Havana, Kuba, (ANTARA GORONTALO) - Media Kuba pada Jumat (16/6) menyebut
kebijakan luar negeri baru Presiden AS Donald Trump terhadap Kuba
"disesalkan" dan "kuno".
Trump pada Jumat menetapkan kebijakan barunya mengenai Kuba, yang memperketat peraturan atas orang Amerika yang bepergian ke Kuba dan melarang perusahaan serta orang AS melakukan kegiatan komersial dengan usaha Kuba yang dimiliki oleh militer Havana.
"Barangkali yang paling disesalkan oleh ia (Trump) telah kembali ke bahasa kuno dan menggunakan ucapan yang paling menyimpang terhadap Kuba dan, di atas semuanya, ia bertujuan menundukkan Kuba dengan persyaratan, yang buat orang Kuba nyaris setara dengan penggunaan kekuatan," kata satu artikel yang disiarkan di harian Juventud Rebelde (Pemuda Pemberontak), surat kabar terbesar kedua di Kuba.
Trump "nyaris tak peduli" mengenai apa yang kebanyakan warga AS, atau rakyat di seluruh dunia, pikirkan, tambah harian itu, sebagaimana dikutip Xinhua. Surat kabar tersebut merujuk ke pemungutan suara yang memperlihatkan kebanyakan orang Amerika mendukung peningkatan hubungan dengan Kuba, sebagaimana yang dilakukan masyarakat internasional.
Kantor Berita Kuba mengatakan Trump melakukan "tindakan mundur" dalam hubungan dengan Kuba, dengan mensahkan sikap "sepihak" dan "campur-tangan".
"Tindakan baru oleh pemerintah Trump tersebut adalah langkah mundur di jalur menuju normalisasi hubungan bilateral, dan berisi retorika lama anti-Kuba," kata kantor berita itu.
Meskipun perubahan kebijakan itu mengaitkan Trump dengan kubu "hawkish" Republik Amerika-Kuba di Kongres AS, Trump menghadapi penentangan dari partainya sendiri.
Senator Jeff Flake, anggota Parlemen Republik dari Arizona, mengatakan di dalam satu pernyataan bahwa setiap perubahan kebijakan yang menghapuskan kemampuan orang Amerika untuk melakukan perjalanan secara bebas ke Kuba "bukan untuk kepentingan rakyat Kuba atau Amerika Serikat".
Pada Desember 2014, dalam perubahan paling besar dalam hubungan AS-Kuba dalam lima dasawarsa, presiden AS saat itu Barack Obama mengumumkan rencana untuk menormalkan hubungan dengan Kuba dalam tindakan yang dengan cepat menuai sangat banyak kontroversi di Amerika Serikat.
Sejak itu, terjadi peningkatan hubungan diplomatik, sosial dan komersial AS-Kuba, dan Amerika Serikat membuka kedutaan di Kuba serta meningkatkan penerbangan ke negara Komunis tersebut. Sebagian pengusaha AS mulai mengembangkan usaha ke negara pulau itu untuk pertama kali dalam lima dasawarsa.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2017
Trump pada Jumat menetapkan kebijakan barunya mengenai Kuba, yang memperketat peraturan atas orang Amerika yang bepergian ke Kuba dan melarang perusahaan serta orang AS melakukan kegiatan komersial dengan usaha Kuba yang dimiliki oleh militer Havana.
"Barangkali yang paling disesalkan oleh ia (Trump) telah kembali ke bahasa kuno dan menggunakan ucapan yang paling menyimpang terhadap Kuba dan, di atas semuanya, ia bertujuan menundukkan Kuba dengan persyaratan, yang buat orang Kuba nyaris setara dengan penggunaan kekuatan," kata satu artikel yang disiarkan di harian Juventud Rebelde (Pemuda Pemberontak), surat kabar terbesar kedua di Kuba.
Trump "nyaris tak peduli" mengenai apa yang kebanyakan warga AS, atau rakyat di seluruh dunia, pikirkan, tambah harian itu, sebagaimana dikutip Xinhua. Surat kabar tersebut merujuk ke pemungutan suara yang memperlihatkan kebanyakan orang Amerika mendukung peningkatan hubungan dengan Kuba, sebagaimana yang dilakukan masyarakat internasional.
Kantor Berita Kuba mengatakan Trump melakukan "tindakan mundur" dalam hubungan dengan Kuba, dengan mensahkan sikap "sepihak" dan "campur-tangan".
"Tindakan baru oleh pemerintah Trump tersebut adalah langkah mundur di jalur menuju normalisasi hubungan bilateral, dan berisi retorika lama anti-Kuba," kata kantor berita itu.
Meskipun perubahan kebijakan itu mengaitkan Trump dengan kubu "hawkish" Republik Amerika-Kuba di Kongres AS, Trump menghadapi penentangan dari partainya sendiri.
Senator Jeff Flake, anggota Parlemen Republik dari Arizona, mengatakan di dalam satu pernyataan bahwa setiap perubahan kebijakan yang menghapuskan kemampuan orang Amerika untuk melakukan perjalanan secara bebas ke Kuba "bukan untuk kepentingan rakyat Kuba atau Amerika Serikat".
Pada Desember 2014, dalam perubahan paling besar dalam hubungan AS-Kuba dalam lima dasawarsa, presiden AS saat itu Barack Obama mengumumkan rencana untuk menormalkan hubungan dengan Kuba dalam tindakan yang dengan cepat menuai sangat banyak kontroversi di Amerika Serikat.
Sejak itu, terjadi peningkatan hubungan diplomatik, sosial dan komersial AS-Kuba, dan Amerika Serikat membuka kedutaan di Kuba serta meningkatkan penerbangan ke negara Komunis tersebut. Sebagian pengusaha AS mulai mengembangkan usaha ke negara pulau itu untuk pertama kali dalam lima dasawarsa.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2017