Tiga orang menteri "muda" Kabinet Indonesia bentukan Presiden Joko Widodo tampil dalam pentas #PrestasiTanpaKorupsi bertepatan dengan Hari Antikorupsi Sedunia (Hakordia) 2019 di SMK 57 Jakarta.
Ketiga menteri tersebut adalah Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Whisnutama Kusubandio. Dua orang pemain lainnya adalah artis Bedu dan Sogy Indraduadja.
Nadiem dan Sogy berperan sebagai siswa sekolah kelas X lengkap dengan pakaian SMA, Erick Thohir menjadi tukang bakso urat lengkap dengan topi dan handuk di leher dan gerobak baksonya, sedangkan Wishnutama dan Bedu juga menjadi siswa kelas XII.
Drama tersebut terjadi pada jam istirahat sekolah. Tiga pemain awal yang memainkan acting-nya adalah Sogy dan Nadiem. Sogy menjadi bendahara yang diamanahkan untuk menjaga uang kas tapi malah ingin menggunakan uang kas itu untuk membeli bakso, sedangkan Nadiem berupaya untuk mencegah penyalahgunaan uang tersebut.
Berikut petikan-petikan drama komedi yang disaksikan langsung oleh Presiden Joko Widodo, Menteri Hukum dan HAM Yasonna H. Laoly, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan para siswa dan siswi beserta guru SMK 57 Jakarta.
Sogy: Ini gue lagi pegang uang kas, ayo pesen bakso.
Nadiem: Gak boleh begitu.
Erick Thohir: No money no bakso.
Bedu: Tam lama banget sih loe Tam.
Wishnutama: Gw lagi lihat-lihat ini, yan ini bagus, yang ntu bagus gw jadi bingung.
Bedu: Loe lihat-lihat brosur melulu, loe mau jadi menteri pariwisata?
Wishnutama: Gue lagi lihat tempat kuliah buat masa depan gw bro.
Bedu: Santuy aja kali santuy.
Wishnutama: Maksud lo?
Bedu: Yang penting kita sebagai anak sekolah punya sopan santuy.
Keduanya lalu melihat Sogy dan Nadiem yang sedang duduk di meja tukang bakso
Bedu: Loe anak kelas 1, ya? Kok mukanya kayak kepala sekolah?
Sogy: 7 kali gak naik.
Bedu: Gue tau loe siapa, loe yang keliling naik ojek kan loe (ke Nadiem).
Wishutama: Langit biru hati pilu eh anak baru minggir lo (menyuruh Sogy dan Nadiem pergi dari meja).
Bedu: Bang Thohir, bakso bang Thohir.
Wisnu: Bang Thohir, bakso satu pake akhlak.
Bedu: Bang, boleh pakai akhlak tapi jangan pakai urat.
Bedu: Itu ribet banget, sih, lihat-lihat brosur. Loe udah tau mau kuliah di mana? Loe ga tau bapak gue siapa. Bapak gue pejabat terus. Pak, Bedu mau kuliah nih kasih kampus paling favorit di Indonesia. Pakai koneksi bapak gue, selesai.
Wisnu: Yaelah bro hari gini masih ada loe pake nepotisme. Koneksi-koneksian. Kagak zaman bro.
Bedu: Lah kalau gak ada koneksi kita gak bisa internetan.
Wishnutama: Bukan koneksi internet.
Bedu: Itu 'kan fasilitas bokap gue, gue manfaatin aja. Mumpung ada.
Wisnu: Mentang-mentang anak Bos loe belagu.
Erick tiba-tiba masuk
Wishunutama: Bukannya bikin bakso malah ngageting orang.
Erick: Ini yang katanya anak Bos?
Wishnutama: IIi bang sikat. Kayak menteri BUMN tuh nyikat-nyikat yang kagal beres.
Erick: Jangan mentang-mentang anak Bos malah manfaatin fasilitas, relasi. Namanya nepotisme, gak boleh. Ntar kalau loe sudah gede, terus jadi dirut, malah nitip barang-barang loe. Tukang bakso aja ngerti yang beginian.
