Kuta (ANTARA GORONTALO) - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu
Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyatakan masih banyak alokasi gas,
terutama gas alam cair (liquefied natural gas/LNG), untuk pasar domestik
yang tidak terserap.
"Sejak 2014, Kementerian ESDM sudah alokasikan 64 kargo LNG untuk
domestik, tapi hanya terserap 39 kargo saja, ada 25 kargo yang tidak
terserap," kata Wakil Kepala SKK Migas Zikrullah dalam Sarasehan
Stakeholder Gas Bumi Nasional 2015 di Kuta, Bali, Senin.
Menurut dia, dari alokasi gas domestik yang tak terserap itu, maka
sekitar 75 triliun kaki kubik (TCF) tidak dimanfaatkan oleh domestik.
"Ini sudah ada alokasi dari pemerintah, sudah siap, tapi tidak
terserap. Padahal bagi kami, yang di hulu, tentu senang kalau gas bisa
terserap," katanya.
Zikrullah mengatakan sejak tahun 1970an, menemukan cadangan gas saat mengebor minyak bisa dikatakan seperti kutukan.
Bahkan, lanjut dia, pada awal tahun 2000an, perusahaan minyak asing
pernah menawarkan gas ke perusahaan dalam negeri dengan harga hanya 2
dolar AS dan jaminan suplai 15-20 tahun.
"Ternyata tidak ada yang minat, tidak ada infrastruktur dan kita
tidak punya strategi tata kelola migas. Makanya banyak diekspor.
Padahal, kami dukung gas harus di dalam negeri," ujarnya.
Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM IGN Wiratmaja, dalam
kesempatan yang sama, mengatakan produksi LNG Indonesia untuk tahun ini
dan tahun mendatang masih akan cukup banyak.
Ia mengakui, pemerintah sendiri kebingungan menjualnya lantaran di dalam negeri saja belum terserap maksimal.
"Ujung-ujungnya terpaksa kita jual ke pasar spot atau diekspor," katanya.
Pemerintah, lanjut Wiratmaja, mendukung pemanfaatan gas alam bukan
hanya sebagai komoditas yang bisa mendulang pendapatan negara, namun
sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi, terutama pengembangan daerah.
SKK Migas: gas domestik banyak tak terserap
Senin, 2 November 2015 16:27 WIB