Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Pembangkit listrik tenaga angin terapung (floating offshore wind turbines) mulai dikembangkan, yang disebut-sebut akan menjadi masa depan pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai.
Lebih
dari 3.200 pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai telah dibangun
di seluruh dunia sampai dengan akhir tahun 2015, dan telah memberikan
sekitar 12 GW daya listrik dari kapasitas yang terpasang.
Tetapi hampir sebagian besar dari seluruhnya merupakan turbin angin yang terpancang di dasar laut (bottom-fixed offshore turbines). Sementara pembangkit listrik tenaga angin terapung baru diinstal di Norwegia (satu), Portugal (satu), Jepang (empat).
Padahal
pembangkit listrik tenaga angin terapung punya sejumlah keunggulan,
misalnya bisa diterapkan pada lepas pantai dengan kedalaman yang cukup
dalam, sehingga bisa diinstal lebih jauh lagi ke laut, dan yang paling
penting mendapatkan angin yang lebih kuat sehingga menghasilkan
kapasitas listrik yang lebih tinggi.
ANTARA
News berkesempatan melihat proyek pembangunan turbin FLOATGEN, yang akan
menjadi pembangkit listrik tenaga angin terapung pertama di Prancis
dengan kapasitas 2 MW yang akan diinstal di kawasan lepas pantai di Le
Croisic, Brittany.
Di Prancis, belum ada
pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai yang sudah terbangun, baik
yang terpancang di dasar laut maupun terapung.
Beberapa
proyek masih dalam tahap pembangunan, antara lain enam proyek komersial
turbin angin terpancang di dasar laut berkapasitas masing-masing 500 MW
di Le Treport, Fecamp, Courseulles-sur-Mer, Saint-Brieuc,
Noirmoutier-en-l'lle/Ile d'Yeu, dan Saint-Nazaire.
Selain
itu, empat proyek turbin angin terapung sudah dicanangkan pemerintah
Prancis di Groix, Leucate, Gruissan, dan Fos-sur-Mer masing-masing
kapasitas 25 MW, yang targetnya akan diinstal antara tahun 2020-2021.
"Saat
ini Prancis masih bergantung pada nuklir tetapi pelan-pelan mulai
beralih ke energi baru terbarukan, terutama potensi energi terbarukan
dari laut," kata Chief Sales & Marketing Officer Ideol Bruno
Geschier, saat ditemui beberapa waktu lalu, di kota Saint-Nazaire,
sebuah kota pelabuhan Prancis, di tepi Samudera Atlantik.
Ideol merupakan perusahaan rintisan Prancis yang merancang dan memegang paten dari konsep fondasi terapung FLOATGEN.
Turbin
FLOATGEN akan diinstal untuk periode awal selama dua tahun (2018-2019)
dan jaringan listrik yang dihasilkan akan didistribusikan untuk jaringan
listrik nasional sepanjang periode operasional.
Turbin
angin FLOATGEN yang rencananya akan diinstal pada akhir tahun 2017,
tidak hanya akan menjadi pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai
pertama di perairan Prancis, tetapi juga turbin angin terapung pertama
yang merupakan 100 persen Eropa.
Inovasi lebih mudah dan murah
Bruno
menjelaskan, turbin angin yang terpancang di dasar laut memiliki
keterbatasan dengan kedalaman air maksimal 40 meter, oleh karena itu
cenderung dekat tepi pantai yang artinya memberi dampak pada aktivitas
di sekitar.
Selain itu, membutuhkan instalasi turbin angin lepas pantai yang kompleks, mahal dan lebih berisiko.
Sedangkan turbin angin darat (onshore wind turbines),
lanjut Bruno, memiliki kendala lahan yang kerap menjadi persoalan utama
karena membutuhkan lahan yang sangat luas, selain angin darat yang
tidak sekencang angin laut.
"Dan kami sudah menyiapkan inovasi yang memungkinkan proyek ini tidak sulit dibangun di negara mana pun," kata Bruno.
