Belitung (ANTARA GORONTALO) - Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM) Arcandra Tahar mengatakan bahwa investasi energi baru terbarukan
(EBT) di Indonesia masih menjanjikan bagi para pengembang.
Dalam kunjungannya ke PLTBg di Jangkang, Belitung, Jumat, Wamen
ESDM kembali menyampaikan bahwa minat investasi energi terbarukan
meningkat, khususnya pada wilayah yang biaya pokok penyediaan (BPP)
wilayahnya lebih tinggi daripada BPP nasional, salah satunya di Provinsi
Bangka Belitung ini.
"Secara total di Indonesia, selama 2017 telah ditandatangani 68
power purchase agreement (PPA) pembangkit energi terbarukan antara PLN
dengan pengembang. Angka ini bahkan naik empat kali lipat dari data pada
tahun sebelumnya hanya 16 PPA energi terbarukan," kata Arcandra.
Arcandra mencontohkan, untuk di wilayah Bangka Belitung yang BPP
wilayahnya adalah tertinggi di Sumatera (Rp 1.907/kWh), harga pembeliaan
untuk listrik energi terbarukan ke PLN adalah 85 persen atau
Rp1.621/kWh.
"Biaya produksi PLTBg (Jangkang) ini bahkan lebih rendah daripada BPP setempat, ini menarik," katanya.
Sebagaimana diketahui listrik dari PLTBg Jangkang ini dijual ke PLN dengan harga Rp975/kWh.
PLTBg yang dioperasikan AANE di Desa Jangkang, Kecamatan Dendang,
Kabupaten Belitung Timur ini merupakan anak perusahaan dari PT Austrindo
Nusantara Jaya (ANJ) yang bergerak di bidang pengolahan kelapa sawit.
AANE didirikan pada tahun 2009 dan bertugas untuk mengolah limbah cair
kelapa sawit (palm oil mill effluent/POME) yang dihasilkan oleh ANJ
untuk menjadi listrik.
Pada tahun 2013, AANE menandatangani kontrak penjualan listrik
dengan PLN dan merupakan pengembang biogas pertama yang menjual listrik
secara komersial. Pada tahun 2016, kapasitas PLTBg AANE sebesar 1,8
megawatt untuk 2.000 rumah tangga dengan kapasitas 900 va.
Wamen ESDM dan rombongan selanjutnya melakukan kunjungan kerja ke
PLTS off-grid komunal di Dusun Tungkup, Desa Nyuruk, Kabupaten Belitung
Timur. Kunjungan kerja ke dua pembangkit energi terbarukan tersebut
adalah untuk melihat potensi interkoneksi energi terbarukan ke jaringan
PLN.
Interkoneksi PLTBg milik AANE ke jaringan PLN ini dapat dijadikan
contoh replikasi bagi PLTBg lainnya di Indonesia. Pemanfaatan POME
menjadi energi listrik akan memberi nilai tambah bagi Indonesia sebagai
negara penghasil kelapa sawit terbesar kedua di dunia.
Sementara itu, interkoneksi PLTS Tungkup ke jaringan PLN juga dapat
dijadikan contoh replika untuk proyek PLTS off-grid lainnya pada saat
jaringan PLN mulai masuk. Kapasitas PLTS yang relatif kecil dianggap
tidak akan memberi dampak yang signifikan atau gangguan pada sistem
jaringan PLN.
Sejak 2011 hingga akhir tahun 2016, Direktorat Jenderal Energi Baru
Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM telah
membangun lebih dari 600 PLTS dan PLTMH komunal dengan total kapasitas
25 megawatt. Saat ini PLN terus berekspansi untuk memberikan akses
listrik ke berbagai desa di Indonesia sehingga interkoneksi PLTS
off-grid menjadi penting untuk keberlanjutan pemanfaatan PLTS yang
dibangun dari dana APBN bagi kesejahteraan masyarakat.
Interkoneksi listrik dari energi terbarukan ke jaringan PLN juga
dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap pencapaian target energi
terbarukan sebesar 23 persen dalam bauran energi nasional pada tahun
2025, juga membantu Indonesia mencapai komitmen pengurangan emisi gas
rumah kaca sebesar 29 persen pada tahun 2030.
Wamen: Investasi EBT masih menjanjikan
Jumat, 15 Desember 2017 23:13 WIB