Gorontalo,  (ANTARA GORONTALO) - Pria kelahiran tahun 1985 ini sebelumnya tak menyangka bisa menjadi bagian dari Badan SAR Nasional (Basarnas), hingga musibah tsunami di Aceh menghiasi layar televisi miliknya.

Ada rasa sedih, iba dan haru yang dirasakannya saat melihat proses evakuasi jenazah korban tsunami saat itu, kata Brian Abdulkadir Ngiu, anggota Basarnas Gorontalo, Kamis.

Keyakinannya untuk terjun di dunia SAR semakin kuat saat terjadinya kecelakaan pesawat Adam Air tanpa ada satu pun korban yang ditemukan.

Berbekal hobi olahraga, Brian Abdulkadir Ngiu akhirnya memberanikan diri mengisi lowongan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Kantor SAR Sulawesi Utara pada tahun 2007 dan lulus tes.

"Masuk SAR dan melakukan berbagai operasi, menambah pelajaran hidup bagi saya bahwa pekerjaan ini membutuhkan pengorbanan besar dan harus dengan panggilan hati. Apalagi satu anggota SAR harus menguasai semua keterampilan rescue," ujar bapak satu anak itu.

Sebagai personil penyelamat, Brian yang kini berstatus sebagai Instruktur SAR mengatakan, ia dan teman-temannya wajib menguasai teknik rescue di udara, laut dan darat.

Meski tak bisa menghitung berapa kali ia terlibat dalam operasi penyelamatan korban, namun ia memiliki satu kenangan paling berkesan selama bekerja.

Saat itu seorang mahasiswa hilang di Gunung Pilomateya di Kabupaten Bone Bolango dan upaya pencarian dilakukan membuahkan hasil setelah tujuh hari.

"Kepuasan seorang rescuer itu bila korban yang dicari bisa ketemu dalam keadaan selamat dan melihat keluarga korban gembira," ungkapnya.

Tak hanya sampai di situ, ia juga ingin membagi pengalamannya dengan banyak orang untuk mensosialisasikan tugas dan fungsi Basarnas.

Pewarta: Debby Hariyanti Mano

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2015