Gorontalo, (Antara News) - Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Gorontalo, Yamin Abas menjelaskan penderita yang tercatat positif Demam Berdarah Dengue (DBD) sejak minggu ke tiga bulan Januari 2019 sudah capai sepuluh orang.
"Hingga saat ini sudah ada 3 penderita yang meninggal dunia, yang lokasinya ada di kelurahan Tenda, kelurahan Buladu dan kelurahan Molosifat, serta 17 orang masih dicurigai DBD," ungkapnya.
Ia mengatakan, pada hari Senin (21/1) kemarin, pihak Dinkes mendapatkan laporan dari masyarakat bahwa ada satu kasus DBD di kelurahan Tenda, yang penderitanya adalah anak berusia 8 tahun.
"Ada beberapa tempat di kelurahan Tenda juga yang dicurigai memiliki gejala yang sama, sehingga kami nyatakan ada indikasi penularan, maka langsung kami lakukan pemutusan rantai penularan melalui penyemprotan atau foging dengan radius hingga 200 meter dari sumber," ungkapnya.
Oleh sebab itu, selain rumah masyarakat, rumah dinas Gubernur juga masuk ke dalam radius 200 meter terdekat dengan lokasi yang ada indikasi DBD, sehingga harus dilakukan foging.
"Diharapkan dari masyarakat juga harus ada tindak lanjutnya yaitu pembersihan sarang nyamuk, jika tidak maka pelaksanaan penyemprotan atau foging menjadi tidak ada gunanya, " jelasnya
Melalui foging yang dapat dibasmi itu hanya nyamuk dewasa saja, jadi jentik serta telur nyamuk masih tertinggal dan akan terus berkembang menjadi nyamuk dewasa jika tidak dibasmi sarangnya.
"Dalam proses perkembangannya setiap satu ekor nyamuk bertelur sebanyak 150-300 butir, jika datang musim kemarau yang membuat tempat bertelurnya menjadi kering maka telur tidak bisa menetas namun masih bisa bertahan selama enam bulan, tapi begitu musim hujan datang pada saat telur belum lewat enam bulan, maka telur akan menetas dan menjadi nyamuk dewasa yang baru," katanya lagi.
Ia mengharapkan agar di setiap kecamatan juga bisa bersama-sama untuk terus melakukan sosialisasi tentang penanganan demam berdarah dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui 3M+1M.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2019
"Hingga saat ini sudah ada 3 penderita yang meninggal dunia, yang lokasinya ada di kelurahan Tenda, kelurahan Buladu dan kelurahan Molosifat, serta 17 orang masih dicurigai DBD," ungkapnya.
Ia mengatakan, pada hari Senin (21/1) kemarin, pihak Dinkes mendapatkan laporan dari masyarakat bahwa ada satu kasus DBD di kelurahan Tenda, yang penderitanya adalah anak berusia 8 tahun.
"Ada beberapa tempat di kelurahan Tenda juga yang dicurigai memiliki gejala yang sama, sehingga kami nyatakan ada indikasi penularan, maka langsung kami lakukan pemutusan rantai penularan melalui penyemprotan atau foging dengan radius hingga 200 meter dari sumber," ungkapnya.
Oleh sebab itu, selain rumah masyarakat, rumah dinas Gubernur juga masuk ke dalam radius 200 meter terdekat dengan lokasi yang ada indikasi DBD, sehingga harus dilakukan foging.
"Diharapkan dari masyarakat juga harus ada tindak lanjutnya yaitu pembersihan sarang nyamuk, jika tidak maka pelaksanaan penyemprotan atau foging menjadi tidak ada gunanya, " jelasnya
Melalui foging yang dapat dibasmi itu hanya nyamuk dewasa saja, jadi jentik serta telur nyamuk masih tertinggal dan akan terus berkembang menjadi nyamuk dewasa jika tidak dibasmi sarangnya.
"Dalam proses perkembangannya setiap satu ekor nyamuk bertelur sebanyak 150-300 butir, jika datang musim kemarau yang membuat tempat bertelurnya menjadi kering maka telur tidak bisa menetas namun masih bisa bertahan selama enam bulan, tapi begitu musim hujan datang pada saat telur belum lewat enam bulan, maka telur akan menetas dan menjadi nyamuk dewasa yang baru," katanya lagi.
Ia mengharapkan agar di setiap kecamatan juga bisa bersama-sama untuk terus melakukan sosialisasi tentang penanganan demam berdarah dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui 3M+1M.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2019