Gorontalo, (ANTARA GORONTALO) - Sidang Pleno dan Seminar Nasional Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) merekomendasikan Lampung dan Gorontalo sebagai tujuan utama wisata Indonesia, meskipun kedua daerah tersebut belum masuk dalam 10 destinasi wisata yang ditetapkan pemerintah.
Ketua Panitia Pengarah Mohamad Ikhsan di Gorontalo, Kamis, mengatakan, pihaknya melakukan penelitian pada empat daerah yakni Tanjung Lesung, Labuan Bajo, Lampung, dan Gorontalo.
"Tanjung Lesung dan Labuan Bajo sudah jadi bagian dari 10 destinasi utama. Lampung dan Gorontalo tetap kami prioritaskan walaupun belum termasuk destinasi utama, karena potensinya tidak bisa diabaikan," ujarnya.
Dalam Seminar ISEI "Merealisasikan Potensi Sektor Pariwisata Untuk Pembangunan Ekonomi Yang Berkelanjutan dan Inklusif" disebutkannya pariwisata di Indonesia masih terlalu terkonsentrasi di beberapa daerah seperti Bali, walaupun belakangan ini sudah banyak daerah baru yang dikembangkan.
Ia juga menilai Gorontalo dan Lampung memiliki karakter wisata yang mirip seperti potensi bahari, namun belum menonjol di kalangan wisatawan sehingga perlu dorongan dari pemerintah dan seluruh elemen.
Potensi Pariwisata ada di setiap daerah dan diharapkan dapat menjadi penggerak ekonomi daerah.
"Seperti yang terefleksi dari kinerja di tingkat nasional, potensi pariwisata di daerah masih terdapat ruang yang luas untuk dikembangkan," tambahnya.
Sementara itu Mantan Menteri Pariwsata Marie Pangestu mengakui semula tidak banyak tahu tentang keunggulan sektor pariwisata.
"Sampai saat saya bekerja di pemerintahan, saya baru menyadaru=i sektor ini begitu penting karena tahan banting saat ada krisis ekonomi," jelasnya.
Ia menyebut ada sembilan juta wisatawan tahun 2014 dengan devisa Rp120 triliun, yang berarti setiap wisatawan mampu memberi pemasukan sebesar Rp13 juta di Indonesia.
Selain itu, 88 persen perputaran uang di industri pariwisata beredar dalam negeri.
"Ketika wisatawan menghabiskan uang, tidak semua uang itu beredar dalam negeri karena ada barang dan jasa yang harus diimpor. Ini merupakan kebocoran untuk nila ekonomi yang dihasilkan," ujarnya.
Di Indonesia, kata dia, hanya 12 persen dari perputara uang tersebut yang mengakibatkan kebocoran ekonomi melalui impor. Masih jauh lebih kecil dari industri manufaktur otomotif, yang membutuhkan impor 37 persen dari total penjualan.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2016
Ketua Panitia Pengarah Mohamad Ikhsan di Gorontalo, Kamis, mengatakan, pihaknya melakukan penelitian pada empat daerah yakni Tanjung Lesung, Labuan Bajo, Lampung, dan Gorontalo.
"Tanjung Lesung dan Labuan Bajo sudah jadi bagian dari 10 destinasi utama. Lampung dan Gorontalo tetap kami prioritaskan walaupun belum termasuk destinasi utama, karena potensinya tidak bisa diabaikan," ujarnya.
Dalam Seminar ISEI "Merealisasikan Potensi Sektor Pariwisata Untuk Pembangunan Ekonomi Yang Berkelanjutan dan Inklusif" disebutkannya pariwisata di Indonesia masih terlalu terkonsentrasi di beberapa daerah seperti Bali, walaupun belakangan ini sudah banyak daerah baru yang dikembangkan.
Ia juga menilai Gorontalo dan Lampung memiliki karakter wisata yang mirip seperti potensi bahari, namun belum menonjol di kalangan wisatawan sehingga perlu dorongan dari pemerintah dan seluruh elemen.
Potensi Pariwisata ada di setiap daerah dan diharapkan dapat menjadi penggerak ekonomi daerah.
"Seperti yang terefleksi dari kinerja di tingkat nasional, potensi pariwisata di daerah masih terdapat ruang yang luas untuk dikembangkan," tambahnya.
Sementara itu Mantan Menteri Pariwsata Marie Pangestu mengakui semula tidak banyak tahu tentang keunggulan sektor pariwisata.
"Sampai saat saya bekerja di pemerintahan, saya baru menyadaru=i sektor ini begitu penting karena tahan banting saat ada krisis ekonomi," jelasnya.
Ia menyebut ada sembilan juta wisatawan tahun 2014 dengan devisa Rp120 triliun, yang berarti setiap wisatawan mampu memberi pemasukan sebesar Rp13 juta di Indonesia.
Selain itu, 88 persen perputaran uang di industri pariwisata beredar dalam negeri.
"Ketika wisatawan menghabiskan uang, tidak semua uang itu beredar dalam negeri karena ada barang dan jasa yang harus diimpor. Ini merupakan kebocoran untuk nila ekonomi yang dihasilkan," ujarnya.
Di Indonesia, kata dia, hanya 12 persen dari perputara uang tersebut yang mengakibatkan kebocoran ekonomi melalui impor. Masih jauh lebih kecil dari industri manufaktur otomotif, yang membutuhkan impor 37 persen dari total penjualan.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2016