Bel berbunyi.
Wishutama: Duh bel, loe sih Du, kebanyakan gaya.
Erick: Sudah kalian balik. Baksonya siap ane bikinin ntar.
Sogy: Bang kan lapernya sekarang, telat-telat dikit gak papa dong.
Erick: Lo udah korupsi uang sekarang loe korupsi waktu, loe mau jadi koruptor?
Sogy: Tadi uang, sekarang waktu, ya, udah deh aku punya pantung buat kakak-kakak nih. Makan sagu jangan pake terasi, gue gak mau jadi tukang korupsi.
Wishnutama: Daripada korupsi uang korupsi waktu, mending pikirin nih hal-hal inovatif kreatif buat bangga sekolah kita.
Thohir: Cocok jadi menteri ekonomi kreatif loe.
Wishnutama: Tadi lo bilang jadi Menteri Pariwisata, sekarang Menteri Ekonomi Kreatif, Abang nih.
Erick: Ya, digabungin saja Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Wishunutama: Emang situ Presiden?
Thohir: Masuk kelas deh, yang penting udah tau semua kalau korupsi, kolusi, nepotisme itu salah, lebih baik kalian disiplin belajar aja, gw doain prestasi belajar kalian makin kinclong tanpa korupsi.
"Tadi kita sudah melihat drama yang diperankan oleh, tahu 'kan? Tukang bakso siapa? Bang Erick Thohir, Menteri BUMN tahu semua, ya? Lalu ada juga Mendikbud, Mas Menteri Dikbud, Mas Nadiem Makarim saya tadi ketemu di depan saya pikir kelas III, ternyata kelas I. Yang ketiga Mas Wishnutama, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, kemudian Mas Bedu menteri apa itu? Kelima Mas Sogy menteri ooh mantri bukan menteri, tadi anak-anak nangkep semua pesan beliau tadi? Bahwa namanya korupsi tidak boleh sekecil apa pun tetap korupsi, kecil gede tetap korupsi enggak boleh," kata Presiden.
Jokowi pun menilai bahwa acting Nadiem paling pas.
"Kalau pakaian yang paling bagus pasnya di Pak Nadiem Makarim, Mas Menteri Nadiem Makarim karena masih keliatan anak SMA," kata Presiden seusai acara.
Sementara itu, Erick Thohir sebagai tukang bakso dinilai tampak sebagai "tukang bakso baru".
"Handuknya baru, pakaiannya baru, gerobak bakso juga baru," ungkap Presiden.
Erick Thohir mengaku hanya sekali berlatih untuk drama itu, yaitu pada hari Minggu (8/12) sekitar pukul 22.00—23.00 WIB.
"Sebelumnya stres, ya, karena jarang-jarang seperti ini, cuma ya tadi pas di panggung alhamdulillah teman-teman banyak bantu sehingga kelihatan halus meski enggak sehalus sandiwara," kata Erick.
Ia pun mengaku tidak menghafalkan semua dialognya.
"Ya, saya rasa selain kita mesti menjiwai peran tetapi kadang-kadang kata-katanya tidak bisa satu per satu dihafalkan mesti masuk ke dialog, itu yang saya tadi belajar. Jangan hafalkan kata per kata," tambah Erick.
Erick pun menegaskan bahwa pendidikan akhlak dan antikorupsi harus masuk ke sekolah-sekolah.
"Saya rasa bagus kalau kita bisa terapkan pendidikan akhlak dari sekolah-sekolah, dan korupsi bagian dari penjagaan akhlak. Hal ini memang harus dari dini ditanamkan, jangan sudah tua dipaksa, yang muda dipupuk supaya karakter kita bagus. Seperti yang Presiden sampaikan bahwa kita harus terus upgrade sistem kita agar dari dini memiliki karakter yang sama," ungkap Erick.
