Peneliti Pusat Riset Koperasi, Korporasi dan Ekonomi Kerakyatan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erizal Jamal mengungkapkan sektor pertanian Indonesia tumbuh stagnan di bawah 3 persen pada 25 tahun terakhir.
Studi yang dilakukan lewat kerja sama BRIN dengan Institut Pertanian Bogor, Bappenas, dan Institut Penelitian Kebijakan Pangan Internasional (IFPRI) tersebut mempelajari Total Factor Productivity (TFP) dalam sektor pertanian di Indonesia dalam rentang 1996-2020.
"Kontribusi pertumbuhan dari tenaga kerja di sektor pertanian juga secara konsisten menurun 0,62 persen per tahun," kata Erizal melalui keterangan di Jakarta, Kamis.
Hal tersebut, ungkap Erizal, dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti produktivitas padi, praktik yang terjadi di lapangan, penggunaan bahan kimia yang berlebihan selama bertahun-tahun, dan fenomena “kelelahan tanah” pada sistem padi yang cenderung menyebabkan penurunan kapasitas produksi akibat degradasi tanah dan lahan.
Ia juga menyoroti perihal penguasaan lahan oleh sebagian besar petani skala kecil yang hanya di bawah 0,5 hektare, yang menyebabkan para petani hanya bekerja paruh waktu dan berdampak kecil pada kesejahteraan mereka.
Sementara untuk kelapa sawit, sambungnya, output pertanian utamanya didukung oleh perluasan lahan yang tumbuh sebesar 11,05 persen per tahun.
"Produktivitas petani yang bekerja mandiri jauh lebih rendah daripada petani yang bekerja sama dengan sektor swasta," ujarnya.
Meski demikian, Erizal mengungkapkan adanya lebih banyak kesinambungan program dengan pendekatan teknologi dalam hal pengembangan sumber daya manusia (SDM), yang dibuktikan dengan pertumbuhan output produksi daging dan telur ayam yang didukung oleh perluasan total inventaris stok ternak.
"Pada 2016 hingga 2020 tumbuh sebesar 15,1 persen. Peningkatan stok disebabkan oleh program terintegrasi antara sektor swasta dan petani skala kecil. Program ini meningkatkan efisiensi pertanian melalui penggunaan teknologi," tuturnya.
Menurut Erizal, kemitraan antara petani skala kecil dan sektor swasta dapat dilakukan di berbagai bidang pertanian, guna mempercepat produktivitas petani.
Karenanya, ia memberikan tiga rekomendasi jangka pendek kepada pemerintah untuk meningkatkan produktivitas pertanian dikaitkan dengan pengembangan SDM.
Pertama, kata Erizal, dengan mengidentifikasi semua program pemberdayaan, pendidikan, dan pelatihan yang digagas oleh pemerintah, sektor swasta, dan LSM.
Kedua, sambungnya, merumuskan target utama program dalam kaitannya dengan program pembangunan pertanian nasional, untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani. Dan ketiga, merumuskan kurikulum untuk proses akumulasi dan pengetahuan bagi petani.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BRIN: Pertanian RI tumbuh stagnan di bawah 3 persen 25 tahun terakhir
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2024
Studi yang dilakukan lewat kerja sama BRIN dengan Institut Pertanian Bogor, Bappenas, dan Institut Penelitian Kebijakan Pangan Internasional (IFPRI) tersebut mempelajari Total Factor Productivity (TFP) dalam sektor pertanian di Indonesia dalam rentang 1996-2020.
"Kontribusi pertumbuhan dari tenaga kerja di sektor pertanian juga secara konsisten menurun 0,62 persen per tahun," kata Erizal melalui keterangan di Jakarta, Kamis.
Hal tersebut, ungkap Erizal, dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti produktivitas padi, praktik yang terjadi di lapangan, penggunaan bahan kimia yang berlebihan selama bertahun-tahun, dan fenomena “kelelahan tanah” pada sistem padi yang cenderung menyebabkan penurunan kapasitas produksi akibat degradasi tanah dan lahan.
Ia juga menyoroti perihal penguasaan lahan oleh sebagian besar petani skala kecil yang hanya di bawah 0,5 hektare, yang menyebabkan para petani hanya bekerja paruh waktu dan berdampak kecil pada kesejahteraan mereka.
Sementara untuk kelapa sawit, sambungnya, output pertanian utamanya didukung oleh perluasan lahan yang tumbuh sebesar 11,05 persen per tahun.
"Produktivitas petani yang bekerja mandiri jauh lebih rendah daripada petani yang bekerja sama dengan sektor swasta," ujarnya.
Meski demikian, Erizal mengungkapkan adanya lebih banyak kesinambungan program dengan pendekatan teknologi dalam hal pengembangan sumber daya manusia (SDM), yang dibuktikan dengan pertumbuhan output produksi daging dan telur ayam yang didukung oleh perluasan total inventaris stok ternak.
"Pada 2016 hingga 2020 tumbuh sebesar 15,1 persen. Peningkatan stok disebabkan oleh program terintegrasi antara sektor swasta dan petani skala kecil. Program ini meningkatkan efisiensi pertanian melalui penggunaan teknologi," tuturnya.
Menurut Erizal, kemitraan antara petani skala kecil dan sektor swasta dapat dilakukan di berbagai bidang pertanian, guna mempercepat produktivitas petani.
Karenanya, ia memberikan tiga rekomendasi jangka pendek kepada pemerintah untuk meningkatkan produktivitas pertanian dikaitkan dengan pengembangan SDM.
Pertama, kata Erizal, dengan mengidentifikasi semua program pemberdayaan, pendidikan, dan pelatihan yang digagas oleh pemerintah, sektor swasta, dan LSM.
Kedua, sambungnya, merumuskan target utama program dalam kaitannya dengan program pembangunan pertanian nasional, untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani. Dan ketiga, merumuskan kurikulum untuk proses akumulasi dan pengetahuan bagi petani.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BRIN: Pertanian RI tumbuh stagnan di bawah 3 persen 25 tahun terakhir
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2024