Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Penyediaan pangan sehat bergizi seimbang menjadi
sebuah tantangan pembangunan pertanian. Setelah hasil positif yang
didapat dari upaya khusus peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai,
saatnya potensi pangan lokal juga diangkat dan digalakkan kembali.
Saat
peringatan Hari Pangan Sedunia ke-37 pun, Menteri Pertanian Amran
Sulaiman telah mencanangkan kembali program diversifikasi pangan
nasional.
Hal tersebut dibahas dalam talkshow mengangkat pangan
lokal untuk percepatan diversifikasi pangan mendukung kedaulatan pangan
nasional yang dilaksanakan oleh Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan),
Selasa (24/10/2017).
Herman Khaeron, Wakil Ketua Komisi VII DPR
RI yang juga merupakan pegiat diversifikasi pangan mengungkapkan bahwa
diperlukan waktu untuk mewujdukan diversifikasi pangan secara
menyeluruh.
Hal ini karena masyarakat masih perlu membudidayakan
komoditas lokal dan mebudayakan kembali konsumsi terhadap komoditas
selain beras.
Menurutnya, jika perubahan pola konsumsi ini sudah berjalan, maka akan mampu menimbulkan gerakan ekonomi baru.
“Ekonomi
baru ini akan tumbuh dan berkembang pada produksi dan pengolahan
komoditas lokal selain beras. Sekaligus berpotensi menjadi sumber
kesejahteraan masyarakat,†tambahnya.
Sementara, Peneliti Senior
Balitbangtan Hasil Sembiring menambahkan bahwa Balitbangtan telah
menghasilkan berbagai inovasi teknologi pendukung gerakan diversifikasi
pangan serta komoditas pangan lokal.
“Dukungan Litbang antara
lain melalui penyediaan teknologi tepat guna dalam optimalisasi
pemanfaatan pekarangan dan pengolahan pangan lokal, teknologi pengolahan
pangan bergizi tinggi dan dukungan teknologi peningkatan produksi hasil
pekarangan dan pangan lokal,†sebutnya.
Kepala Badan Ketahanan
Pangan, Agung Hendriadi yang hadir dalam acara itu mengatakan komoditas
lokal yang berpotensi mengkonversi beras dan terigu merupakan tanaman
yang bisa dibudidayakan di pekarangan sehingga tidak ada persaingan
lahan dengan komoditas utama seperti padi, jagung dan kedelai.
“Akan
dilakukan sinergi dengan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Luas
pekarangan yang ada saat ini seluas 10,4 juta hektare yang dapat
dimanfaatkan dalam mendorong produksi komoditas lokal,†ungkapnya.
Menurut
Agung, program diversifikasi pangan akan dimulai dari pengolahan,
seperti bagaimana pengolahan sagu, garut atau pangan lokal lainnya. Jika
diversifikasi produk olahan tersebut dapat diterima khalayak, maka akan
mampu menjadi sumber ekonomi baru bagi masyarakat.
Balitbangtan
sendiri telah melakukan model pengembangan diversifikasi pangan yang
mengangkat potensi pangan lokal, seperti model diversifikasi pangan
berbasis sorgum di Demak dan Larantuka (NTT), model bioindustri sagu di
Kehiran Papua, model bioindustri jagung di Kupang Timur (NTT), model
diversifikasi pangan berbasis hanjeli di Sumedang serta berbasis ubikayu
di Cimahi.
Percepat diversifikasi pangan melalui potensi pangan lokal
Kamis, 26 Oktober 2017 10:53 WIB