London (ANTARA GORONTALO) - Kedutaan Besar Indonesia di Vatikan mengelar seminar sekaligus dialog antaragama bertema Managing Religious Plurality in Indonesia during the Reform Era,
dalam rangka mempromosikan nilai-nilai keberagaman dan berbagai
pengalaman Indonesia, bertempat di Aula Komunitas Sant Egidio, Roma,
Italia Rabu.
Hadir dalam acara yang dibuka Duta Besar Indonesia untuk Takhta
Suci Vatikan, A Agus Sriyono, Duta Besar Indonesia untuk Italia, Esti
Andayani, anggota korps diplomatik, media massa setempat, serta
perwakilan organisasi kemasyarakatan di Italia lainnya.
Pejabat
Fungsi Penerangan dan Sosial Kedutaan Besar Indonesia di Vatikan, Wanry
Wabang, Kamis mengatakan, bertindak sebagai pembicara Direktur Wahid
Institute, Yenny Wahid, Sekjen Muhammadiyah, Dr Abdul Mukti, dan aktivis
asal Maluku yang tengah melanjutkan studinya di Roma, Johana Irma
Betaubun.
Dalam sambutannya, Sriyono menyampaikan tujuan seminar sebagai
forum bertukar pandangan dan memperluas perspektif pengalaman Indonesia
berkontribusi kepada pengelolaan keberagaman agama dalam konteks
internasional.
Apalagi dalam keadaan dunia masa kini di mana intoleransi dan tensi hubungan antaragama kian meningkat.
Sementara itu Ketua Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama
Vatikan, Kardinal Jean-Louis Tauran, mengatakan berdasarkan
pengalamannya berkunjung ke Indonesia awal 2000-an, Indonesia merupakan
negara yang cinta damai meskipun masyarakatnya datang dari latar
belakang yang berbeda.
Selain itu, Indonesia memiliki Pancasila sebagai dasar dan inspirasi negara untuk hidup dalam damai dan harmoni.
Sejalan
dengan Kardinal Tauran, Presiden Komunitas Sant Egidio, Prof Marco
Impagliazzo, menambahkan, melihat perkembangan dunia saat ini,
sepertinya sudah semakin sulit untuk mencari solusi mengatasi ketegangan
yang muncul akibat perbedaan agama.
Namun demikian, agama justru dapat memainkan peran yang sangat penting untuk meredam tensi yang kerap muncul.
Dikatakannya Indonesia negara yang cukup dikenal terutama terkait
dengan kebebasan beragama karena dijamin peraturan pemerintah. Untuk
itu, dasar negara Pancasila harus dipertahankan.
Dalam sesi diskusi Yenny Wahid menyebutkan dalam mengelola
keberagaman agama, Indonesia memiliki tantangan sekaligus solusi untuk
meredam konflik antar agama, yakni Pancasila sebagai dasar negara yang
menyatukan seluruh lapisan masyarakat Indonesia dan TLC (tolerance,
leadership, constitution).
Turut menambahkan pengalaman Indonesia setelah era reformasi,
Mukti berpendapat terdapat lima hal yang dapat memainkan peran vital
dalam keberagaman agama, yakni penerimaan, saling menghargai, kebebasan
menjalankan ritual agama, keadilan yang dijamin oleh pemerintah, dan
membangun pemahaman antar agama melalui dialog.
Kedutaan Besar Indonesia di Vatikan gelar dialog antar agama
Kamis, 25 Mei 2017 18:49 WIB