Los Angeles (ANTARA GORONTALO) - Sebanyak 300 pemrotes berkumpul di Bandar
Udara Internasional Los Angeles (LAX) pada Sabtu malam (28/1) untuk
memperlihatkan solidaritas kepada pengungsi dan migran Muslim yang
ditahan berdasarkan instruksi "melarang Muslim" (Muslim Ban) dari
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Sambil meneriakkan "Trump harus pergi", "Tidak Trump, Tidak KKK,
Tidak Ada Fasisme di USA", dan slogan lain, kerumunan orang itu menyeru
rakyat agar membangkang terhadap perintah eksekutif dari Presiden Donald
Trump pada Jumat (27/1), yang memberlakukan larangan bepergian 90 hari
ke negeri itu oleh warga negara tujuh negara yang mayoritas warga mereka
adalah Muslim dan pembekuan 120 hari program pengungsi AS.
Sedikit-dikitnya tujuh warga negara asing telah ditahan di Bandara
LAX dan diberitahu mereka tidak lagi disambut masuk ke AS, kata Los
Angeles Times, sebagaimana diberitakan Xinhua.
Harian tersebut menyatakan warga negara asing itu diperkenankan naik pesawat untuk pulang, sebelum instruksi tersebut berlaku.
Tuntutan pemrotes dikumandangkan oleh Wali Kota Los Angeles Eric
Garcetti, yang pada Sabtu malam melalui akun twitter miliknya bercuit,
"Los Angeles akan selalu menjadi tempat buat pengungsi."
Acara menyalakan lilin dan protes dijadwalkan diselenggarakan pada Minggu ini.
Larangan perjalanan Trump, yang oleh banyak pihak digambarkan
sebagai "Melarang Muslim" (Muslim Ban), telah menyulut kebingungan dan
kekacauan di seluruh negeri itu sekaligus memicu keprihatinan serta
kecaman dari seluruh belahan dunia.
Protes serupa telah meletus di bandar udara di banyak kota besar
lain. Di Chicago ada lebih dari 1.000 orang berkumpul di Bandar Udara
OHare. Di Denver, Colorado, puluhan pemrotes berkumpul di luar bandar
udara internasional untuk memperlihatkan dukungan buat pengungsi.
Aksi itu adalah akhir pekan kedua demonstrasi di Los Angeles setelah
Trump diambil sumpahnya menjadi Presiden AS menggantikan Barrack Obama
pada 20 Januari 2017.
Akhir pekan lalu lebih dari satu juta orang hadir pada akhir pekan sebelumnya untuk mengikuti kegiatan Womens March.
300 orang protes "Muslim Ban" dari Trump
Minggu, 29 Januari 2017 19:34 WIB