Juru Bicara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Andy Budiman mengatakan ada tiga alasan partainya optimistis lolos ambang batas parlemen, meskipun berdasarkan survei Charta Politika elektabilitas partai tersebut baru 2,2 persen.
"Pertama, ada preseden pada pemilu 2014, yaitu dua partai yang satu bulan sebelum Pileg 2014 dinyatakan lembaga survei elektabilitasnya sekitar 3 persen dan pada saat Pileg, perolehan suaranya menjadi 6 persen," kata Andy di Jakarta saat menjadi pembicara di acara rilis hasil survei Charta Politika, di Jakarta, Kamis.
Dua partai itu menurut Andy adalah PKS dengan angka elektabilitas 3,8 persen dan partai Nasdem 3,3 persen namun pada saat Pileg 2014, PKS mendapatkan suara 6,8 persen dan Nasdem memperoleh suara 6,7 persen.
Karena itu dia meyakini PSI mengalami hal yang sama dan optimis elektabilitas naik dan melampaui angka PT 4 persen.
Alasan kedua menurut Andy, umumnya pemilih PSI adalah orang yang ekonominya menengah ke atas dan kalangan terdidik, dan mayoritas mereka enggan menjawab ketika ditanyakan dalam survei.
"Dari hasil survei juga, mayoritas orang yang ekonominya menengah ke atas dan dari kalangan terdidik, tidak mau menjawab atau menyatakan pilihannya saat ditanya oleh lembaga survei," ujarnya.
Andy menilai para pemilih PSI cenderung diam ketika ditanya dan pada saat pemilihan 17 April 2019, mereka akan mencoblos PSI. Karena itu dia menilai angka pemilih yang belum menentukan pilihan atau "undicided voters" mayoritas pemilih PSI.
"Kami yakin mayoritas 11,7 persen 'undicided voters' di survei Charta Politica adalah pemilih PSI," katanya.
Dia menjelaskan alasan ketiga adalah komunikasi politik PSI yang sampai ke publik, karena apa yang diperjuangkan partainya, yang semangat menolak korupsi dan gerakan intoleransi mendapat apresiasi dari masyarakat Indonesia.
Menurut dia, dari hasil survei juga tergambar bahwa PSI dikenal dan dipilih publik karena figur Ketum PSI Grace Natalie dan tertarik pada program partai.
"Itu artinya komunikasi politik PSI biasanya disampaikan oleh Ketum Grace di acara festival 11 efektif mendorong PSI lolos parlemen," katanya.
Hasil survei Charta Politika menyatakan PDIP memiliki elektabilitas tertinggi dengan 25,3 persen, Gerindra 16,2 persen, dan Golkar berada di posisi ketiga dengan 11,3 persen.
Di posisi empat sampai ketujuh yaitu PKB (8,5 persen), Demokrat (5,2 persen), Nasdem (5,2 persen), dan PKS (5 persen).
Partai di bawah empat persen yakni PAN (3,3 persen), PPP (2,4 persen), PSI (2,2 persen) dan Perindo (2 persen).
Partai Hanura (1,0 persen), PBB (0,5 persen), PKPI (0,2 persen), Partai Garuda (0,2 persen), Partai Berkarya (0,1 persen).
Survei Charta Politika itu dilakukan pada 19-25 Maret 2019 dengan jumlah sampel sebanyak 2.000 responden di 34 provinsi.
Survei tersebut menggunakan metode "multistage random sampling" dengan margin of error +/- 2,19 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2019
"Pertama, ada preseden pada pemilu 2014, yaitu dua partai yang satu bulan sebelum Pileg 2014 dinyatakan lembaga survei elektabilitasnya sekitar 3 persen dan pada saat Pileg, perolehan suaranya menjadi 6 persen," kata Andy di Jakarta saat menjadi pembicara di acara rilis hasil survei Charta Politika, di Jakarta, Kamis.
Dua partai itu menurut Andy adalah PKS dengan angka elektabilitas 3,8 persen dan partai Nasdem 3,3 persen namun pada saat Pileg 2014, PKS mendapatkan suara 6,8 persen dan Nasdem memperoleh suara 6,7 persen.
Karena itu dia meyakini PSI mengalami hal yang sama dan optimis elektabilitas naik dan melampaui angka PT 4 persen.
Alasan kedua menurut Andy, umumnya pemilih PSI adalah orang yang ekonominya menengah ke atas dan kalangan terdidik, dan mayoritas mereka enggan menjawab ketika ditanyakan dalam survei.
"Dari hasil survei juga, mayoritas orang yang ekonominya menengah ke atas dan dari kalangan terdidik, tidak mau menjawab atau menyatakan pilihannya saat ditanya oleh lembaga survei," ujarnya.
Andy menilai para pemilih PSI cenderung diam ketika ditanya dan pada saat pemilihan 17 April 2019, mereka akan mencoblos PSI. Karena itu dia menilai angka pemilih yang belum menentukan pilihan atau "undicided voters" mayoritas pemilih PSI.
"Kami yakin mayoritas 11,7 persen 'undicided voters' di survei Charta Politica adalah pemilih PSI," katanya.
Dia menjelaskan alasan ketiga adalah komunikasi politik PSI yang sampai ke publik, karena apa yang diperjuangkan partainya, yang semangat menolak korupsi dan gerakan intoleransi mendapat apresiasi dari masyarakat Indonesia.
Menurut dia, dari hasil survei juga tergambar bahwa PSI dikenal dan dipilih publik karena figur Ketum PSI Grace Natalie dan tertarik pada program partai.
"Itu artinya komunikasi politik PSI biasanya disampaikan oleh Ketum Grace di acara festival 11 efektif mendorong PSI lolos parlemen," katanya.
Hasil survei Charta Politika menyatakan PDIP memiliki elektabilitas tertinggi dengan 25,3 persen, Gerindra 16,2 persen, dan Golkar berada di posisi ketiga dengan 11,3 persen.
Di posisi empat sampai ketujuh yaitu PKB (8,5 persen), Demokrat (5,2 persen), Nasdem (5,2 persen), dan PKS (5 persen).
Partai di bawah empat persen yakni PAN (3,3 persen), PPP (2,4 persen), PSI (2,2 persen) dan Perindo (2 persen).
Partai Hanura (1,0 persen), PBB (0,5 persen), PKPI (0,2 persen), Partai Garuda (0,2 persen), Partai Berkarya (0,1 persen).
Survei Charta Politika itu dilakukan pada 19-25 Maret 2019 dengan jumlah sampel sebanyak 2.000 responden di 34 provinsi.
Survei tersebut menggunakan metode "multistage random sampling" dengan margin of error +/- 2,19 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2019