Sejarawan sekaligus Ketua Departemen Sejarah Universitas Indonesia (UI) Dr Abdurakhman menilai Film G-30S/PKI merupakan sebuah film pendidikan bagi anak didik di Tanah Air sehingga baik untuk upaya penanaman karakter kebangsaan.
"Ini sebenarnya betul-betul film pendidikan," kata dia saat dihubungi di Jakarta, Rabu.
Ketika pembuatan film tersebut dijelaskan bahwa tidak ada pengawasan atau kontrol yang begitu ketat karena semua diterapkan setelah naskahnya disetujui lalu diterjemahkan dalam sebuah akting.
Pemutaran film tersebut, ujar Abdurakhman, sejatinya baik bagi anak didik sebagai referensi ilmu pengetahuan tentang peristiwa yang terjadi pada 1965.
Ia berpandangan apabila ada pihak-pihak yang mengartikan film tersebut tidak benar maka dipersilakan membuat film versi lain namun harus berdasarkan sumber-sumber sejarah atau fakta sejarah.
"Jadi bukan suatu upaya untuk melencengkan," katanya.
Sebagai seorang sejarawan, ia berpandangan sudah selayaknya anak bangsa mengetahui kebenaran peristiwa yang terjadi pada 30 September 1965. Apabila ada orang yang tidak setuju terkait pemutaran film tersebut maka kembali pada konteksnya.
Sebab, penanaman karakter kebangsaan kepada masyarakat adalah sebuah kewajiban negara. Bila hal itu tidak dilakukan oleh negara, maka bersiaplah menerima generasi muda yang tidak mencintai bangsanya sendiri.
Ia menyakini bila penanaman karakter kebangsaan dilakukan kepada generasi muda maka mereka akan bangga dengan bangsanya dan membangun tanpa mendahului kepentingan pribadi.
Oleh karena itu, sebagai seorang sejarawan ia mendukung penuh pemutaran film G-30S/PKI kepada generasi muda sebagai referensi dan upaya menumbuhkan karakter kebangsaan.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2020
"Ini sebenarnya betul-betul film pendidikan," kata dia saat dihubungi di Jakarta, Rabu.
Ketika pembuatan film tersebut dijelaskan bahwa tidak ada pengawasan atau kontrol yang begitu ketat karena semua diterapkan setelah naskahnya disetujui lalu diterjemahkan dalam sebuah akting.
Pemutaran film tersebut, ujar Abdurakhman, sejatinya baik bagi anak didik sebagai referensi ilmu pengetahuan tentang peristiwa yang terjadi pada 1965.
Ia berpandangan apabila ada pihak-pihak yang mengartikan film tersebut tidak benar maka dipersilakan membuat film versi lain namun harus berdasarkan sumber-sumber sejarah atau fakta sejarah.
"Jadi bukan suatu upaya untuk melencengkan," katanya.
Sebagai seorang sejarawan, ia berpandangan sudah selayaknya anak bangsa mengetahui kebenaran peristiwa yang terjadi pada 30 September 1965. Apabila ada orang yang tidak setuju terkait pemutaran film tersebut maka kembali pada konteksnya.
Sebab, penanaman karakter kebangsaan kepada masyarakat adalah sebuah kewajiban negara. Bila hal itu tidak dilakukan oleh negara, maka bersiaplah menerima generasi muda yang tidak mencintai bangsanya sendiri.
Ia menyakini bila penanaman karakter kebangsaan dilakukan kepada generasi muda maka mereka akan bangga dengan bangsanya dan membangun tanpa mendahului kepentingan pribadi.
Oleh karena itu, sebagai seorang sejarawan ia mendukung penuh pemutaran film G-30S/PKI kepada generasi muda sebagai referensi dan upaya menumbuhkan karakter kebangsaan.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2020