New York (ANTARA GORONTALO) - Harga minyak mentah dunia jatuh lagi pada Senin
(Selasa pagi WIB), memperdalam penurunan selama ini karena para
pedagang memperkirakan produksi minyak AS akan tetap kuat, menambah
pasokan global yang berlimpah.
Patokan AS minyak menta light sweet atau West Texas Intermediate
(WTI) untuk pengiriman September berakhir di 41,87 per barel, turun 63
sen dari penutupan Jumat lalu setelah terjadi "rebound" teknikal sedang.
Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Oktober,
acuan internasional, turun 45 sen menjadi menetap di 48,74 dolar AS per
barel di hari pertama perdagangan kontrak Oktober.
"Harga minyak memulai pekan perdagangan baru dengan kerugian lebih
lanjut setelah berakhir turun pada pekan lalu untuk minggu ketujuh
berturut-turut -- kemerosotan beruntun terpanjang sejak awal tahun,"
kata analis Commerzbank dalam catatan penelitiannya.
Kontrak WTI telah kehilangan lebih dari 30 persen dalam dua bulan
terakhir, membawanya ke tingkat terendah dalam enam setengah tahun.
WTI berada di bawah tekanan setelah data Baker Hughes pada Jumat
lalu menunjukkan bahwa jumlah rig pengeboran minyak AS meningkat selama
pekan lalu, kenaikan keenam dalam tujuh minggu terakhir.
Phil Flynn dari Price Futures Group mengatakan peningkatan jumlah
rig mendorong "ketakutan bahwa produksi AS tidak akan turun" di tengah
produksi yang tinggi, menempatkan tekanan pada harga.
Kelebihan pasokan global saat ini berjalan pada dua juta barel per
hari, menurut sebuah laporan yang dirilis oleh Goldman Sachs.
Produksi minyak mentah Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak
(OPEC) meningkat sebesar 101.000 barel per hari menjadi rata-rata 31,51
juta barel per hari pada Juli, menurut laporan pasar minyak bulanan
kelompok itu yang dirilis minggu lalu.
Para pedagang juga mengantisipasi lebih banyak minyak mentah Iran
akan masuk ke pasar minyak yang sudah kelebihan pasokan karena sanksi
terhadap negara itu akan dicabut.
Ted Sloup dari iiTrader.com mengatakan sesi perdagangan WTI telah
diperkirakan "lebih meledak" pada waktu berakhirnya kontrak September,
"tetapi itu sebenarnya sudah sangat tenang."
Sloup mengatakan pasar telah mandeg pada kisaran kurang lebih 42
dolar AS per barel. Ada tembok pendukung yang bagus di pasar yang ia
sebut "way oversold".
"Ada kondisi-kondisi untuk reli besar tetapi Anda tidak dapat mendiskon fakta bahwa pasar ini sangat bearish," tambah dia.
Tim Evans dari Citi Futures mencatat bahwa dolar AS menguat,
setelah Jepang pada Senin melaporkan bahwa ekonominya mengalami
kontraksi pada kuartal kedua, telah sangat berkontribusi di pasar.
Data ekonomi suram dari Jepang menyeret pasar turun. Produk
domestik bruto Jepang menyusut secara tahunan 1,6 persen pada kuartal
kedua 2015, kontraksi pertama kalinya dalam tiga kuartal, data
pemerintah menunjukkan.
Sebuah greenback yang lebih kuat juga membuat minyak mentah yang
dihargakan dalam dolar relatif lebih mahal, sehingga cenderung
mengurangi permintaan. Demikian laporan AFP dan Xinhua.
Harga minyak dunia terus menurun
Selasa, 18 Agustus 2015 8:07 WIB