Kepala Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo Muljady Mario mengatakan Kualitas beras lokal daerah itu turun dalam beberapa bulan terakhir.

Hal itu memicu masuknya produk beras dari luar provinsi seperti Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah.

Mario menilai perlu adanya monitoring dan pengawasan kualitas gilingan di daerah.

Dari total 693 gilingan beras yang ada, yang terbesar ada di Kabupaten Gorontalo yakni 297 unit.

“Rendahnya kualitas beras kita akhir- akhir ini disebabkan oleh kualitas gilingan. Di Kabupaten Gorontalo ada 297 unit gilingan, namun yang kualitasnya baik hanya ada 16 unit. Ini menghasilkan beras yang kualitas patahnya cukup besar,” katanya saat Rakorev dengan Pemkab Gorontalo, Selasa.

Selain masalah kualitas gilingan yang rendah, ada perbedaan tujuan antara petani yang menggiling gabah dengan pemilik gilingan yang mengejar dedak atau kulit padi.

Ia mensinyalir ada oknum pemilik gilingan yang sengaja mengatur mesinnya sedemikian rupa, agar semakin banyak dedak yang dihasilkan.

“Nah kalau mengejar dedak bisanya disetelan gilingan, dia setel sedemikian rupa dari misalnya 200 karung dia dapat lima karung dedak. Kalau dia longgarkan supaya banyak yang tidak patah, dia hanya mendapat satu karung saja. Ini membuat kualitas beras menjadi jelek,” ungkapnya.

Muljady mendorong para bupati dan wali kota selaku pihak yang memiliki otoritas izin pengelolaan gilingan, agar memantau dan mengevaluasi gilingan yang ada.

Ia juga meminta agar sistem pengelolaan gilingan tidak lagi berdasarkan bagi hasil, tetapi pemilik gilingan membeli gabah petani.

“Jadi ke depan perlu dipikirkan agar pemilik gilingan membeli gabah, supaya dia bertanggungjawab terhadap kualitas beras yang dia giling,” tambahnya.

Pewarta: Debby H. Mano

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2021