Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Kementerian Perindustrian optimistis Indonesia mampu menjadi eksportir utama kopi sangrai (roasted bean)
di Asia dan dunia, mengingat Indonesia sebagai negara penghasil kopi
terbesar keempat di dunia yang memiliki potensi besar dalam pengembangan
industri pengolahan kopi.
“Untuk itu, pengembangan industrinya, antara lain melalui peningkatan nilai tambah biji kopi dan peningkatan mutu kopi olahan terutama roasted bean melalui penguasaan teknologi roasting,†kata Dirjen Industri Agro Kemenperin Panggah Susanto lewat siaran pers diterima di Jakarta, Senin.
Panggah menambahkan, upaya lainnya adalah peningkatan kapasitas sumber daya manusia seperti barista, roaster, dan penguji cita rasa (cupper).
Kemenperin disebut berkomitmen memacu pengembangan industri pengolahan kopi di dalam negeri melalui berbagai program dan kebijakan strategis.
Berdasarkan Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional tahun 2015-2035, industri pengolahan kopi masuk dalam sektor prioritas.
Untuk itu, pemerintah terus menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi industri pengolahan kopi melalui kebijakan fiskal dan non-fiskal serta penerapan standar.
“Diharapkan, industri pengolahan kopi dapat melakukan diversifikasi produk kopi. Tidak hanya sebagai minuman, tetapi dikembangkan dalam berbagai jenis produk lainnya seperti kosmetik, farmasi, dan essen makanan,†papar Panggah.
Sehingga, lanjutnya, kesinambungan rantai nilai mulai dari petani, industri sampai dengan jasa retail dan cafe berkembang lebih baik dan memberikan nilai tambah yang lebih besar bagi perekonomian nasional.
Menurut data Kemenperin, sumbangan pemasukan devisa dari ekspor produk kopi olahan mencapai 356,79 juta dollar AS pada 2015 atau meningkat 8 persen dibanding tahun sebelumnya.
“Ekspor produk kopi olahan didominasi produk kopi instan, ekstrak, esens dan konsentrat kopi yang tersebar ke negara tujuan ekspor utama di ASEAN, RRT, dan Uni Emirat Arab,†tutur Panggah.
Sedangkan, nilai impor produk kopi olahan mencapai 106,39 juta dollar AS pada 2015 atau naik sekitar 4 persen dibanding tahun sebelumnya, dengan negara pengimpor Malaysia, Brazil, India, Vietnam, Italia dan Amerika Serikat.
“Namun demikian, neraca perdagangan produk kopi olahan masih mengalami surplus sebesar 250,40 juta dollar AS,†ujar Panggah.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2016
“Untuk itu, pengembangan industrinya, antara lain melalui peningkatan nilai tambah biji kopi dan peningkatan mutu kopi olahan terutama roasted bean melalui penguasaan teknologi roasting,†kata Dirjen Industri Agro Kemenperin Panggah Susanto lewat siaran pers diterima di Jakarta, Senin.
Panggah menambahkan, upaya lainnya adalah peningkatan kapasitas sumber daya manusia seperti barista, roaster, dan penguji cita rasa (cupper).
Kemenperin disebut berkomitmen memacu pengembangan industri pengolahan kopi di dalam negeri melalui berbagai program dan kebijakan strategis.
Berdasarkan Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional tahun 2015-2035, industri pengolahan kopi masuk dalam sektor prioritas.
Untuk itu, pemerintah terus menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi industri pengolahan kopi melalui kebijakan fiskal dan non-fiskal serta penerapan standar.
“Diharapkan, industri pengolahan kopi dapat melakukan diversifikasi produk kopi. Tidak hanya sebagai minuman, tetapi dikembangkan dalam berbagai jenis produk lainnya seperti kosmetik, farmasi, dan essen makanan,†papar Panggah.
Sehingga, lanjutnya, kesinambungan rantai nilai mulai dari petani, industri sampai dengan jasa retail dan cafe berkembang lebih baik dan memberikan nilai tambah yang lebih besar bagi perekonomian nasional.
Menurut data Kemenperin, sumbangan pemasukan devisa dari ekspor produk kopi olahan mencapai 356,79 juta dollar AS pada 2015 atau meningkat 8 persen dibanding tahun sebelumnya.
“Ekspor produk kopi olahan didominasi produk kopi instan, ekstrak, esens dan konsentrat kopi yang tersebar ke negara tujuan ekspor utama di ASEAN, RRT, dan Uni Emirat Arab,†tutur Panggah.
Sedangkan, nilai impor produk kopi olahan mencapai 106,39 juta dollar AS pada 2015 atau naik sekitar 4 persen dibanding tahun sebelumnya, dengan negara pengimpor Malaysia, Brazil, India, Vietnam, Italia dan Amerika Serikat.
“Namun demikian, neraca perdagangan produk kopi olahan masih mengalami surplus sebesar 250,40 juta dollar AS,†ujar Panggah.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2016