Gorontalo,  (ANTARA GORONTALO) - Kepala BPS Provinsi Gorontalo, Eko Marsoro mengatakan, perbedaan musim tanam tidak memberikan perbedaan yang berarti pada biaya produksi usaha tanaman padi sawah.

Di Gorontalo total biaya per musim tanam untuk satu hektar padi sawah di musim kemarau sebesar Rp10,9 juta, sementara total biaya di musim hujan sebesar Rp10,7 juta, kata Eko di Gorontalo, Rabu.

"Biaya produksi usaha tanaman padi sawah yang memiliki perbedaan mencolok antara musim kemarau dan musim hujan adalah pengeluaran untuk sewa lahan serta upah pekerja dan jasa pertanian," ujarnya.

Pada musim hujan, biaya sewa lahan untuk satu hektar padi sawah sebesar Rp2,97 juta per musim tanam, sementara pada musim kemarau biaya sewa lahan mencapai Rp2,78 juta.

Sementara upah pekerja dan jasa pertanian pada musim hujan sebesar Rp5,4 juta per musim tanam, dan pada musim kemarau sebesar Rp5,6 juta dari total biaya.

Total biaya per musim tanam untuk satu hektar luas panen padi sawah sebesar Rp10,8 juta. Komponen biaya produksi usaha tanaman padi sawah yang terbesar adalah upah pekerja dan jasa pertanian, yakni mencapai 50,46 persen dari total biaya atau sebesar Rp5,5 juta.

Selain itu, biaya produksi lain yang juga relatif besar adalah pengeluaran untuk sewa lahan dan pupuk, yakni masing-masing sebesar 26,67 persen (Rp2,9 juta) dan 7,33 persen (Rp792,0 ribu) dari total biaya. Nilai produksi per hektar per musim tanam sebesar Rp15,57 juta.

Di Sisi lain, total biaya per musim tanam untuk satu hektar luas panen padi ladang sebesar Rp7,1 juta. Komponen biaya produksi usaha tani padi ladang yang terbesar adalah pengeluaran untuk upah pekerja dan jasa pertanian, yakni mencakup 70,02 persen dari total biaya atau sebesar Rp4,95 juta.

"Nilai produksi per hektar per musim tanam untuk padi ladang sebesar Rp7,78 juta," ucapnya.

Pewarta: Debby Hariyanti Mano

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2014