Pontianak (Antaranews Gorontalo) - Memasuki awal tahun 2019, masyarakat dikejutkan kenaikan harga tiket pesawat yang terjadi hampir di semua maskapai. Meskipun, kenaikan tersebut masih di bawah harga tarif batas atas sebagaimana sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) Nomor 14 Tahun 2016.
Harga tiket Pontianak-Jakarta yang situs penjulan tiket secara "online" kini paling murah mulai Rp800 ribuan. Sebelum-sebelumnya di hari biasa harga mulai Rp500 ribuan.
Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi juga telah menyampaikan bahwa harga yang ada sesuai batas yang sudah ditentukan. Hanya saja yang terjadi tersebut sebenarnya kembali ke harga normal.
Harga yang rendah sebelumnya karena perang harga antarmaskapai. Jika perang harga terus ada sebagaimana terjadi di beberapa negara maka aka banyak industri penerbangan yang bangkrut.
Namun, terlepas dari persoalan yang ada, naik dan turunnya harga sangat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas pertumbuhan ekonomi di Kalbar terutama dilihat dari tingkat inflasi dan banyaknya kunjungan wisatawan.
Penyumbang Inflasi
Bardasarkan catatan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kalbar, tarif angkutan udara masih menjadi persoalan klasik karena selalu sebagai penyumbang inflasi di daerah ini. Pada 2018 contohnya rekor tarif angkutan udara menjadi komoditas penyumbang inflasi terbesar, yakni dengan kotribusi sekitar 0,50 persen dari total inflasi Kalbar yang sebesar 3,85 persen.
Kontribusi angkutan udara dalam inflasi juga terus mengalami tren peningkatan. Hal itu terpantau adanya kenaikan kontribusi inflasi angkutan udara 2018 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Bank Indonesia Kalbar juga melihat bahwa tarif angkutan udara pada awal tahun dan di beberapa momen masih menjadi risiko terjadinya inflasi di provinsi yang memiliki 14 kabupaten atau kota tersebut.
Sudah menjadi pola tahunan, sejak dulu dan kini faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan harga tiket atau inflasi jasa angkutan udara tersebut, yakni momen hari besar keagamaan dan tahun baru.
Momen hari keagamaan tersebut seperti ada cap go meh, sembahyang kubur, perayaan Idul Fitri dan Idul Adha serta perayaan natal. Begitu juga dengan tahun baru dan libur sekolah dipastikan juga harga tiket naik.
Sebenarnya Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kalbar juga sudah terus memerhatikan dan mencarikan solusi hal tersebut. Sehubungan faktor kenaikan tarif udara bukan wewenang di provinsi, tetapi di pusat, sehingga TPID Kalbar terus berkoordinasi dengan tim inflasi pusat untuk mencarikan solusi.
Pengaruhi wisatawan
Dampak tingginya harga tiket tentu sangat luas. Mobilitas orang dan barang tentu sangat terpengaruh. Satu dari sekian banyak pengaruh dari harga tiket yakni kunjugan wisatawan ke berbagai daerah di Indonesia termasuk ke Kalbar.
Sebagaimana disampaikan Ketua Association of The Indonesian Tour and Travel Agencies (Asita) Kalbar Nugroho Henray Ekasaputra, 60 persen aktivitas orang ingin berwisata dipengaruhi oleh harga tiket pesawat. Jika harga tiket tinggi tentu orang akan berpikir ulang atau akan sedikit memerhatikan untuk kegiatan berwisatanya.
Jika, dikaitkan dengan Kalbar, maka fluktuasi itu terlihat saat harga sebelumnya yang terbilang normal saja, harga tiket saat momen keagamaan dan tahun baru melonjak naik. Apalagi saat ini yang dinilai tinggi, tentu harga akan melonjak lebih tinggi pula.
Dampak nyata yang dialami travel yang tergabung di Asita Kalbar dengan harga tiket saat ini pada perayaan cap go meh pada Februari 2019 di Kota Singkawang yakni sudah ada pembatalan sejumlah tamu dari luar Kalbar untuk menyaksikan agenda tahunan tersebut.
Secara umum, dampak tingginya harga tiket sesuai prediksi Asita Kalbar juga akan mempengaruhi target kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia maupun kunjungan wisatawan nusantara ke berbagai daerah. Target kunjungan wisata nusantara dan 20 juta wisatawan mancanegara pada 2019 ini akan sedikit butuh usaha keras.
