Montreal (ANTARA GORONTALO) - Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau pada Rabu
waktu setempat mendesak pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi untuk
mengakhiri kekerasan yang telah memaksa hampir 380.000 muslim Rohingya
melarikan diri ke negara tetangga Bangladesh.
Dalam perbincangan
via telepon, Trudeau menekankan peran Suu Kyi sebagai "pemimpin moral
dan politik" bagi negara itu saat mengungkapkan "kekhawatiran
terdalamnya mengenai situasi di Rakhine State bagi muslim Rohingya"
menurut pernyataan kantor Perdana Menteri Kanada yang dikutip kantor
berita AFP.
Menurut organisasi-organisasi hak asasi manusia,
sejauh ini 379.000 warga Rohingya telah melarikan diri dari Myanmar di
tengah aksi balasan keras dari militer terhadap serangan militan
Rohingya di Rakhine State bulan lalu.
Trudeau menyeru pemimpin
militer dan sipil di Myanmar untuk "mengambil sikap tegas guna
mengakhiri aksi kekerasan tersebut, mendukung perlindungan warga sipil
dan akses tanpa hambatan bagi PBB dan pekerja kemanusiaan
internasional."
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menggambarkan
aksi penindakan militer di Myanmar sebagai "contoh buku teks dari
pembersihan etnis" dan menyerukan "langkah-langkah segera" untuk
mengakhiri aksi kekerasan pada Rabu.
Suu Kyi, yang merupakan
warga kehormatan Kanada sekaligus peraih Hadiah Nobel Perdamaian,
dikritik karena posisinya yang ambigu mengenai krisis Rohingya.
Dalam
konferensi pers Rabu, juru bicara pemerintah Zaw Htay mengumumkan bahwa
Suu Kyi akan menyampaikan pidato ke warga pekan depan dengan pesan
perdamaian dan rekonsiliasi nasional.
Pemimpin Myanmar itu membatalkan perjalanan ke New York untuk menghadiri Sidang Umum PBB guna mengatasi krisis di dalam negeri
PM Kanada desak Suu Kyi akhiri kekerasan di Myanmar
Kamis, 14 September 2017 14:38 WIB