Gorontalo, (ANTARA GORONTALO) - Sejumlah warga di tiga desa Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo, menanami bibit pohon mangrove di lahan sekitar sembilan hektare, untuk merehabilitasi hutan pesisir pantai yang mulai rusak.
Adapun ketiga desa tersebut, yakni Torosiaje, Torosiaje Jaya dan Bumi Bahari yang tergabung dalam Kelompok Sadar Lingkungan (KSL) "Paddakauang" melakukan penanaman tersebut sejak Agustus 2014.
"Kami menanam jenis Rhizopora mucronata, Rhizopora stylosa, Ceriops tagal sesuai substrat yang ada di tiga desa ini. Bibitnya kami semaikan sendiri terlebih dahulu, baru ditanam oleh warga," ungkap Ketua KSL Paddakauang, Umar Psandre, Kamis.
Warga juga berencana menanam bakau jenis Aviccenia marina, namun masih terkendala hama salah satu jenis kepiting yang sering memakan daun dan buah bibit bakau jenis tersebut.
Setelah ditanami, kata Umar, warga melakukan pengawasan terhadap lahan yang baru ditanami untuk melihat tingkat pertumbuhannya.
Selain warga setempat, penanaman turut dilakukan oleh mahasiswa Universitas Negeri Gorontalo dan Universitas Gorontalo.
Umar menjelaskan, bahwa kesadaran warga untuk merehabilitasi sendiri lahan mangrove di kawasan itu, awalnya dipelopori oleh program nasional Gerakan Rehabilitasi Lahan (Gerhan) tahun 2004-2006, program Teluk Tomini (Tomini Bay Sustainable Coastal Livelihoods and Management) tahun 2008-2011, serta Mangrofe For The Future (MFF) tahun 2014-2015.
Selain itu, warga tiga desa juga menginisiasi Peraturan Desa (Perdes) Tentang Pengelolaan Ekosistem Mangrove Desa pada tahun 2011.
Dengan Perdes tersebut, pemanfaatan seluruh bagian tanaman bakau diatur dengan jelas sehingga warga tidak merusak ekosistem yang ada.
"Dulu batang bakau digunakan untuk bangunan rumah atau bahan baku perahu, namun sekarang tak ada lagi pemanfaatan yang merusak seperti itu," katanya lagi.
Warga diarahkan untuk memanfaatkan bagian yang tidak mengancam kelangsungan hidup tanaman bakau..
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2015
Adapun ketiga desa tersebut, yakni Torosiaje, Torosiaje Jaya dan Bumi Bahari yang tergabung dalam Kelompok Sadar Lingkungan (KSL) "Paddakauang" melakukan penanaman tersebut sejak Agustus 2014.
"Kami menanam jenis Rhizopora mucronata, Rhizopora stylosa, Ceriops tagal sesuai substrat yang ada di tiga desa ini. Bibitnya kami semaikan sendiri terlebih dahulu, baru ditanam oleh warga," ungkap Ketua KSL Paddakauang, Umar Psandre, Kamis.
Warga juga berencana menanam bakau jenis Aviccenia marina, namun masih terkendala hama salah satu jenis kepiting yang sering memakan daun dan buah bibit bakau jenis tersebut.
Setelah ditanami, kata Umar, warga melakukan pengawasan terhadap lahan yang baru ditanami untuk melihat tingkat pertumbuhannya.
Selain warga setempat, penanaman turut dilakukan oleh mahasiswa Universitas Negeri Gorontalo dan Universitas Gorontalo.
Umar menjelaskan, bahwa kesadaran warga untuk merehabilitasi sendiri lahan mangrove di kawasan itu, awalnya dipelopori oleh program nasional Gerakan Rehabilitasi Lahan (Gerhan) tahun 2004-2006, program Teluk Tomini (Tomini Bay Sustainable Coastal Livelihoods and Management) tahun 2008-2011, serta Mangrofe For The Future (MFF) tahun 2014-2015.
Selain itu, warga tiga desa juga menginisiasi Peraturan Desa (Perdes) Tentang Pengelolaan Ekosistem Mangrove Desa pada tahun 2011.
Dengan Perdes tersebut, pemanfaatan seluruh bagian tanaman bakau diatur dengan jelas sehingga warga tidak merusak ekosistem yang ada.
"Dulu batang bakau digunakan untuk bangunan rumah atau bahan baku perahu, namun sekarang tak ada lagi pemanfaatan yang merusak seperti itu," katanya lagi.
Warga diarahkan untuk memanfaatkan bagian yang tidak mengancam kelangsungan hidup tanaman bakau..
Editor : Hence Paat
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2015