Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Google akan menerapkan langkah-langkah lebih luas
lagi dalam mengidentifikasi dan mencabut konten teroris atau ekstremis
kekerasan di platform berbagi video YouTube, kata perusahaan internet
raksasa ini dalam satu posting blog seperti dikutip Reuters.
Google
menyatakan akan mengambil posisi lebih tegas dalam video-video yang
berisi konten supremasis (rasial) atau hasutan keagamaan dengan
menerbitkan peringatan dan tidak merekomendasikannya ke pengguna,
sekalipun konten-konten itu tidak tegas menyalahi kebijakan Google.
Google
juga akan merekrut sumber daya teknik yang lebih banyak dan
meningkatkan penggunaan teknologinya untuk membantu mengidentifikasi
video-video ekstremis, ditambah pelatihan bagi para pemilih konten guna
mengidentifikasi dan mencabut dengan cepat konten semacam itu.
"Selama
ini kami dan yang lainnya bekerja bertahun-tahun dalam mengidentifikasi
dan mencabut konten yang menyalahi kebijakan kami, kebenaran yang tidak
mengenakkan adalah bahwa kami sebagai industri, mesti menyadari bahwa
saat ini banyak lagi hal yang mesti dilakukan," kata penasihat umum
Google Kent Walker.
Google akan memperluas kolaborasinya dengan
kelompok-kelompok kontraekstremis dalam mengidentifikasi konten yang
mungkin digunakan untuk meradikalisasi dan merekrut ekstremis.
Google
juga akan membidik rekrutan-rekrutan potensial ISIS melalui iklan
online tersasar dan mengalihkan mereka ke video-video anti-teroris demi
mengubah pola mereka dari semula ingin bergabung dengan teroris menjadi
menjauhinya.
Selama ini Jerman, Prancis dan Inggris menekan
Facebook dan penyedia media sosial lainnya seperti Google dan Twitter
untuk berbuat lebih banyak lagi dalam mencabut konten militan dan ujaran
kebencian.
Facebook sendiri sejak Kamis pekan lalu telah
mengambil langkah menghapus konten terorisme. Facebook telah menggunakan
kecerdasan buatan seperti pencocokkan imej dan pemahaman bahasa untuk
mengidentifikasi dan mencabut konten esktremis secepatnya, demikian
Reuters.
Google akan cabut konten ekstremis dari YouTube
Senin, 19 Juni 2017 13:14 WIB