Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Pengamat politik Universitas Negeri Jakarta
(UNJ), Ubedilah Badrun, menilai netralitas pemandu (moderator) dalam
suatu debat politik terlihat dari ekspresi dan kontruksi pertanyaan yang
dilontarkan kepada peserta debat.
"Etika utama seorang moderator
dalam debat kontestasi politik kepala daerah yang harus dijaga adalah
netralitas. Sebab netralitas moderator tidak hanya dilihat dari
kapasitasnya dalam memimpin debat tetapi juga bagaimana moderator
mengkonstruksi pertanyaan," kata Badrun kepada ANTARA News, Jumat.
Menurut dia, hal lain yang menjadi perhatian guna mengukur netralitas adalah track record moderator selama berkarir sebagai jurnalis, praktisi maupun akademisi.
Komisi
Pemilihan Umum Daerah DKI Jakarta (KPUD DKI Jakarta) menunjuk Tina
Talisa dan Eko Prasojo menjadi pemandu debat kedua Pilkada DKI Jakarta
bertema reformasi birokrasi, pelayanan publik dan tata ruang kota
Jakarta yang akan berlangsung Jumat malam ini.
(Baca: Tina Talisa tegaskan bersikap netral saat pandu debat)
Ubedilah,
Direktur Eksekutif Puspol Indonesia, menilai kapasitas Tina Talisa dan
Eko Prasojo mumpuni untuk memandu debat berdasarkan latar belakang
profesional dan keilmuan.
"Eko Prasojo memiliki latar belakang
menguasai tema debat karena latar belakang keilmuan dan pengalaman
menjadi wakil menteri PAN-RB," kata dia. "Sementara Tina Talisa memiliki
latar belakang jurnalis dan salah satu presenter terbaik."
Ubedilah
menilai satu-satunya keraguan publik pada kedua moderator tersebut
adalah soal netralitas karena publik mengetahui keduanya pernah dekat
dengan politik tertentu.
(Baca: KPU DKI pastikan moderator debat kedua netral)
"Saya
kira keraguan publik ini harus dijawab keduanya nanti malam untuk
tampil netral dan fokus pada tiga tema debat yaitu reformasi birokrasi,
pelayanan publik dan tata ruang kota," pungkas Ubedilah.
Netralitas pemandu debat terlihat dari ekspresi dan pertanyaan
Jumat, 27 Januari 2017 15:25 WIB