Kentucky, Ran Paul, di akun Twitternya.

"Jika tarif merugikan petani, maka jawabannya bukan subsidi, melainkan penghapusan tarif," kata dia.

Sementara itu Jackie Speier, anggota Dewan Representatif Partai Republik dari Kalifornia, yang merupakan negara bagian dengan produk pertanian besar, juga menyampaikan hal sama.

"Baiklah presiden, Anda sendiri yang menciptakan kekacauan ini dengan perang dagang, sekarang Anda akan menghabiskan uang negara sebesar 12 milyar dolar AS untuk meredam kemarahan para petani yang memilih Anda," kata dia.

Para petani Amerika Serikat saat ini memang menjadi sasaran perang dagang dari negara-negara yang ingin membalas penerapan tarif impor atas produk-produk aluminium dan baja dari China, Uni Eropa, Kanada, dan Meksiko. Negara-negara itu pada akhirnya juga menerapkan tarif pada hasil pertanian Amerika Serikat seperti kedelai, keju, daging, dan minuman.

Kelompok advokasi industri pertanian, Farmers for Free Trade, mengecam kebijakan pemerintahan Trump.

"Cara terbaik adalah mengakhiri perang dagang. Petani butuh kontrak, bukan kompensasi sehingga mereka bisa merencanakan masa depan. Usulan ini hanyalah upaya jangka pendek yang menutupi kerusakan jangka panjang akibat tarif," kata direktur pelaksana organisasi itu, Brian Kehl.

Pewarta: Antara

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2018