Menurut
Bruno, Ideol merancang sistem fondasi terapung cincin segiempat yang
disebut Damping Pool, yang mengoptimalkan kestabilan fondasi turbin
angin dengan biaya yang lebih murah dari instalasi turbin angin terapung
yang sudah ada karena menggunakan beton, bukan baja.
Bahan
beton, lanjut Bruno, juga membuat instalasi turbin angin terapung
tersebut lebih mudah dan murah diaplikasikan di negara mana oun karena
bisa dikerjakan oleh perusahaan lokal.
FLOATGEN
yang dirancang oleh 20 ahli teknik yang berasal dari 11 negara berbeda
itu akan menjadi pembangkit listrik tenaga angin pertama di dunia yang
menggunakan fondasi dari beton.
Sedangkan tali
penyangga-nya menggunakan nilon, bukan rantai baja. Hal ini, jelas
Bruno, dapat menekan biaya menjadi jauh lebih murah. Ia menambahkan,
nilon juga awet karena tidak akan korosif seperti baja.
"Energi
terbarukan itu memang masih mahal tetapi kami mencari alternatif agar
bisa lebih murah tanpa mengurangi kualitasnya, dengan fungsi yang sama.
Untuk sistem penyangga, hanya 20 persen menggunakan rantai baja yang
ditancapkan di dasar laut," jelasnya.
Saat ini,
pengerjaan fondasi terapung FLOATGEN sudah mencapai lebih dari 50
persen. Para ahli teknik yang dikerahkan merancang bagaimana fondasi
seberat 6.500 ton itu bisa terapung.
Indonesia
sebagai negara kepulauan dengan lautan yang luas, menurut Bruno, sangat
potensial untuk menerapkan pembangkit listrik tenaga angin terapung.
"Indonesia sangat potensial, banyak laut dan banyak pulau yang masih sulit untuk menjangkau jaringan listrik," ujarnya.
Ia
menambahkan, bahan beton yang digunakan untuk fondasi sengaja dirancang
agar bisa dibuat oleh perusahaan lokal. Dalam diskusi yang pernah
dilakukan Ideol dengan pihak Indonesia, yakni perusahaan Pertamina,
kawasan perairan Selatan Jawa menjadi salah satu lokasi potensial untuk
instalasi turbin angin terapung.
"Desain kami
memakai beton karena harga baja lebih mahal dan bisa korosi. Beton juga
tidak terlalu membutuhkan teknologi tinggi, sehingga bisa dibangun oleh
perusahaan lokal, tidak perlu impor sehingga bisa semakin menekan
harga," tutur Bruno.
Pembangunan pembangkit listrik tenaga angin terapung pertama di Prancis
Pengerjaan konstruksi di Pelabuhan Saint-Nazaire (mobilisasi 70 pekerja)
Lokasi instalasi di area uji coba SEM-REV di Le Croisic
Kedalaman air 33 meter
Jarak dengan daratan 22 kilometer
Pembangunan
fondasi terapung cincin segiempat, Damping Pool, untuk penyangga
pembangkit listrik tenaga angin terapung pertama di Prancis di Pelabuhan
Saint-Nazaire, Prancis. (ANTARA News/Monalisa)
Fondasi terapung cincin segiempat "Damping Pool"
Luas 36 meter
Tinggi 9,5 meter
Jarak kedalaman 7,5 meter
Berat 6.500 ton
Baling-baling turbin angin untuk pembangkit listrik tenaga angin terapung pertama di Prancis. (ANTARA News/Monalisa)
Turbin Angin
Kapasitas 2 MW
Baling-baling 80 meter
Tinggi tower keseluruhan 60 meter
Tali
penyangga terbuat dari serat sintesis nilon untuk pembangkit listrik
tenaga angin terapung pertama di Prancis. (ANTARA News/Monalisa)
Sistem penyangga
Enam tali penyangga nilon
Jangkar yang akan digunakan untuk pembangkit listrik tenaga angin terapung pertama di Prancis. (ANTARA News/Monalisa)