Upaya Asita yang terus mempromosikan paket wisata ke dalam dan luar negeri juga akan kurang maksimal jika peran harga tiket yang sebesar 60 persen tersebut terus tinggi. Untuk memajukan pariwisata di Indonesia dengan satu di antara indikatornya yakni tingginya kunjungan wisatawan baik lokal maupun mancanegara, harus didukung kebijakan yang mendukung hal tersebut termasuk harga tiket.
Pengaruhi Perhotelan
Sektor perhotelan dan restoran tentu juga terkena dampak dari naiknya harga tiket. Meskipun hal itu tidak berdampak langsung. Pada dasarnya jika jumlah kunjungan wisatawan tinggi maka hotel dan restoran di Kalbar ikut imbasnya.
Saat ini di Kota Pontianak saja sebagaimana data Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kalbar, jumlah kamar sekitar 4.500- an kamar. Tingkat hunian hotel selama ini sekitar 65 -75 persen. Sedangkan untuk lama menginap masih di bawah dua hari.
Dengan banyaknya kamar tersedia dan tingkat hunian hotel dan lama menginap yang rendah tentu butuh kunjungan wisatawan lebih banyak pula ke Pontianak atau Kalbar pada umumnya. Dengan harga tiket rendah, tentu setidaknya bisa mendorong minat orang untuk melakukan aktivitas berwisata termasuk ke Kalbar.
Minat berwisata
Satu di antara masyarakat Kalbar yang juga pegiat wisata, Ponti menilai harga tiket pesawat tentu bisa mempengaruhi orang untuk berwisata. Namun hal tersebut tentu tidak juga membuat orang tidak berwisata, hanya saja akan lebih perhitungan dan intensitas bisa jadi berkurang.
Dikatakannya, bahwa adanya komitmen dari Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia (INACA) untuk menurunkan harga tiket pesawat yang tinggi, belum begitu berdampak signifikan. Dari pantauan di situs online yang menjual tiket, harganya masih terbilang masih tinggi.
Kebijakan sejumlah maskapai juga saat ini juga terkesan memberatkan. Ada maskapai yang sebelumnya mengratiskan bagasi dalam jumlah berat tertentu kini tidak lagi gratis.
Hal itu akan berdampak pada penjualan produk UMKM. Sebab oleh-oleh yang dibawa wisatawan bisa saja akan berkurang dari sebelum-sebelumnya.
Dari semua potret persoalan yang ada tentu butuh keseimbangan dan kebijakan yang kondusif, meski masih dalam koridor peraturan yang ada, perlu perhitungan harga tiket yang tepat agar semua berjalan baik dan tidak merugikan bisnis pariwisata.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2019
Harga tiket Pontianak-Jakarta yang situs penjulan tiket secara "online" kini paling murah mulai Rp800 ribuan. Sebelum-sebelumnya di hari biasa harga mulai Rp500 ribuan.
Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi juga telah menyampaikan bahwa harga yang ada sesuai batas yang sudah ditentukan. Hanya saja yang terjadi tersebut sebenarnya kembali ke harga normal.
Harga yang rendah sebelumnya karena perang harga antarmaskapai. Jika perang harga terus ada sebagaimana terjadi di beberapa negara maka aka banyak industri penerbangan yang bangkrut.
Namun, terlepas dari persoalan yang ada, naik dan turunnya harga sangat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas pertumbuhan ekonomi di Kalbar terutama dilihat dari tingkat inflasi dan banyaknya kunjungan wisatawan.
Penyumbang Inflasi
Bardasarkan catatan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kalbar, tarif angkutan udara masih menjadi persoalan klasik karena selalu sebagai penyumbang inflasi di daerah ini. Pada 2018 contohnya rekor tarif angkutan udara menjadi komoditas penyumbang inflasi terbesar, yakni dengan kotribusi sekitar 0,50 persen dari total inflasi Kalbar yang sebesar 3,85 persen.
Kontribusi angkutan udara dalam inflasi juga terus mengalami tren peningkatan. Hal itu terpantau adanya kenaikan kontribusi inflasi angkutan udara 2018 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Bank Indonesia Kalbar juga melihat bahwa tarif angkutan udara pada awal tahun dan di beberapa momen masih menjadi risiko terjadinya inflasi di provinsi yang memiliki 14 kabupaten atau kota tersebut.
Sudah menjadi pola tahunan, sejak dulu dan kini faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan harga tiket atau inflasi jasa angkutan udara tersebut, yakni momen hari besar keagamaan dan tahun baru.
Momen hari keagamaan tersebut seperti ada cap go meh, sembahyang kubur, perayaan Idul Fitri dan Idul Adha serta perayaan natal. Begitu juga dengan tahun baru dan libur sekolah dipastikan juga harga tiket naik.