Semoga pesan dari drama antikorupsi tersebut lebih lama dibanding durasi singkat yang hanya sekitar 15 menit.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2019
Ketiga menteri tersebut adalah Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Whisnutama Kusubandio. Dua orang pemain lainnya adalah artis Bedu dan Sogy Indraduadja.
Nadiem dan Sogy berperan sebagai siswa sekolah kelas X lengkap dengan pakaian SMA, Erick Thohir menjadi tukang bakso urat lengkap dengan topi dan handuk di leher dan gerobak baksonya, sedangkan Wishnutama dan Bedu juga menjadi siswa kelas XII.
Drama tersebut terjadi pada jam istirahat sekolah. Tiga pemain awal yang memainkan acting-nya adalah Sogy dan Nadiem. Sogy menjadi bendahara yang diamanahkan untuk menjaga uang kas tapi malah ingin menggunakan uang kas itu untuk membeli bakso, sedangkan Nadiem berupaya untuk mencegah penyalahgunaan uang tersebut.
Berikut petikan-petikan drama komedi yang disaksikan langsung oleh Presiden Joko Widodo, Menteri Hukum dan HAM Yasonna H. Laoly, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan para siswa dan siswi beserta guru SMK 57 Jakarta.
Sogy: Ini gue lagi pegang uang kas, ayo pesen bakso.
Nadiem: Gak boleh begitu.
Erick Thohir: No money no bakso.
Bedu: Tam lama banget sih loe Tam.
Wishnutama: Gw lagi lihat-lihat ini, yan ini bagus, yang ntu bagus gw jadi bingung.
Bedu: Loe lihat-lihat brosur melulu, loe mau jadi menteri pariwisata?
Wishnutama: Gue lagi lihat tempat kuliah buat masa depan gw bro.
Bedu: Santuy aja kali santuy.
Wishnutama: Maksud lo?
Bedu: Yang penting kita sebagai anak sekolah punya sopan santuy.
Keduanya lalu melihat Sogy dan Nadiem yang sedang duduk di meja tukang bakso
Bedu: Loe anak kelas 1, ya? Kok mukanya kayak kepala sekolah?
Sogy: 7 kali gak naik.
Bedu: Gue tau loe siapa, loe yang keliling naik ojek kan loe (ke Nadiem).
Wishutama: Langit biru hati pilu eh anak baru minggir lo (menyuruh Sogy dan Nadiem pergi dari meja).
Bedu: Bang Thohir, bakso bang Thohir.
Wisnu: Bang Thohir, bakso satu pake akhlak.
Bedu: Bang, boleh pakai akhlak tapi jangan pakai urat.
Bedu: Itu ribet banget, sih, lihat-lihat brosur. Loe udah tau mau kuliah di mana? Loe ga tau bapak gue siapa. Bapak gue pejabat terus. Pak, Bedu mau kuliah nih kasih kampus paling favorit di Indonesia. Pakai koneksi bapak gue, selesai.
Wisnu: Yaelah bro hari gini masih ada loe pake nepotisme. Koneksi-koneksian. Kagak zaman bro.
Bedu: Lah kalau gak ada koneksi kita gak bisa internetan.
Wishnutama: Bukan koneksi internet.
Bedu: Itu 'kan fasilitas bokap gue, gue manfaatin aja. Mumpung ada.
Wisnu: Mentang-mentang anak Bos loe belagu.
Erick tiba-tiba masuk
Wishunutama: Bukannya bikin bakso malah ngageting orang.
Erick: Ini yang katanya anak Bos?
Wishnutama: IIi bang sikat. Kayak menteri BUMN tuh nyikat-nyikat yang kagal beres.
Erick: Jangan mentang-mentang anak Bos malah manfaatin fasilitas, relasi. Namanya nepotisme, gak boleh. Ntar kalau loe sudah gede, terus jadi dirut, malah nitip barang-barang loe. Tukang bakso aja ngerti yang beginian.
