Gorontalo, (ANTARA) - Kepala Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo Muljady D. Mario membantah kabar terkait penurunan harga jagung menjadi Rp2.100 hingga Rp2.200.

"Terkait dengan perkembangan informasi di masyarakat bahwa harga jagung turun drastis, itu tidak benar. Ini harus kami luruskan karena bisa meresahkan. Apalagi masyarakat Provinsi Gorontalo mengandalkan jagung sebagai sumber pendapatan," katanya di Gorontalo, Kamis.

Muljady menegaskan bahwa hingga akhir Februari ini harga jagung di tingkat petani masih tinggi dan berkisar pada Rp3.200 hingga Rp3.400, untuk kadar air di bawah 17 persen.

Harga itu, lanjutnya, di atas harga yang ditetapkan pemerintah yakni sebesar Rp3.150 per kilogram.

Petani diminta memastikan kondisi jagung benar-benar kering sesuai standar jual.

Petani juga diminta tidak menjual ke pengumpul antara dalam kondisi basah yang memungkinkan ada penurunan harga jagung.

"Untuk mengakses gudang pengumpul tidak susah sebenarnya. Kami sudah menyiapkan di semua daerah ada, di Pulubala Kabupaten Gorontalo, di Pohuwato ada bahkan di Kota Gorontalo juga ada. Jadi jangan terjebak untuk menjual apalagi dalam kondisi basah ke pengumpul antara," tukasnya.

Pihaknya menduga isu turunnya harga saat ini, disebabkan oleh naiknya harga jagung pada Desember 2018 yang sempat menyentuh angka Rp5.000 per kilogram.

Kasubdit Jagung Direktorat Serealia Kementrian Pertanian, Andi Mohamad Saleh mengatakan kualitas jagung di lapangan sangat menentukan harga jual.

Jika jagung dijual dalam kondisi basah, akan berpengaruh pada biaya produksi gudang penampung yang harus melakukan proses pengeringan.

"Baru empat hari lalu saya panen di Gresik, Jawa Timur. Saya tanya petani harganya Rp3.500. Harga di luar masih sangat tinggi," tambahnya.

Pewarta: Debby H. Mano

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2019