Gorontalo,   (ANTARA GORONTALO) - Beberapa bulan terakhir, sejumlah ikan langka dari Danau Limboto, Kabupaten Gorontalo, mulai dengan mudah ditemukan di sejumlah pasar tradisional.

Ikan langka tersebut diantaranya manggabai (Glossogobius giuris), bulalao (belanak) dan huluu.

"Dulu tiga jenis ikan ini sulit diperoleh. Kalau ada dijual di pasar, ukurannya kecil-kecil dan tidak banyak. Tapi sekarang ikan manggabai saja mulai banyak yang berukuran besar dijual," ungkap Yuliana Taha, salah seorang warga Desa Ilohungayo, Kecamatan Batudaa Kabupaten Gorontalo, Sabtu.

Menurutnya baru beberapa bulan terakhir ikan langka tersebut melimpah, bahkan ikan bulalao yang sebelumnya dinyatakan telah punah justru tersaji di meja makannya beberapa kali.

"Terakhir saya makan ikan bulalau dari Danau Limboto sekitar tujuh tahun lalu. Baru sekarang saya melihat ada beberapa dijual nelayan tapi tidak banyak," ujarnya.

Sejumlah nelayan di Danau Limboto mengakui belakangan ini sering menemukan ikan-ikan langka saat menangkap dengan jaring dan alat tangkap lainnya.

"Itu karena danau mulai menyempit, sehingga yang paling dalam hanya bagian tengah danau. Ikan-ikan berkumpul di situ, sehingga kami mudah untuk menangkap ikan," kata salah seorang nelayan danau, Ibrahim Hasan.

Ia menjelaskan, sepanjang musim kemarau terjadi penyusutan luas danau yang cepat sehingga ikan-ikan tidak memiliki ruang yang lebih besar untuk hidup.

"Kesempatan ini juga digunakan nelayan menangkap dengan setrum, cukup datang ke bagian tengah dan pulang bawa banyak ikan. Beberapa diantara kami tidak setuju dengan cara itu karena ikan kecil juga ikut mati," urainya.

Di tingkat penjual, harga manggabai dan huluu sekitar Rp30.000 untuk delapan ekor ikan berukuran lima hingga 10 cm. Sedangkan bulalao dijual dengan harga Rp25 ribu untuk empat ekor berukuran sekitar 12 cm.

Pada tahun 2009 Badan Lingkungan hidup, riset dan Teknologi (Balihristi) Provinsi Gorontalo menyatakan empat jenis ikan di Danau Limboto punah.

Ke empat jenis ikan air tawar itu masing-masing mangaheto (seperti bubara berwarna merah), Botua (ikan jenis mujair berwarna putih tanpa sisik), Bulalao (seperti bandeng berwarna putih bersisik), dan Boidelo (mirip ikan tuna bersisik dan berwarna abu-abu).

Danau Limboto merupakan satu dari lima belas danau kritis di Indonesia.

Hasil penelitian Institu Teknologi Bandung pada 1975 mencatat luas danau tersebut tinggal 3.500 hektare, dengan kedalaman 6,85 meter.

Penelitian tim Universitas Erlangga, Surabaya pada 2007 menyatakan penyusutan luasan danau kian memprihatinkan, yakni 2.000 hektare dengan kedalaman dua meter.

Penyebabnya antara lain maraknya penebangan hutan di hulu dan pinggiran sungai serta danau, tingginya sedimentasi akibat erosi di musim hujan, hingga pelaksanaan reboisasi yang tidak tepat waktu.

Sebagian besar permukaan danau Limboto yang menjadi daratan kini telah beralih menjadi pemukiman warga, sisanya menjadi keramba yang dikapling dan diklaim sepihak.

Pewarta: Debby Hariyanti Mano

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2015