Sampit, Kalteng (Antaranews Gorontalo) - Sebanyak 13 nelayan Indramayu bertahan enam jam di laut dengan mengapung di atas lambung Kapal Motor Bunga Hati 2 yang terbalik akibat dihantam gelombang, hingga ada kapal lain lewat dan menolong mereka.
"Meski posisi lambung kapalnya terbalik, tapi masih mengapung. Di sanalah kami bertahan. Saya cari dan kumpulkan semua ABK (anak buah kapal), karena kalau ada yang terpisah itu yang bahaya," kata Kapten KM Bunga Hati 2, Maslani, saat tiba di tempat evakuasi di Pelabuhan Sampit, Minggu.
Maslani dan 12 rekannya bertolak dari Indramayu pada Kamis (3/8) sore. Namun, baru menempuh perjalanan sekitar 30 mil dari pantai, malam itu angin kencang dan gelombang sekitar 2,5 meter menghantam kapal mereka dan membuat kapal berbobot 27 gross ton (GT) itu terbalik.
Maslani dan seluruh anak buahnya panik dan berusaha menyelamatkan diri di tengah gelombang ganas.
Ia makin panik karena teringat salah satu anak buahnya yang tidak bisa berenang. Dengan bersusah payah, anak buah kapal tersebut berhasil diselamatkan berkat bantuan rekan-rekannya.
Mereka kemudian merapat ke lambung kapal yang sudah dalam posisi terbalik agar bisa tetap mengapung dan tidak kelelahan.
Sekitar enam jam terombang-ambing di laut, KM Bahari Maju II melintas pada Jumat (3/8) dini hari. Mereka kemudian melambaikan tangan dan mengibarkan kain merah yang mereka temukan sehingga berhasil terlihat oleh nakhoda KM Bahari Maju II.
Nakhoda dan 12 anak buah kapal tersebut diselamatkan KM Bahari Maju II yang dinakhodai Kapten Hendra Yusuf. Mereka kemudian dibawa ke Sampit karena kapal barang itu memang sedang dalam perjalanan menuju Sampit.
"Kami tidak menyangka karena saat berangkat itu cuaca sangat bagus, namun ketika di laut berubah memburuk. Alhamdulillah berhasil diselamatkan. Kami sangat berterima kasih kepada semua pihak yang menyelamatkan dan membantu kami," kata Maslani.
Baca juga: Basarnas kerahkan tujuh kapal cari korban kapal terbalik di Indramayu
Baca juga: 13 ABK KM Bunga Hati dievakuasi ke Sampit
Kapal Motor Bunga Hati 2 dipimpin Maslani sebagai nakhoda dan Trisno Purnomo sebagai motoris, sedangkan anak buah kapal terdiri atas Supiyanto, Wardani, Ferdian, Warno, Kaeron, Mahendra, Toni, Wahyono, Omang Aldianto, Bagja, dan Ernoto.
Sesampainya di muara Sungai Mentaya, nakhoda dan 12 anak buah kapal KM Bunga Hati 2 itu dievakuasi menuju Pelabuhan Sampit.
Tim gabungan dari Basarnas, KSOP Sampit, Polres Kotawaringin Timur, Ditpolair Polda Kalimantan Tengah, TNI AL, Palang Merah Indonesia, dan lainnya mengerahkan armada dan personel mereka untuk membantu evakuasi.
Mereka dibawa ke Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Sampit untuk didata dan diperiksa kondisi kesehatannya. Hasil pemeriksaan, kondisi mereka sehat meski beberapa ada yang mengeluh kelelahan.
"Supaya kondisi kesehatan mereka benar-benar pulih, mereka diinapkan dulu di hotel agar mereka bisa beristirahat. Selanjutnya untuk pemulangan mereka, nanti menunggu pimpinan mereka datang menjemput," kata Koordinator Basarnas Pos Sampit Suprapto.
Ia mengimbau nelayan dan nakhoda kapal barang maupun penumpang untuk meningkatkan kewaspadaan.
