Narapidana atau warga binaan pemasyarakatan (WBP) di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Pohuwato, Provinsi Gorontalo menjadikan cocofiber atau sabut kelapa menjadi bahan baku sofa.

Kepala Subseksi Kegiatan Kerja Fery Utiarahman di Pohuwato, Rabu mengatakan bahwa pembinaan kemandirian bagi narapidana dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya alam lokal secara kreatif.

"Ini bukan hanya memberikan keterampilan baru kepada narapidana, tetapi juga memberikan manfaat lingkungan dengan mengurangi limbah kelapa yang biasanya dibuang begitu saja," kata Fery.

Ia menjelaskan bahwa memberikan keterampilan kepada narapidana memberikan dampak positif pada lingkungan sekitar. Limbah kelapa yang sebelumnya menjadi masalah lingkungan, kini dimanfaatkan secara produktif menjadi bahan baku untuk sofa.

"Kami berharap program ini dapat terus berkembang dan memberikan manfaat yang lebih besar bagi semua pihak yang terlibat," harap dia.

Kepala Lembaga Pemasyarakatan Pohuwato Irman Jaya mengungkapkan pembinaan itu diharapkan dapat meningkatkan kemandirian narapidana secara ekonomi setelah bebas, dan juga memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan lingkungan sekitar.

"Kami berkomitmen untuk terus mendukung dan mengembangkan program-program seperti ini guna memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi narapidana, masyarakat, dan lingkungan sekitar," ujar Irman Jaya.

Ia mengungkapkan, kegiatan itu merupakan bagian dari upaya insan Pemasyarakatan untuk meningkatkan pembinaan kemandirian narapidana di Lapas Pohuwato.

"Kami percaya bahwa memberikan kesempatan kepada narapidana untuk belajar keterampilan baru tidak hanya membantu mereka dalam persiapan untuk kembali ke masyarakat, tetapi juga memberikan kontribusi positif pada upaya pembinaan dan reintegrasi sosial," kata Irman.

Ia berharap program tersebut dapat menjadi contoh bagi Lapas lainnya di seluruh Indonesia ,untuk mengadopsi praktek berkelanjutan dalam pembinaan narapidana.

 

Pewarta: Adiwinata Solihin

Editor : Debby H. Mano


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2024