Gorontalo, (Antaranews Gorontalo) - Dalam sebuah grup aplikasi Whatsapp, seorang ibu bertanya, "Produksi ASI saya berkurang, bagaimana cara agar melimpah lagi".
Pertanyaan itu seketika dijawab sejumlah perempuan lainnya yang tergabung dalam Gerakan Air Susu Ibu (ASI) Ekslusif, grup yang sebagian besar terdiri atas ibu hamil dan menyusui di Gorontalo.
Produksi ASI berkurang, hasil perah yang sedikit, atau bahkan tidak keluar pada hari pertama kelahiran bayi menjadi pertanyaan yang paling banyak dilontarkan di grup ini. Hal itu menunjukkan kemungkinan besar banyak ibu dan calon ibu di luar sana, mempunyai kekhawatiran dan masalah yang sama.
Belum semua ibu menyusui memahami bahwa prinsip produksi ASI adalah permintaan dan persediaan. Makin sering payudara diisap atau dikosongkan, maka makin banyak ASI diproduksi.
"Hal ini yang berulang kali saya lontarkan menjawab keresahan akan produksi ASI. Bagi ibu baru, biasanya ketidaktahuan akan tahapan produksi ASI akan menjadi faktor yang memicu pilihan kepada susu formula," kata konsultan laktasi di Gorontalo, Nur Dariatni M. Ismail.
Bagi ibu yang bekerja di luar rumah, masalah yang kerap menghampiri adalah hasil perah atau pompa yang minim dan membutuhkan waktu lama.
Untuk menjawab keluhan tersebut, perempuan yang biasa dipanggil Nita itu, mengingatkan bahwa memerah ASI pun butuh kedisiplinan.
"Pompalah setiap dua hingga tiap jam sekali dan pada jam yang sama. Cara ini efektif untuk mengirim pesan ke otak dan merangsang hormon untuk segera memproduksi ASI di waktu yang sama," tambahnya.
Ia mengemukakan bahwa ibu menyusui kerap lupa bahwa ASI melibatkan kerja-kerja hormon, sehingga situasi perasaan ibu akan turut memengaruhi banyak tidaknya air susu.
Isapan bayi atau pompa akan merangsang syaraf-syaraf yang ada pada puting ibu. Syaraf-syaraf ini kemudian menyebabkan hormon prolaktin dan oksitosin dilepaskan ke aliran darah ibu.
Hormon prolaktin akan bereaksi terhadap jaringan penghasil ASI di payudara, sedangkan hormon oksitosin berfungsi mendorong otot-otot kecil di sekitar sel penghasil ASI untuk berkontraksi.
Kontraksi ini menyebabkan payudara mendorong ASI keluar. Dalam laktasi ada istilah Let-down reflex (LDR), yakni refleks keluarnya ASI dari payudara yang berlangsung beberapa detik hingga menit. Biasanya, inilah momentum yang paling dinanti ibu saat memerah, karena botol akan segera terisi dalam waktu singkat.
Konsultan laktasi lainnya, dokter Sri Wilin Lihawa mengatakan data Kementerian Kesehatan menunjukkan hanya sekitar 30 persen perempuan di Indonesia yang menyusui bayinya.
"Masih ada anggapan bahwa menyusui itu nggak keren, nggak kekinian. Padahal kita tidak sedang membahas masalah itu, tetapi sedang mempertaruhkan fondasi kehidupan sang anak," kata dia saat bincang-bincang Sepekan ASI Sedunia di City Mall Gorontalo, Minggu (5/8).
Memerah ASI dapat menjadi alternatif bagi ibu selain menyusui langsung, sehingga mencapai ASI ekslusif selama enam bulan bukan hal yang tidak mungkin.
Teknik ini juga telah didukung dengan beragam pilihan pompa mulai dari yang manual hingga elektrik, mulai dari harga ratusan ribu hingga jutaan rupiah.
Belakangan, alat memompa berikut perangkat pendukung memerah ASI menjadi bisnis yang menjalar dan menggiurkan di Indonesia. Setidaknya, bukan hanya perusahaan susu formula yang menguasai penuh bisnis di zona ini.
Dokter Spesialis Anak Shekina Rondonuwu pun turut berkisah tentang manfaat ASI yang tidak tergantikan oleh susu formula merek apapun.
Ia memberi contoh tentang peran ASI pada saat bayi demam, yang seringkali membuat banyak orang tua panik.
"Bahkan ada ibu yang anaknya demam baru sekitar 20 menit, sudah cemas dan konsultasi ke saya," ungkapnya.
Padahal yang paling mendesak untuk dilakukan saat bayi demam adalah memenuhi asupan cairan agar tidak terjadi dehidrasi. Dalam hal ini, ASI adalah yang terbaik.
Shekina juga menjelaskan proses pemberian asupan gizi pada anak secara bertahap. Yang pertama Inisiasi Menyusui Dini (IMD) yakni bayi menyusu sejak ia baru dilahirkan, ASI Eksklusif selama enam bulan pertama, pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) sambil tetap meneruskan pemberian ASI, dan dilanjutkan sampai bayi berusia dua tahun atau lebih.
