Gorontalo, (Antara News) - Sejumlah nelayan di Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo, terpaksa membeli bahan bakar minyak (BBM) jenis solar seharga Rp6.500/liter dari harga normal Rp5.150/liter.

"Ini akibat kekosongan solar di SPBU yang ada di daerah ini, terpaksa saya membeli solar melalui pengecer hingga di wilayah tetangga, seperti Kabupaten Gorontalo," ujar Andi Matawang, salah satu pemilik perahu bagang di Desa Katialada, Kecamatan Kwandang, Jumat.

Ia mengatakan, sulitnya mencari bahan bakar untuk operasional perahu bagang miliknya, cukup mengurangi pendapatan. Sebab ia harus mengeluarkan modal untuk bahan bakar dengan harga tinggi.

Ia berharap, pemerintah daerah memperhatikan fasilitas SPBU yang perlu ada di daerah itu, untuk memudahkan nelayan mendapatkan bahan bakar.

Setiap hari kata ia, rata-rata produksi bagang yang dimilikinya mencapai 4 ton. Namun jika kondisi sedang sulit, khususnya mendapatkan pasokan bahan bakar, hasil yang didapatkan sering anjlok hingga 1 ton.

Produksi terbanyak dari hasil tangkapannya adalah ikan tongkol dan ikan cakalang berukuran sedang. Rata-rata ia memasok permintaan dari para pemilik usaha rumah makan di wilayah Kota Gorontalo.

Sementara itu, Kasubbag Perekonomian Bagian Ekonomi dan SDA, Dumran Ahmad mengatakan, cukup menyesalkan penutupan satu-satunya SPBU yang ada di wilayah pusat ibu kota kabupaten di Pontolo Kecamatan Kwandang.

Terinformasi kata ia, SPBU itu baru akan normal melayani pembelian premium dan solar pada 18 September 2018, akibat sanksi yang diterima dari pihak Pertamina.

"Kondisi ini cukup disesali, namun pemerintah daerah berupaya mengkoordinasikannya agar SPBU tersebut secepatnya kembali beroperasi agar tidak menyulitkan masyarakat," ujar Dumran.

Pewarta: Susanti Sako

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2018