Gorontalo, (ANTARA GORONTALO) - Musyawarah Wilayah IV Partai Amanat Nasional Provinsi Gorontalo berujung kegagalan karena Muswil PAN yang berlangsung di sebuah hotel, Kota Gorontalo, tidak menghasilkan kesepakatan dalam menentukan ketua DPW.
Pasalnya, kata Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PAN Kecamatan Tomilito, Gorontalo Utara, Riskal Gou di Gorontalo, Minggu, pihak Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PAN Yandri Susanto yang memimpin jalannya sidang tidak mampu mengakomodasi keinginan pemilih yang terdiri atas para ketua-ketua DPC di tingkat kecamatan maupun DPD di tingkat kabupaten.
Bahkan, lanjut Riskal Gou, setelah pihak DPP membacakan empat nama tim formatur yang akan memilih kepengurusan Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) yang baru pada pukul 18.10 Wita, kemudian diskors selama 15 menit. Namun, skors tersebut tidak pernah dicabut hingga larut malam.
Di lain pihak, panitia pun tidak pernah menunjukkan keberadaannya hingga beberapa kekisruhan terjadi di luar ruangan sidang.
"Panitia di antaranya pihak DPP, yaitu Ketua Pengembangan Organisasi Kader (POK) Yandri Susanto dan Wakil Ketua Umum Hanafi Rais hilang entah ke mana? Mereka tidak kunjung kembali ke ruangan sidang untuk mencabut kembali skors. Ini adalah bentuk musyawarah mufakat yang sangat mencederai demokrasi yang sudah dibangun oleh partai ini," ujar Riskal.
Ia merasa ada keegoisan dari pihak DPP yang relatif sangat merugikan masa depan PAN di Gorontalo, apalagi 100 persen pemilih menyuarakan satu nama, yaitu Roni Imran sebagai Ketua DPW PAN. Namun, suara tersebut yang dibuktikan dengan penandatanganan surat pernyataan dukungan seolah tidak didengar.
Menurut dia, sejumlah kader PAN menilai Roni mampu membesarkan partai tersebut, terbukti prestasinya mampu meningkatkan suara signifikan bagi PAN.
Bahkan, lanjut kata Riskal, Roni berhasil merangkul kader-kader dan simpatisan, termasuk organisasi-organisasi sayap PAN untuk bersatu kembali mendukung partai itu.
Dari segi finansial, menurut dia, pengusaha perminyakan yang menjabat wakil bupati itu tidak diragukan sebab yang bersangkutan mendukung penuh kegiatan partai.
Herman Adam, Ketua DPC PAN Kecamatan Ponelo Kepulauan menganggap relatif banyak pelanggaran oleh panitia muswil. Dia pun meyangkan pihak DPP tidak melakukan cek dan ricek di tingkat bawah sehingga menghasilkan keputusan sepihak.
Ia menyebutkan sejumlah keputusan sepihak itu, di antaranya penjaringan formatur tidak dirapatkan di tingkat "steering committee" sesuai dengan pernyataan anggotanya, seluruh calon tim formatur yang mendaftar tidak menyampaikan visi dan misi, bahkan tidak meverifikasi terhadap mereka.
"Padahal, jelas-jelas aturan tersebut tertuang pada anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART) partai sesuai dengan hasil keputusan Kongres PAN," katanya.
Pihak DPP, kata Herman, harus menghargai aturan yang sudah dibuat, jangan malah memaksakan kehendak yang bertentangan dengan suara kader.
"Kebesaran partai ini ada di tangan kader tingkat bawah yang bekerja keras membesarkan PAN sehingga aturan yang telah dibuat jangan pernah dilanggar," katanya.
Roni Imran sendiri yang mendapat dukungan signifikan sebagai calon kuat Ketua DPW PAN menampik jika ada kegagalan pada penyelenggaraan Muswil PAN, bahkan kekisruhan yang mewarnai pelaksanaannya dinilai tidak terjadi di dalam arena muswil.
"Tidak ada yang rusuh ataupun kisruh sebab seluruh tahapan berjalan lancar sesuai dengan mekanisme. Riak-riak yang terjadi di luar arena tidak ada hubungannya dengan tahapan pemilihan yang secara resmi berakhir pada musyawarah tim formatur sesuai dengan rekomendasi pihak DPP untuk bermufakat menentukan ketua DPW," ujarnya.
Hanya saja dia mengakui bahwa lima anggota tim formatur tidak menghasilkan apa-apa. "Semua ingin menjadi ketua maka tidak terjadi keputusan yang diharapkan hingga pukul 21.30 Wita," katanya.
Ia menegaskan tidak ada kisruh atau seluruh tahapan berjalan sesuai dengan skenario. Hanya saja tim formatur tidak menemukan kesepakatan dan ada kemungkinan dilanjutkan ke tingkat DPP.