Kampanye
Kurangnya pengetahuan calon ibu dan ibu menyusui tentang berbagai hal mengenai ASI mendorong Salam Puan, sebagai lembaga yang memberikan perhatian terhadap masalah anak, perempuan, dan keluarga untuk mengintensifkan kampanye ASI di Gorontalo.
Pekan ASI Sedunia hanya satu dari banyak kesempatan baik yang dipilih lembaga itu untuk mengampanyekan ASI.
"Sebelumnya kami membentuk grup dan forum di media sosial, agar para perempuan mudah mengakses informasi terkait menyusui," ujar Ketua Salam Puan Asriyati Nadjamuddin.
Dalam grup tersebut, sekitar 240 perempuan berbagi pengalaman menyusui dan mengasuh anak setiap saat.
Mereka juga bisa berkonsultasi dengan dokter anak dan konsultan laktasi dalam Kuliah Whatsapp yang digelar setiap akhir pekan.
Cara lain yang dilakukan adalah diskusi langsung secara rutin serta sederet kegiatan Pekan ASI Sedunia 1-7 Agustus 2018 seperti video testimoni para ibu menyusui, bincang bersama para konselor ASI, peluncuran Antologi Ibu Menyusui, dan Fun Walk Baby, serta Lomba Ibu Mewarnai.
Asriyati berharap cara-cara yang ditemupuh ini dapat menggugah pikiran dan rasa warga serta pemerintah untuk bersinergi dalam mendukung keberhasilan pemberian ASI di Gorontalo.
"Semoga angka ibu-ibu yang menyusui di Gorontalo meningkat. Dan yang terpenting adalah?calon orang tua mengedukasi dirinya sebelum bayi mereka lahir ke dunia," tandasnya.
Ia juga berharap dukungan pemerintah daerah, khususnya terkait dengan peraturan-peraturan yang promenyusui serta adanya fasilitas pendukung seperti ruang laktasi.
"Kantor dan tempat umum yang memiliki ruang laktasi dapat dihitung dengan jari. Bahkan mal di Gorontalo pun tidak menyediakannya. Pemda dapat mendorong ini agar segera terealisasi," sambungnya.
Bagaimanapun, keberhasilan menyusui bukan beban ibu semata. Selayaknya ada peran keluarga dan pemerintah untuk meningkatkan cakupan ASI terhadap generasi selanjutnya. Selamat Pekan ASI sedunia, menyusuilah dengan bahagia.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2018
Pertanyaan itu seketika dijawab sejumlah perempuan lainnya yang tergabung dalam Gerakan Air Susu Ibu (ASI) Ekslusif, grup yang sebagian besar terdiri atas ibu hamil dan menyusui di Gorontalo.
Produksi ASI berkurang, hasil perah yang sedikit, atau bahkan tidak keluar pada hari pertama kelahiran bayi menjadi pertanyaan yang paling banyak dilontarkan di grup ini. Hal itu menunjukkan kemungkinan besar banyak ibu dan calon ibu di luar sana, mempunyai kekhawatiran dan masalah yang sama.
Belum semua ibu menyusui memahami bahwa prinsip produksi ASI adalah permintaan dan persediaan. Makin sering payudara diisap atau dikosongkan, maka makin banyak ASI diproduksi.
"Hal ini yang berulang kali saya lontarkan menjawab keresahan akan produksi ASI. Bagi ibu baru, biasanya ketidaktahuan akan tahapan produksi ASI akan menjadi faktor yang memicu pilihan kepada susu formula," kata konsultan laktasi di Gorontalo, Nur Dariatni M. Ismail.
Bagi ibu yang bekerja di luar rumah, masalah yang kerap menghampiri adalah hasil perah atau pompa yang minim dan membutuhkan waktu lama.
Untuk menjawab keluhan tersebut, perempuan yang biasa dipanggil Nita itu, mengingatkan bahwa memerah ASI pun butuh kedisiplinan.
"Pompalah setiap dua hingga tiap jam sekali dan pada jam yang sama. Cara ini efektif untuk mengirim pesan ke otak dan merangsang hormon untuk segera memproduksi ASI di waktu yang sama," tambahnya.
Ia mengemukakan bahwa ibu menyusui kerap lupa bahwa ASI melibatkan kerja-kerja hormon, sehingga situasi perasaan ibu akan turut memengaruhi banyak tidaknya air susu.
Isapan bayi atau pompa akan merangsang syaraf-syaraf yang ada pada puting ibu. Syaraf-syaraf ini kemudian menyebabkan hormon prolaktin dan oksitosin dilepaskan ke aliran darah ibu.
Hormon prolaktin akan bereaksi terhadap jaringan penghasil ASI di payudara, sedangkan hormon oksitosin berfungsi mendorong otot-otot kecil di sekitar sel penghasil ASI untuk berkontraksi.
