Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Peneliti Pusat Kajian Terorisme dan Konflik
Sosial Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Solahudin, mengatakan,
sumber dana untuk aksi terorisme di Indonesia tidak hanya berasal dari
luar negeri saja.
"Mereka tidak tergantung pendanaan dari luar (negeri) saja," kata
Solahudin, dalam acara bertajuk Penguatan Perspektif Korban Dalam
Peliputan Isu Terorisme Bagi Insan Media, di Jakarta, Kamis.
Menurut dia, ada banyak kaum muhsinin (orang-orang kaya) yang bersimpati pada pergerakan mereka dan bersedia mendanai kegiatan para jihadis.
"Ada dokter di Banten yang membiayai operasi pelatihan militer di
Aceh, ada juga pengusaha Bekasi menyumbangkan Rp200 juta untuk pelatihan
militer di Aceh," katanya.
Selain dana dari kaum muhsinin, Solahudin mengatakan para teroris
juga mendapatkan dana dari fai atau merampok. "Aksi perampokan sangat
disukai untuk menggalang dana," katanya.
Pihaknya mencatat aksi perampokan teroris pada 2012-2013 lebih dari 10 kali dengan sasaran utama perbankan milik pemerintah.
Selain mendapatkan dana dari dalam negeri, penyandang dana dari luar
negeri juga tetap ada. "Dana-dana dari luar (negeri) masih ada,"
katanya.
Teroris juga dibiayai dari dalam negeri
Kamis, 26 Mei 2016 22:41 WIB