Sadela lo ngadi wunu wunungo (SNW) atau tradisi masyarakat Gorontalo dalam membaca Al Quran menggunakan bahasa daerah mewarnai gelar MTQ ke-XI Provinsi Gorontalo di Taman Menara Limboto, Kabupaten Gorontalo.
Ketua Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Provinsi Gorontalo Budiyanto Sidiki, Kamis, mengatakan salah satu cabang yang dilombakan itu ramai disaksikan oleh masyarakat dan dipenuhi oleh pendukung masing-masing wilayah.
"Tradisi wunungo patut disyukuri karena menjadi bagian dari bagaimana Islam ada di Gorontalo. Terutama dalam menyiarkan Al Quran hingga di tiap pelosok sampai ke desa terpencil," ucap dia.
Budiyanto mengapresiasi setiap penampilan dari perwakilan kabupaten dan kota. Terlebih para peserta tampil kompak dengan seragam yang penuh warna dengan ciri khas masing-masing.
"Satu kebanggaan bagi kita bisa menampilkan wunungo sebagai salah satu cabang lomba pada MTQ kali ini. Alhamdulillah, ini menjadi satu bagian dari syiar khususnya di provinsi Gorontalo. Kami mengapresiasi penampilan semua kafilah malam hari ini," ungkap Budi.
Ketua Majelis SNW Rino Husain menilai tradisi wunungo sudah jarang terdengar di masyarakat. Sehingga pada malam itu, masyarakat berbondong-bondong menyaksikan, dengan harapan wunungo yang dijadikan cabang lomba pada MTQ ini bisa terus dilestarikan.
"Sadela lo ngadi wunu wunungo atau pengajian yang dibawakan dengan budaya Gorontalo ini diadakan karena budaya seperti ini sudah tidak ada. Sehingga ini merupakan upaya pemerintah agar tradisi ini tidak hilang. Buktinya penampilan malam ini lebih banyak disaksikan masyarakat daripada sebelumnya karena tradisinya sudah jarang," kata dia.
Selain dinilai berdasarkan hukum bacaan Al Quran, lantunan dengan merdu juga menjadi aspek penilaian pada lomba sandela lo ngadi wunu wunungo oleh dewan hakim. Masing-masing kabupaten dan kota yang terdiri dari sembilan peserta pun mensyairkan lantunan ayat suci Al Quran dan wunungo wajib yang telah disiapkan secara berkelompok.*
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2024
Ketua Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Provinsi Gorontalo Budiyanto Sidiki, Kamis, mengatakan salah satu cabang yang dilombakan itu ramai disaksikan oleh masyarakat dan dipenuhi oleh pendukung masing-masing wilayah.
"Tradisi wunungo patut disyukuri karena menjadi bagian dari bagaimana Islam ada di Gorontalo. Terutama dalam menyiarkan Al Quran hingga di tiap pelosok sampai ke desa terpencil," ucap dia.
Budiyanto mengapresiasi setiap penampilan dari perwakilan kabupaten dan kota. Terlebih para peserta tampil kompak dengan seragam yang penuh warna dengan ciri khas masing-masing.
"Satu kebanggaan bagi kita bisa menampilkan wunungo sebagai salah satu cabang lomba pada MTQ kali ini. Alhamdulillah, ini menjadi satu bagian dari syiar khususnya di provinsi Gorontalo. Kami mengapresiasi penampilan semua kafilah malam hari ini," ungkap Budi.
Ketua Majelis SNW Rino Husain menilai tradisi wunungo sudah jarang terdengar di masyarakat. Sehingga pada malam itu, masyarakat berbondong-bondong menyaksikan, dengan harapan wunungo yang dijadikan cabang lomba pada MTQ ini bisa terus dilestarikan.
"Sadela lo ngadi wunu wunungo atau pengajian yang dibawakan dengan budaya Gorontalo ini diadakan karena budaya seperti ini sudah tidak ada. Sehingga ini merupakan upaya pemerintah agar tradisi ini tidak hilang. Buktinya penampilan malam ini lebih banyak disaksikan masyarakat daripada sebelumnya karena tradisinya sudah jarang," kata dia.
Selain dinilai berdasarkan hukum bacaan Al Quran, lantunan dengan merdu juga menjadi aspek penilaian pada lomba sandela lo ngadi wunu wunungo oleh dewan hakim. Masing-masing kabupaten dan kota yang terdiri dari sembilan peserta pun mensyairkan lantunan ayat suci Al Quran dan wunungo wajib yang telah disiapkan secara berkelompok.*
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2024