Kontraksi ini menyebabkan payudara mendorong ASI keluar. Dalam laktasi ada istilah Let-down reflex (LDR), yakni refleks keluarnya ASI dari payudara yang berlangsung beberapa detik hingga menit. Biasanya, inilah momentum yang paling dinanti ibu saat memerah, karena botol akan segera terisi dalam waktu singkat.
Konsultan laktasi lainnya, dokter Sri Wilin Lihawa mengatakan data Kementerian Kesehatan menunjukkan hanya sekitar 30 persen perempuan di Indonesia yang menyusui bayinya.
"Masih ada anggapan bahwa menyusui itu nggak keren, nggak kekinian. Padahal kita tidak sedang membahas masalah itu, tetapi sedang mempertaruhkan fondasi kehidupan sang anak," kata dia saat bincang-bincang Sepekan ASI Sedunia di City Mall Gorontalo, Minggu (5/8).
Memerah ASI dapat menjadi alternatif bagi ibu selain menyusui langsung, sehingga mencapai ASI ekslusif selama enam bulan bukan hal yang tidak mungkin.
Teknik ini juga telah didukung dengan beragam pilihan pompa mulai dari yang manual hingga elektrik, mulai dari harga ratusan ribu hingga jutaan rupiah.
Belakangan, alat memompa berikut perangkat pendukung memerah ASI menjadi bisnis yang menjalar dan menggiurkan di Indonesia. Setidaknya, bukan hanya perusahaan susu formula yang menguasai penuh bisnis di zona ini.
Dokter Spesialis Anak Shekina Rondonuwu pun turut berkisah tentang manfaat ASI yang tidak tergantikan oleh susu formula merek apapun.
Ia memberi contoh tentang peran ASI pada saat bayi demam, yang seringkali membuat banyak orang tua panik.
"Bahkan ada ibu yang anaknya demam baru sekitar 20 menit, sudah cemas dan konsultasi ke saya," ungkapnya.
Padahal yang paling mendesak untuk dilakukan saat bayi demam adalah memenuhi asupan cairan agar tidak terjadi dehidrasi. Dalam hal ini, ASI adalah yang terbaik.
Shekina juga menjelaskan proses pemberian asupan gizi pada anak secara bertahap. Yang pertama Inisiasi Menyusui Dini (IMD) yakni bayi menyusu sejak ia baru dilahirkan, ASI Eksklusif selama enam bulan pertama, pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) sambil tetap meneruskan pemberian ASI, dan dilanjutkan sampai bayi berusia dua tahun atau lebih.
Kampanye
Kurangnya pengetahuan calon ibu dan ibu menyusui tentang berbagai hal mengenai ASI mendorong Salam Puan, sebagai lembaga yang memberikan perhatian terhadap masalah anak, perempuan, dan keluarga untuk mengintensifkan kampanye ASI di Gorontalo.
Pekan ASI Sedunia hanya satu dari banyak kesempatan baik yang dipilih lembaga itu untuk mengampanyekan ASI.
"Sebelumnya kami membentuk grup dan forum di media sosial, agar para perempuan mudah mengakses informasi terkait menyusui," ujar Ketua Salam Puan Asriyati Nadjamuddin.
Dalam grup tersebut, sekitar 240 perempuan berbagi pengalaman menyusui dan mengasuh anak setiap saat.
Mereka juga bisa berkonsultasi dengan dokter anak dan konsultan laktasi dalam Kuliah Whatsapp yang digelar setiap akhir pekan.
Cara lain yang dilakukan adalah diskusi langsung secara rutin serta sederet kegiatan Pekan ASI Sedunia 1-7 Agustus 2018 seperti video testimoni para ibu menyusui, bincang bersama para konselor ASI, peluncuran Antologi Ibu Menyusui, dan Fun Walk Baby, serta Lomba Ibu Mewarnai.
Asriyati berharap cara-cara yang ditemupuh ini dapat menggugah pikiran dan rasa warga serta pemerintah untuk bersinergi dalam mendukung keberhasilan pemberian ASI di Gorontalo.
"Semoga angka ibu-ibu yang menyusui di Gorontalo meningkat. Dan yang terpenting adalah?calon orang tua mengedukasi dirinya sebelum bayi mereka lahir ke dunia," tandasnya.
Ia juga berharap dukungan pemerintah daerah, khususnya terkait dengan peraturan-peraturan yang promenyusui serta adanya fasilitas pendukung seperti ruang laktasi.
"Kantor dan tempat umum yang memiliki ruang laktasi dapat dihitung dengan jari. Bahkan mal di Gorontalo pun tidak menyediakannya. Pemda dapat mendorong ini agar segera terealisasi," sambungnya.
Bagaimanapun, keberhasilan menyusui bukan beban ibu semata. Selayaknya ada peran keluarga dan pemerintah untuk meningkatkan cakupan ASI terhadap generasi selanjutnya. Selamat Pekan ASI sedunia, menyusuilah dengan bahagia.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2018