Lima nama tim formatur yang ditetapkan DPP sesuai dengan rekomendasi DPW, yaitu Conny Gobel, Roni Imran, Ramdan Datau, dan Salahudin Tuli, serta satu nama perwakilan DPP, yaitu Daryatno Gobel.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2015
Pasalnya, kata Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PAN Kecamatan Tomilito, Gorontalo Utara, Riskal Gou di Gorontalo, Minggu, pihak Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PAN Yandri Susanto yang memimpin jalannya sidang tidak mampu mengakomodasi keinginan pemilih yang terdiri atas para ketua-ketua DPC di tingkat kecamatan maupun DPD di tingkat kabupaten.
Bahkan, lanjut Riskal Gou, setelah pihak DPP membacakan empat nama tim formatur yang akan memilih kepengurusan Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) yang baru pada pukul 18.10 Wita, kemudian diskors selama 15 menit. Namun, skors tersebut tidak pernah dicabut hingga larut malam.
Di lain pihak, panitia pun tidak pernah menunjukkan keberadaannya hingga beberapa kekisruhan terjadi di luar ruangan sidang.
"Panitia di antaranya pihak DPP, yaitu Ketua Pengembangan Organisasi Kader (POK) Yandri Susanto dan Wakil Ketua Umum Hanafi Rais hilang entah ke mana? Mereka tidak kunjung kembali ke ruangan sidang untuk mencabut kembali skors. Ini adalah bentuk musyawarah mufakat yang sangat mencederai demokrasi yang sudah dibangun oleh partai ini," ujar Riskal.
Ia merasa ada keegoisan dari pihak DPP yang relatif sangat merugikan masa depan PAN di Gorontalo, apalagi 100 persen pemilih menyuarakan satu nama, yaitu Roni Imran sebagai Ketua DPW PAN. Namun, suara tersebut yang dibuktikan dengan penandatanganan surat pernyataan dukungan seolah tidak didengar.
Menurut dia, sejumlah kader PAN menilai Roni mampu membesarkan partai tersebut, terbukti prestasinya mampu meningkatkan suara signifikan bagi PAN.
Bahkan, lanjut kata Riskal, Roni berhasil merangkul kader-kader dan simpatisan, termasuk organisasi-organisasi sayap PAN untuk bersatu kembali mendukung partai itu.
Dari segi finansial, menurut dia, pengusaha perminyakan yang menjabat wakil bupati itu tidak diragukan sebab yang bersangkutan mendukung penuh kegiatan partai.
Herman Adam, Ketua DPC PAN Kecamatan Ponelo Kepulauan menganggap relatif banyak pelanggaran oleh panitia muswil. Dia pun meyangkan pihak DPP tidak melakukan cek dan ricek di tingkat bawah sehingga menghasilkan keputusan sepihak.
Ia menyebutkan sejumlah keputusan sepihak itu, di antaranya penjaringan formatur tidak dirapatkan di tingkat "steering committee" sesuai dengan pernyataan anggotanya, seluruh calon tim formatur yang mendaftar tidak menyampaikan visi dan misi, bahkan tidak meverifikasi terhadap mereka.
"Padahal, jelas-jelas aturan tersebut tertuang pada anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART) partai sesuai dengan hasil keputusan Kongres PAN," katanya.
Pihak DPP, kata Herman, harus menghargai aturan yang sudah dibuat, jangan malah memaksakan kehendak yang bertentangan dengan suara kader.
"Kebesaran partai ini ada di tangan kader tingkat bawah yang bekerja keras membesarkan PAN sehingga aturan yang telah dibuat jangan pernah dilanggar," katanya.
Roni Imran sendiri yang mendapat dukungan signifikan sebagai calon kuat Ketua DPW PAN menampik jika ada kegagalan pada penyelenggaraan Muswil PAN, bahkan kekisruhan yang mewarnai pelaksanaannya dinilai tidak terjadi di dalam arena muswil.
"Tidak ada yang rusuh ataupun kisruh sebab seluruh tahapan berjalan lancar sesuai dengan mekanisme. Riak-riak yang terjadi di luar arena tidak ada hubungannya dengan tahapan pemilihan yang secara resmi berakhir pada musyawarah tim formatur sesuai dengan rekomendasi pihak DPP untuk bermufakat menentukan ketua DPW," ujarnya.
Hanya saja dia mengakui bahwa lima anggota tim formatur tidak menghasilkan apa-apa. "Semua ingin menjadi ketua maka tidak terjadi keputusan yang diharapkan hingga pukul 21.30 Wita," katanya.
Ia menegaskan tidak ada kisruh atau seluruh tahapan berjalan sesuai dengan skenario. Hanya saja tim formatur tidak menemukan kesepakatan dan ada kemungkinan dilanjutkan ke tingkat DPP.
Lima nama tim formatur yang ditetapkan DPP sesuai dengan rekomendasi DPW, yaitu Conny Gobel, Roni Imran, Ramdan Datau, dan Salahudin Tuli, serta satu nama perwakilan DPP, yaitu Daryatno Gobel.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2015