Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddiqie mengatakan suasana Idul Fitri 1440 Hijriah harus dimanfaatkan semaksimal mungkin sebagai momentum rekonsiliasi pascaketegangan dalam Pemilu 2019.
"Suasana pemilu menimbulkan ketegangan antarwarga dan kelompok masyarakat satu dengan yang lain terutama terkait pilpres. Oleh karena itu, suasana Ramadhan tahun ini harus dipakai semaksimal mungkin untuk rekonsiliasi," kata Jimly di Jakarta, Kamis.
Jimly mengutarakan Idul Fitri kali ini harus digunakan sebagai ajang silaturahim, mempererat hubungan kemanusiaan dan persaudaraan baik internal keluarga maupun antarkeluarga.
"Kalau momentum ini tidak kita gunakan ya rugi kita," katnya.
Dia menekankan situsi Pemilu 2019 lebih menegangkan dibandingkan pemilu-pemilu sebelumnya.
Oleh karena itu, menurut dia, Idul Fitri harus menjadi semangat bagi seluruh lapisan masyarakat untuk merajut kembali semangat hidup rukun dan damai.
Jimly mengatakan semangat bersilaturahmi dan merajut kembali kerukunan penting juga dilakukan sesama kolega politik, tak terkecuali kedua pasangan capres-cawapres.
Namun yang terpenting, kata dia, rekonsiliasi antara masyarakat khususnya kedua pendukung capres-cawapres.
"Pengikut kedua capres ini kan jumlahnya besar, kubu yang kalah 68 juta, yang menang 85 juta, itu dua duanya banyak. Jadi harus saling menghormari, saling menghargai," ujar dia.
Jimly menyayangkan bahwa yang tercermin di media sosial adalah kedua pendukung tampak saling merendahkan. Semestinya, kata dia, pihak yang kalah menghormati pemenang, sementara pihak yang menang selain menghormati yang kalah juga harus menenangkannya.
"Jangan saling 'ngenyek", saling menjatuhkan, saling tidak percaya dan menyebar kebencian. Kita beruntung suasana Ramadhan bisa mengerem itu semua," kata mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2019
"Suasana pemilu menimbulkan ketegangan antarwarga dan kelompok masyarakat satu dengan yang lain terutama terkait pilpres. Oleh karena itu, suasana Ramadhan tahun ini harus dipakai semaksimal mungkin untuk rekonsiliasi," kata Jimly di Jakarta, Kamis.
Jimly mengutarakan Idul Fitri kali ini harus digunakan sebagai ajang silaturahim, mempererat hubungan kemanusiaan dan persaudaraan baik internal keluarga maupun antarkeluarga.
"Kalau momentum ini tidak kita gunakan ya rugi kita," katnya.
Dia menekankan situsi Pemilu 2019 lebih menegangkan dibandingkan pemilu-pemilu sebelumnya.
Oleh karena itu, menurut dia, Idul Fitri harus menjadi semangat bagi seluruh lapisan masyarakat untuk merajut kembali semangat hidup rukun dan damai.
Jimly mengatakan semangat bersilaturahmi dan merajut kembali kerukunan penting juga dilakukan sesama kolega politik, tak terkecuali kedua pasangan capres-cawapres.
Namun yang terpenting, kata dia, rekonsiliasi antara masyarakat khususnya kedua pendukung capres-cawapres.
"Pengikut kedua capres ini kan jumlahnya besar, kubu yang kalah 68 juta, yang menang 85 juta, itu dua duanya banyak. Jadi harus saling menghormari, saling menghargai," ujar dia.
Jimly menyayangkan bahwa yang tercermin di media sosial adalah kedua pendukung tampak saling merendahkan. Semestinya, kata dia, pihak yang kalah menghormati pemenang, sementara pihak yang menang selain menghormati yang kalah juga harus menenangkannya.
"Jangan saling 'ngenyek", saling menjatuhkan, saling tidak percaya dan menyebar kebencian. Kita beruntung suasana Ramadhan bisa mengerem itu semua," kata mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2019