Bel berbunyi.
Wishutama: Duh bel, loe sih Du, kebanyakan gaya.
Erick: Sudah kalian balik. Baksonya siap ane bikinin ntar.
Sogy: Bang kan lapernya sekarang, telat-telat dikit gak papa dong.
Erick: Lo udah korupsi uang sekarang loe korupsi waktu, loe mau jadi koruptor?
Sogy: Tadi uang, sekarang waktu, ya, udah deh aku punya pantung buat kakak-kakak nih. Makan sagu jangan pake terasi, gue gak mau jadi tukang korupsi.
Wishnutama: Daripada korupsi uang korupsi waktu, mending pikirin nih hal-hal inovatif kreatif buat bangga sekolah kita.
Thohir: Cocok jadi menteri ekonomi kreatif loe.
Wishnutama: Tadi lo bilang jadi Menteri Pariwisata, sekarang Menteri Ekonomi Kreatif, Abang nih.
Erick: Ya, digabungin saja Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Wishunutama: Emang situ Presiden?
Thohir: Masuk kelas deh, yang penting udah tau semua kalau korupsi, kolusi, nepotisme itu salah, lebih baik kalian disiplin belajar aja, gw doain prestasi belajar kalian makin kinclong tanpa korupsi.
"Tadi kita sudah melihat drama yang diperankan oleh, tahu 'kan? Tukang bakso siapa? Bang Erick Thohir, Menteri BUMN tahu semua, ya? Lalu ada juga Mendikbud, Mas Menteri Dikbud, Mas Nadiem Makarim saya tadi ketemu di depan saya pikir kelas III, ternyata kelas I. Yang ketiga Mas Wishnutama, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, kemudian Mas Bedu menteri apa itu? Kelima Mas Sogy menteri ooh mantri bukan menteri, tadi anak-anak nangkep semua pesan beliau tadi? Bahwa namanya korupsi tidak boleh sekecil apa pun tetap korupsi, kecil gede tetap korupsi enggak boleh," kata Presiden.
Jokowi pun menilai bahwa acting Nadiem paling pas.
"Kalau pakaian yang paling bagus pasnya di Pak Nadiem Makarim, Mas Menteri Nadiem Makarim karena masih keliatan anak SMA," kata Presiden seusai acara.
Sementara itu, Erick Thohir sebagai tukang bakso dinilai tampak sebagai "tukang bakso baru".
"Handuknya baru, pakaiannya baru, gerobak bakso juga baru," ungkap Presiden.
Erick Thohir mengaku hanya sekali berlatih untuk drama itu, yaitu pada hari Minggu (8/12) sekitar pukul 22.00—23.00 WIB.
"Sebelumnya stres, ya, karena jarang-jarang seperti ini, cuma ya tadi pas di panggung alhamdulillah teman-teman banyak bantu sehingga kelihatan halus meski enggak sehalus sandiwara," kata Erick.
Ia pun mengaku tidak menghafalkan semua dialognya.
"Ya, saya rasa selain kita mesti menjiwai peran tetapi kadang-kadang kata-katanya tidak bisa satu per satu dihafalkan mesti masuk ke dialog, itu yang saya tadi belajar. Jangan hafalkan kata per kata," tambah Erick.
Erick pun menegaskan bahwa pendidikan akhlak dan antikorupsi harus masuk ke sekolah-sekolah.
"Saya rasa bagus kalau kita bisa terapkan pendidikan akhlak dari sekolah-sekolah, dan korupsi bagian dari penjagaan akhlak. Hal ini memang harus dari dini ditanamkan, jangan sudah tua dipaksa, yang muda dipupuk supaya karakter kita bagus. Seperti yang Presiden sampaikan bahwa kita harus terus upgrade sistem kita agar dari dini memiliki karakter yang sama," ungkap Erick.
Semoga pesan dari drama antikorupsi tersebut lebih lama dibanding durasi singkat yang hanya sekitar 15 menit.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2019