Sebenarnya Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kalbar juga sudah terus memerhatikan dan mencarikan solusi hal tersebut. Sehubungan faktor kenaikan tarif udara bukan wewenang di provinsi, tetapi di pusat, sehingga TPID Kalbar terus berkoordinasi dengan tim inflasi pusat untuk mencarikan solusi.
Pengaruhi wisatawan
Dampak tingginya harga tiket tentu sangat luas. Mobilitas orang dan barang tentu sangat terpengaruh. Satu dari sekian banyak pengaruh dari harga tiket yakni kunjugan wisatawan ke berbagai daerah di Indonesia termasuk ke Kalbar.
Sebagaimana disampaikan Ketua Association of The Indonesian Tour and Travel Agencies (Asita) Kalbar Nugroho Henray Ekasaputra, 60 persen aktivitas orang ingin berwisata dipengaruhi oleh harga tiket pesawat. Jika harga tiket tinggi tentu orang akan berpikir ulang atau akan sedikit memerhatikan untuk kegiatan berwisatanya.
Jika, dikaitkan dengan Kalbar, maka fluktuasi itu terlihat saat harga sebelumnya yang terbilang normal saja, harga tiket saat momen keagamaan dan tahun baru melonjak naik. Apalagi saat ini yang dinilai tinggi, tentu harga akan melonjak lebih tinggi pula.
Dampak nyata yang dialami travel yang tergabung di Asita Kalbar dengan harga tiket saat ini pada perayaan cap go meh pada Februari 2019 di Kota Singkawang yakni sudah ada pembatalan sejumlah tamu dari luar Kalbar untuk menyaksikan agenda tahunan tersebut.
Secara umum, dampak tingginya harga tiket sesuai prediksi Asita Kalbar juga akan mempengaruhi target kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia maupun kunjungan wisatawan nusantara ke berbagai daerah. Target kunjungan wisata nusantara dan 20 juta wisatawan mancanegara pada 2019 ini akan sedikit butuh usaha keras.
Upaya Asita yang terus mempromosikan paket wisata ke dalam dan luar negeri juga akan kurang maksimal jika peran harga tiket yang sebesar 60 persen tersebut terus tinggi. Untuk memajukan pariwisata di Indonesia dengan satu di antara indikatornya yakni tingginya kunjungan wisatawan baik lokal maupun mancanegara, harus didukung kebijakan yang mendukung hal tersebut termasuk harga tiket.
Pengaruhi Perhotelan
Sektor perhotelan dan restoran tentu juga terkena dampak dari naiknya harga tiket. Meskipun hal itu tidak berdampak langsung. Pada dasarnya jika jumlah kunjungan wisatawan tinggi maka hotel dan restoran di Kalbar ikut imbasnya.
Saat ini di Kota Pontianak saja sebagaimana data Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kalbar, jumlah kamar sekitar 4.500- an kamar. Tingkat hunian hotel selama ini sekitar 65 -75 persen. Sedangkan untuk lama menginap masih di bawah dua hari.
Dengan banyaknya kamar tersedia dan tingkat hunian hotel dan lama menginap yang rendah tentu butuh kunjungan wisatawan lebih banyak pula ke Pontianak atau Kalbar pada umumnya. Dengan harga tiket rendah, tentu setidaknya bisa mendorong minat orang untuk melakukan aktivitas berwisata termasuk ke Kalbar.
Minat berwisata
Satu di antara masyarakat Kalbar yang juga pegiat wisata, Ponti menilai harga tiket pesawat tentu bisa mempengaruhi orang untuk berwisata. Namun hal tersebut tentu tidak juga membuat orang tidak berwisata, hanya saja akan lebih perhitungan dan intensitas bisa jadi berkurang.
Dikatakannya, bahwa adanya komitmen dari Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia (INACA) untuk menurunkan harga tiket pesawat yang tinggi, belum begitu berdampak signifikan. Dari pantauan di situs online yang menjual tiket, harganya masih terbilang masih tinggi.
Kebijakan sejumlah maskapai juga saat ini juga terkesan memberatkan. Ada maskapai yang sebelumnya mengratiskan bagasi dalam jumlah berat tertentu kini tidak lagi gratis.
Hal itu akan berdampak pada penjualan produk UMKM. Sebab oleh-oleh yang dibawa wisatawan bisa saja akan berkurang dari sebelum-sebelumnya.
Dari semua potret persoalan yang ada tentu butuh keseimbangan dan kebijakan yang kondusif, meski masih dalam koridor peraturan yang ada, perlu perhitungan harga tiket yang tepat agar semua berjalan baik dan tidak merugikan bisnis pariwisata.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2019