Nakhoda, kata dia, diminta tidak memaksakan diri melaut ketika cuaca mulai memburuk supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2018
"Meski posisi lambung kapalnya terbalik, tapi masih mengapung. Di sanalah kami bertahan. Saya cari dan kumpulkan semua ABK (anak buah kapal), karena kalau ada yang terpisah itu yang bahaya," kata Kapten KM Bunga Hati 2, Maslani, saat tiba di tempat evakuasi di Pelabuhan Sampit, Minggu.
Maslani dan 12 rekannya bertolak dari Indramayu pada Kamis (3/8) sore. Namun, baru menempuh perjalanan sekitar 30 mil dari pantai, malam itu angin kencang dan gelombang sekitar 2,5 meter menghantam kapal mereka dan membuat kapal berbobot 27 gross ton (GT) itu terbalik.
Maslani dan seluruh anak buahnya panik dan berusaha menyelamatkan diri di tengah gelombang ganas.
Ia makin panik karena teringat salah satu anak buahnya yang tidak bisa berenang. Dengan bersusah payah, anak buah kapal tersebut berhasil diselamatkan berkat bantuan rekan-rekannya.
Mereka kemudian merapat ke lambung kapal yang sudah dalam posisi terbalik agar bisa tetap mengapung dan tidak kelelahan.
Sekitar enam jam terombang-ambing di laut, KM Bahari Maju II melintas pada Jumat (3/8) dini hari. Mereka kemudian melambaikan tangan dan mengibarkan kain merah yang mereka temukan sehingga berhasil terlihat oleh nakhoda KM Bahari Maju II.
Nakhoda dan 12 anak buah kapal tersebut diselamatkan KM Bahari Maju II yang dinakhodai Kapten Hendra Yusuf. Mereka kemudian dibawa ke Sampit karena kapal barang itu memang sedang dalam perjalanan menuju Sampit.
"Kami tidak menyangka karena saat berangkat itu cuaca sangat bagus, namun ketika di laut berubah memburuk. Alhamdulillah berhasil diselamatkan. Kami sangat berterima kasih kepada semua pihak yang menyelamatkan dan membantu kami," kata Maslani.
Baca juga: Basarnas kerahkan tujuh kapal cari korban kapal terbalik di Indramayu
Baca juga: 13 ABK KM Bunga Hati dievakuasi ke Sampit
Kapal Motor Bunga Hati 2 dipimpin Maslani sebagai nakhoda dan Trisno Purnomo sebagai motoris, sedangkan anak buah kapal terdiri atas Supiyanto, Wardani, Ferdian, Warno, Kaeron, Mahendra, Toni, Wahyono, Omang Aldianto, Bagja, dan Ernoto.
Sesampainya di muara Sungai Mentaya, nakhoda dan 12 anak buah kapal KM Bunga Hati 2 itu dievakuasi menuju Pelabuhan Sampit.
Tim gabungan dari Basarnas, KSOP Sampit, Polres Kotawaringin Timur, Ditpolair Polda Kalimantan Tengah, TNI AL, Palang Merah Indonesia, dan lainnya mengerahkan armada dan personel mereka untuk membantu evakuasi.
Mereka dibawa ke Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Sampit untuk didata dan diperiksa kondisi kesehatannya. Hasil pemeriksaan, kondisi mereka sehat meski beberapa ada yang mengeluh kelelahan.
"Supaya kondisi kesehatan mereka benar-benar pulih, mereka diinapkan dulu di hotel agar mereka bisa beristirahat. Selanjutnya untuk pemulangan mereka, nanti menunggu pimpinan mereka datang menjemput," kata Koordinator Basarnas Pos Sampit Suprapto.
Ia mengimbau nelayan dan nakhoda kapal barang maupun penumpang untuk meningkatkan kewaspadaan.
Nakhoda, kata dia, diminta tidak memaksakan diri melaut ketika cuaca mulai memburuk supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2018