Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Gorontalo Utara (Gorut), Provinsi Gorontalo, meminta pemerintah kabupaten (pemkab) setempat, dapat mencarikan solusi terhadap harga komoditas jagung yang anjlok saat ini, hanya sekitar Rp3.600/kg, dengan kadar air 17 persen.

"Ini persoalan berulang yang terjadi setiap musim panen tiba. Kalau boleh dibilang dramatis sehingga harus dicarikan solusi tepat dan cepat," kata anggota Komisi III DPRD Gorontalo Utara, Fatri Botutihe, di Gorontalo, Rabu.

"Salah satu langkah strategis adalah dengan mengintervensi petani jagung. Mengingat harga jagung anjlok membuat petani menelan kerugian. Ini dikeluhkan seluruh petani kepada kami," katanya.

DPRD turun lapangan menjumpai masyarakat khususnya petani jagung.

"Kami mendengarkan aspirasi petani bahwa harga bibit jagung, racun pembasmi rumput dan modal tanam lainnya sangat mahal, tidak seimbang dengan harga saat panen," katanya.

Seluruh petani mengeluhkan persoalan tersebut karena menelan kerugian.

Sehingga DPRD berharap, pemerintah daerah segera memberi solusi. Seperti melakukan langkah intervensi baik melalui program stimulan maupun sentuhan lainnya.

Jika tidak ada langkah strategis kata dia, dikhawatirkan tidak ada lagi petani yang mau menanam jagung.

Tentu kondisi tersebut dapat berdampak pada produktivitas komoditas jagung. "Produksi turun pun dipastikan akan mempengaruhi sumber penerimaan di sektor pertanian. Sehingga perlu langkah cepat mengatasinya," katanya.

Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Tanaman Pangan, Perkebunan dan Hortikultura Gorontalo Utara, Novicawati Sujito, mengatakan, harga jagung memang sedang mengalami penurunan.

Dari Rp5.000/kg, turun menjadi Rp3.600/kg, dengan kadar air 17 persen.

Kalau di tingkat petani katanya, bervariasi tergantung kadar air hasil panen yang dijual. Namun batas tertinggi Rp3.600/kg.

Memasuki musim tanam rendengan, stok benih bantuan saat ini diakuinya, sudah tidak tersedia.

Sebab telah disalurkan saat musim tanam gaduh pada bulan April hingga September.

Sehingga petani untuk memasuki musim tanam ini harus membeli benih sendiri.

Sedangkan untuk pupuk bersubsidi, tersedia di pengecer sesuai dengan kuota untuk kabupaten ini.

Namun, karena namanya pupuk bersubsidi maka pasti jumlahnya tidak sesuai dengan luas pertanaman saat ini.

"Kita terus berupaya mengintervensi petani jagung, termasuk terus memberi semangat untuk tetap melakukan aktivitas pertanian tersebut," katanya.***

Pewarta: Susanti Sako

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2022