Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI)
menolak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi karena akan
diikuti kenaikan harga-harga kebutuhan pokok yang makin menyulitkan
kehidupan kaum buruh.
"Kami kaum Buruh Indonesia menyatakan bahwa sikap tersebut telah
menyakiti hati kaum buruh, mau enak sendiri dan tidak berpihak pada
kepentingan masyarakat kecil," kata Presiden KSPI Said Iqbal dalam
siaran pers yang diterima Antara di Jakarta, Selasa.
Pernyataan itu keluar menanggapi sikap Ketua umum Asosiasi
Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi yang mengusulkan menaikkan
harga BBM bersubsidi sebesar Rp3.000 sehingga harga menjadi Rp9.500 per
liter.
Said menegaskan, tidak benar kalau subsidi harga BBM hanya
dinikmati oleh orang kaya saja karena ada lebih dari 86 juta orang
pengguna sepeda motor termasuk kaum buruh menggantungkan nasibnya dari
subsidi harga BBM.
"KSPI menolak tegas dan keras sikap Ketua Umum Apindo Sofjan
Wanandi dan para pengusaha hitam yang terus mendesak pemerintah baru
untuk menaikan harga BBM," katanya.
Ia menjelaskan kenaikan harga BBM sebesar Rp3.000 per liter akan mengakibatkan daya beli buruh turun 50 persen.
Sedangkan pengusaha, dengan kenaikan harga BBM justru mendapatkan
dua keuntungan dan tidak merasakan adanya kerugiaan sama sekali.
Dia menambahkan dari pengurangan subsidi BBM tersebut mereka
mendapatkan keuntungan infrastruktur karena ada alokasi tambahan untuk
dana infrastruktur. Selain itu, keuntungan pengusaha juga tidak
berkurang karena mereka pasti akan menaikkan harga jual barang dengan
alasan adanya kenaikan BBM bersubsidi.
"Dengan demikian akhirnya buruh dan rakyat kecil juga menderita," katanya.
KSPI tolak kenaikan BBM
Selasa, 16 September 2014 22:11 WIB