Gorontalo, (ANTARA News) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Gorontalo berkomitmen untuk mengintervensi "stunting" melalui berbagai program di daerah tersebut.

Kepala BKKBN Provinsi Gorontalo Muhammad Edi Muin di Gorontalo, Rabu, mengatakan kerangka intervensi stunting yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif.

"Intervensi gizi spesifik merupakan intervensi yang ditujukan kepada anak dalam 1.000 hari pertama kehidupan (HPK), dan berkontribusi pada 30 persen peneurunan stunting," ujarnya pada seminar reproduksi bersama mitra.

Kegiatan intervensi gizi spesifik umumnya dilakukan oleh sekotr kesehatan dengan sasaran intervensi dimulai dari masa kehamilan ibu hingga melahirkan.

Sedangkan intervensi gizi sensitif dilakukan melalui berbagai kegiatan pembangunan diluar sektor kesehatan dan berkontribusi pada 70 persen penurunan stunting.

"Sasaran dari intervensi ini adalah masyarakat secara umum dan tidak khusus ibu hamil dan balita pada 1.000 HPK," ucap Edi.

Ia menjelaskan jika stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi, intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi prevalansi stunting perlu dilakukan pada 1.000 HPK dari anak balita.

"Hal ini pun telah disepakati oleh para ahli diseluruh dunia sebagai saat terpenting dalanm hidup seseorang. Sejak saat perkembangan janin dalam kandungan, hingga usia anak dua tahun menentukan kesehatan dan kecerdasan seseorang," ungkapnya.

Oleh karena itu kata Edi, untuk menciptakan anak Indonesia yang sehat dan cerdas, langkah awal yang paling pentinh adalah memastikan pemenuhan gizi ibu dan bayi selama masa kehamilan hingga anak menginjak usia dua tahun.

Pewarta: Adiwinata Solihin

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2018