Jombang (ANTARA GORONTALO) - Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengajak
seluruh warga untuk retrospeksi atau mengenang kembali perjalanan
sampai terwujudnya bangsa Indonesia, yang salah satunya mengajak serta
pertemuan dengan putra dan putri pendiri bangsa.
"Putra dan putri pendiri bangsa turun gunung di HUT Ke-72
Kemerdekaan RI ini. Mereka memanggil kembali memori warga bangsa, bahwa
dulu Indonesia merdeka karena bersatunya 714 suku, 15.676 pulau,
kemudian agama dan akhirnya bisa menikmati kemerdekaan itu," kata
Mensoso.
Mensos mengemukakan itu dalam acara pertemuan putra-putri pendiri
bangsa dan tokoh lintas agama dengan Menteri Sosial Khofifah Indar
Parawansa di Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur,
Minggu.
Ia mengatakan, setelah Indonesia merdeka dan saat ini sudah yang
Ke-72, secara tiba-tiba ada dinamika sosial, politik, ekonomi,
pertahanan dan keamanan, yang akhirnya ada radikalisme, terorisme,
bahkan ada yang secara eksplisit ingin mengganti Pancasila, NKRI.
"Maka kebersatuan mereka atas nama wakil dari para pendiri bangsa
ini, menjadi sangat penting untuk hadiah ulang tahun yang ke-72 tahun
ini, bahwa mereka tidak tinggal diam melihat ujian bangsa itu, yang hari
ini kita rasakan. Mereka turun gunung dan merumuskan seruan nasional,"
tuturnya.
Mensos juga mengatakan, dalam pertemuan itu ingin mengajak
retrospeksi dari perjalanan bangsa ini bahwa ada proses sampai
terwujudnya bangsa Indonesia. Proses tersebut sebagian adalah adanya
persatuan, gotong royong.
"Para alim ulama, baik beragam agama, mereka bersama, demi
persatuan. Mereka mengorbankan jiwa raga, dan jadilah Indonesia. Ada
proses sampai menjadi Indonesia, dan ketika Indonesia merdeka, putra dan
putri pendiri bangsa memanggil memori kita semua, turun gunung untuk
isi jiwa kemerdekaan, jiwa perjuangan, pengorbanan, kepahlawanan,"
ujarnya.
Mensos mengatakan, Kementerian Sosial mendapatkan mandat dari para
putra dan putri pendiri bangsa tersebut, terkait dengan seruan kepada
bangsa tersebut. Rencananya, hal itu akan disampaikan ke Presiden,
bahkan diharapkan ada pertemuan langsung dengan Presiden, sehingga pesan
yang ingin disampaikan tidak hanya tertulis melainkan juga lisan.
Ia juga menambahkan, seruan ini tidak hanya ditandatangani oleh
putra putri pendiri bangsa, melainkan juga tokoh lintas agama. Dengan
bersatunya lintas agama, diharapkan bisa menjadi perekat yang lebih kuat
bagi NKRI, baik saat ini ataupun yang akan datang.
Lebih baik
Sementara itu, Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten
Jombang, KH Sholahudin Wahid mengatakan para putra dan putri pendiri
bangsa ini memang sengaja membuat seruan kepada bangsa tersebut. Seruan
itu sebagai saran, dengan harapan menjadikan bangsa ini lebih baik lagi.
"Kalau itu saran, bagaimana caranya tergantung pemerintah. Kami
ingin menyampaikan langsung ke Presiden, mudah-mudahan bisa diterima dan
jadi perhatian beliau (Presiden)," kata Gus Sholah, sapaan akrabnya.
Ia juga mengatakan, para putra dan putri pendiri bangsa rencananya
juga akan menyampaikan seruan ini dengan berkeliling ke beberapa tempat.
Hal itu diharapkan bisa mencegah perpecahan di antara bangsa.
"Ada rencana akan berkeliling ke beberapa tempat menyampaikan
seruan ini. Kami merasa, ada yang menganggu, potensi perpecahan ada,
seberapapun kecilnya harus dicegah. Namun, kuncinya supaya jangan sampai
pecah, adalah toleransi, menghargai perbedaan," ucap Gus Sholah.
Dalam kegiatan tersebut, selain dihadiri Mensos, juga dihadiri
sejumlah putra dan putri pendiri bangsa, di antaranya KH Sholahudin
Wahid (Putra KH Wachid Hasjim), SR Handini B Maramis (Putri AA Maramis),
Agustanzil Sjahroezah (Cucu Haji Agus Salim), MA Rohadi Subardjo (Putra
Prof Mr Achmad Soebardjo), Muhammad Afnan Hadikusumo (Cucu Ki Bagus
Hadikusumo), Nugroho Abi Kusno (Cucu Abikoesno Tjokrosoejoso), dan
Meutia Farida Hatta Swasono (Putri Muh Hatta).
Mensos ajak warga retrospeksi perjalanan bangsa
Senin, 14 Agustus 2017 8:43 WIB