Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Masalah terorisme dan Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA) diharapkan menjadi sorotan dalam Kongres Himpunana Mahasiswa Islam
(HMI) Ke-29 di Pekanbaru, 22 - 26 November 2015.
"Pertama HMI
harus mengambil peran sesuai porsinya dalam menghadang paham
radikalisme," kata Ketua Umum HMI periode 2006-2008 Jailani Paranddy
dalam keterangan persnya di Jakarta, Minggu.
Jailani mengatakan,
sebagai bahan renungan, pasca teror Paris pada Jumat (13/11) yang diduga
dilancarkan kelompok bersenjata ISIS, bahawa semua negara termasuk
Indonesia sepatutnya selalu waspada dan membuat terobosan dalam
menghadang paham dan ideologi radikal seperti ISIS dan lain-lain.
"Sebab
tidak menutup kemungkinan Indonesia akan mengalami hal yang serupa
dimasa mendatang, dan tentu saja sebagai organisasi yang kental dengan
pemahaman ideologi, HMI harus mengambil peran sesuai porsinya dan ruang
lingkup gerakannya dalam membendung paham ISIS di Indonesia," ujarnya.
Kedua,
kata Jailani, menjelang diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN, HMI
harus siap untuk merevitalisasi diri dan organisasinya guna merespon
isu-isu ekonomi dan politik di kawasan ASEAN, dan Kongres HMI Pekanbaru
menjadi momentum yang pas untuk itu.
"MEA berawal dari sebuah
konsep pada 2002 untuk membentuk sebuah pasar tunggal di kawasan Asia
Tenggara pada akhir 2015. Ini dilakukan agar daya saing ASEAN meningkat
serta bisa menyaingi Tiongkok dan India untuk menarik investasi asing,"
katanya.
Melalui MEA, tarif perdagangan sesama negara anggota
berkurang menjadi nol atau nyaris nol sehingga harga barang dan jasa
menurun. "Situasi ini harusnya tidak luput dari pemahaman HMI," demikian
Jailani Paranddy.
Kongres HMI diharapkan bahas masalah terorisme dan MEA
Senin, 23 November 2015 8:18 WIB