Nairobi, Kenya (ANTARA GORONTALO) - Tujuh orang tewas pada Rabu (9/8), dalam
peristiwa yang berkaitan dengan pemilihan umum di Kenya, saat negeri itu
menunggu hasil pemilihan presiden.
Polisi menewaskan empat orang di Mathare, di sebelah timur Ibu Kota
Kenya, Nairobi, saat mereka berusaha membubarkan pemrotes oposisi yang
bereaksi atas pernyataan dari calon presiden Raila Odinga, yang menuduh
pemilihan umum tersebut telah dicurangi.
Odinga menuduh sistem pemungutan suara diretas dan data dimanipulasi
sehingga menguntungkan calon petahana, Presiden Uhuru Kenyatta.
Pernyataan itu menyulut protes rusuh di kubunya yang meliputi
Mathare, Dagoretti, Kisumu dan Teluk Homa, sementara polisi berhadapan
dengan pemrotes guna memadamkan bentrokan.
Menurut polisi, mereka yang tewas terlibat dalam kejahatan yang
meliputi perampokan warga atas nama protes hasil pemungutan suara yang
jadi sengketa.
Kaum muda telah menghalangi satu bagian jalan utama yang melalui
Mathare dengan ban yang dibakar dan menaruh batu di jalan raya.
"Kami takkan membiarkan siapa pun memanipulasi hasil (pemungutan
suara)," demikian teriakan para pemuda tersebut, sebagaimana dikutip
Xinhua, Kamis siang.
"Ini tidak adil dan kami meminta komisi
pemilihan umum mengumumkan hasil yang benar. Kami bahkan siap mengulangi
pemungutan suara," kata salah seorang dari mereka.
Warga menuduh polisi menggunakan gas air mata terhadap mereka dan membunuh pemrotes yang melancarkan hak demokrasi mereka.
Ketegangan tetap tinggi di daerah tersebut pada Rabu malam, saat
warga berikrar akan melancarkan protes lagi selama Odinga
mempermasalahkan hasil pemilihan umum.
Odinga, yang bersaing lewat Aliansi Super Nasional (NASA), pada Rabu
mempermasalahkan hasil pemungutan suara dan menyatakan hasil itu
diperoleh dari komputer.
Ia mengeluarkan hasil dari pusat penghitungan suara NASA, yang
memperlihatkan ia "unggul dengan 8,1 juta suara melawan Presiden
Kenyatta, yang meraih 7,2 juta suara".
Sebaliknya, hasil penghitungan suara komisi pemilihan umum
memperlihatkan Kenyatta unggul dengan delapan juta suara berbanding
Odinga dengan 6,6 juta suara.
Meskipun bersama pasangannya dalam pemilihan umum, Kalonzo Musyoka,
Odinga meminta pendukung mereka agar tetap tenang dan melanjutkan
kegiatan mereka, ia tidak mengesampingkan protes massal di seluruh
negeri tersebut.
"Untuk sekarang, kami memberitahu pendukung kami untuk tetap tenang
tapi ketika waktunya tiba, kami takkan ragu untuk menyeru mereka agar
keluar," kata Musyoka.
Pegiat hak asasi manusia mengecam polisi karena menewaskan pemrotes sebab protes adalah bagian dari hak asasi manusia.
"Protes diperkenankan oleh hukum. Polisi tak perlu membunuh orang,
sebab mereka terlibat dalam apa yang diizinkan oleh hukum," kata Maina
Kiai, seorang pegiat.
Penjabat Menteri Dalam Negeri Kabinet Fred Matiangi mengatakan
polisi siap memadamkan setiap protes dan memelihara kedamaian dan
keamanan guna melindungi nyawa dan harta.
Matiangi juga mengatakan tindakan tegas akan dilakukan terhadap
pengguna media sosial yang menyebarkan tuduhan mengenai kerusuhan dan
protes di berbagai wilayah di negeri itu.
Di Hola, Kabupaten Sungai Tana, dua orang tewas di Sekolah Menengah
Hola di Pusat Penghitungan Suara Konstituensi Galole ketika lima
penyerang yang menggunakan pisau menyerbu tempat tersebut.
Satu orang tewas oleh para penyerang dan satu lagi oleh polisi saat
mereka menghadapi penyerang yang merupakan bagian dari satu kelompok
lima orang.
Peristiwa itu sempat mengganggu proses penghitungan suara saat
petugas pemilihan dan wakil partai politik menyelamatkan diri. Polisi
belakangan mengembalikan keadaan ke kondisi normal.
Jauh dari bentrokan yang berkaitan dengan pemilihan umu, seorang
pejabat yang memimpin tempat pemungutan suara Sekolah Dasar Kithimani di
Konstituensi Yatta meninggal saat mengembalikan surat suara ke pusat
penghitungan tersebut.
Tujuh orang tewas dalam Pemilu di Kenya
Kamis, 10 Agustus 2017 15:40 WIB