Sejumlah pedagang mengaku kecewa pemerintah daerah meniadakan Pasar Senggol di Kota Gorontalo pada tahun ini.

"Sangat kecewa karena ini kedua kalinya pasar tidak digelar. Alasannya mencegah penularan COVID, tapi nyatanya pasar pasar tradisional tetap jalan," ujar salah seorang pedagang Elon Karim di Kota Gorontalo, Kamis.

Menurutnya Pasar Senggol adalah salah satu sumber pendapatannya di bulan ramadhan, dengan berjualan berbagai merek dan model jam tangan.

Selain itu, ia bersama kawannya yang lain berdagang sandal dengan harga yang lebih murah dibanding harga toko.

"Selisih dengan toko bisa sampai 50 ribu. Biasanya di penghujung bulan ramadhan omset akan semakin naik, karena pengunjung pasar semakin banyak," ungkap pedagang lainnya Yusrin (43).

Ia mengaku hasil penjualan di Pasar Senggol biasanya digunakan sebagai modal usaha, selanjutnya dan untuk memenuhi kebutuhan menjelang lebaran.

Pasar Senggol merupakan pasar yang digelar di Kota Gorontalo pada pertengahan hingga akhir bulan ramadhan.

Di pasar tersebut terdapat berbagai macam dagangan seperti pakaian, kue, sandal, perlatan rumah tangga, hingga sembako.

Sebelumnya Gubernur Gorontalo Rusli Habibie ditiadakannya pelaksanaan pasar senggol merupakan kesepakatan bersama antara pemerintah provinsi, kabupaten, dan kota serta didukung oleh seluruh pihak terkait.

"Tentu saja langkah ini kami tempuh, karena pandemi COVID-19 belum berakhir. Masih ada warga yang terpapar virus ini, sehingga pemerintah harus menekan penyebarannya," kata Rusli.

Selain Pasar Senggol, pemerintah juga meniadakan Festival Tumbiolotohe atau malam pasang lampu dan membatasi waktu operasional toko dan pusat perbelanjaan.

“Ada pembatasan jam malam  di pusat perbelanjaan seperti mall, toko, dan distro-distro dibatasi hanya sampai pukul 21.00 Wita," tukasnya.*

Pewarta: Debby H. Mano

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2021