Benjolan leher (neck lump, cervical mass) adalah massa yang muncul di trigonum (segitiga) anterior atau posterior leher di antara klavikula inferior, mandibula, dan dasar tulang tengkorak bagian superior.
Pembengkakan leher sering kali dijumpai di semua kelompok usia, dengan pelbagai penyebab. Mulai dari kongenital hingga didapatkan, dari kista, peradangan, penyakit infektif hingga neoplastik, bisa dijumpai di struktur atau bagian leher yang manapun juga.
Di komunitas dan kehidupan keseharian, peradangan pembuluh limfe seringkali dijumpai, sedangkan di lingkungan rumah sakit pembengkakan tiroid atau goiter seringkali dijumpai.
Pembengkakan leher disebabkan oleh beberapa hal. Penyebab paling sering adalah pembuluh limfe reaktif. Penyebab bakteri, berupa beta haemolytic streptococci, staphylococcus aureus, tuberkulosis, sifilis sekunder.
Penyebab virus, misalnya pelbagai virus penyebab infeksi saluran pernapasan bagian atas, Epstein-Barr virus (EBV), cytomegalovirus (CMV), HIV, virus herpes simpleks.
Penyebab parasit, seperti tengu kepala (pediculosis capitis atau head lice), infeksi jamur, toksoplasmosis.
Penyebab non-infektif, seperti sarkoidosis dan penyakit jaringan konektif. Pada anak-anak, kasus benjolan di leher dapat merupakan manifestasi klinis dari penyakit Kawasaki atau cakaran kucing (cat scratch disease).
Di antara penyebab limfadenopati servikal pada anak yang tidak biasa alias jarang antara lain penyakit Kawasaki, mikobakteriosis tipikal, cat scratch disease.
Adapun beberapa penyebab lain, misalnya kongenital (limfangioma atau higroma kistik, kista dermoid, kista tiroglossus, malformasi vaskuler), gangguan perkembangan (kista brankial, laringokel, kantung faring).
Klasifikasi
Benjolan di leher secara umum dibagi menjadi tiga kategori, yaitu kongenital atau perkembangan (developmental), inflamasi atau peradangan, dan neoplastik atau keganasan.
Benjolan di leher perlu juga diwaspadai sebagai kanker atau tumor. Dalam dunia kedokteran, sering disebut sebagai neoplastik.
Neoplastik atau keganasan terbagi menjadi dua, yaitu benigna (jinak) dan maligna (ganas). Beberapa kasus benjolan leher yang tergolong benigna atau jinak, antara lain gangguan tiroid (nodul koloid, adenoma folikuler, kista sederhana), gangguan saliva atau kelenjar air liur, tumor jaringan konektif (lipoma, fibroma, dan sebagainya).
Beberapa temuan benjolan di leher yang termasuk maligna atau ganas antara lain: limfadenopati primer (limfoma), limfadenopati sekunder, melanoma, adenokarsinoma (di leher bagian atas, dari kelenjar ludah; di fossa supraklavikuler, dari perut).
Diagnosis Banding
Teratoma dapat diobservasi dokter di struktur anatomis leher bagian midline dan di garis lateral.
Pada anak-anak, terutama di usia antara 0-15 tahun, benjolan di leher terbanyak berupa lesi kongenital dan peradangan atau inflamasi.
Meskipun jarang, keganasan dapat pula dijumpai pada anak-anak berupa: limfoma, kanker tiroid, sarkoma jaringan lunak.
Pada dewasa muda, usia sekitar 16-40 tahun, benjolan di leher umumnya berupa peradangan dan keganasan tiroid. Diagnosis bandingnya berupa: adenitis virus (mononukleosis infeksius) atau adenitis bakterial (tonsilitis, faringitis), kanker tiroid papiler.
Di usia lebih dari 40 tahun, benjolan di leher umumnya berupa keganasan hingga terbukti sebaliknya. Diagnosis bandingnya berupa limfadenopati metastasis, limfadenopati primer (limfoma, tiroid), neoplasma primer (tumor kelenjar ludah, kanker tiroid).
Insiden limfadenopati servikal neoplastik meningkat sesuai usia dan sekitar 75% massa (benjolan) di struktur anatomis leher bagian lateral pada pasien berusia lebih dari 40 tahun disebabkan oleh tumor ganas.
Penemuan massa di leher bagian fossa supraklavikuler kiri (disebut juga nodus Virchow) merupakan indikasi keganasan yang telah menyebar (metastatic malignancy) dari infraklavikuler. Penyebaran ini paling sering berasal dari saluran pencernaan bagian atas, paru-paru, sistem pencernaan (usus).
Pemeriksaan Penunjang
Ada berbagai pemeriksaan penunjang yang direkomendasikan dokter untuk menegakkan diagnosis benjolan di leher. Misalnya: hitung darah lengkap, laju endap darah, pemeriksaan serologi virus (Epstein Barr Virus, sitomegalovirus, dan toksoplasmosis), usap tenggorokan (terkadang membantu), tes fungsi tiroid dan ultrasound pada kasus pembesaran tiroid, rontgen dada pada perokok dengan benjolan leher menetap, biopsi aspirasi jarum halus atau Fine Needle Aspiration Biopsy, biasa disingkat FNAB (bermanfaat untuk diagnosis massa di leher), scan radionukleotide (pada kasus curiga massa di kelenjar tiroid dan paratiroid), CT scan (untuk membedakan lesi padat dan kistik).
Secara umum, plain radiographs bermanfaat untuk membedakan massa (benjolan) di leher. Computed tomography (CT) scan leher adalah pemeriksaan yang paling bermanfaat, karena dapat membedakan massa solid dari massa kistik, mengetahui lokasi suatu massa di dalam struktur kelenjar, atau mengidentifikasinya sebagai suatu free nodal lesion, serta membedakan berbagai lesi vaskuler kongenital dari lymph nodal chain.
Ultrasonography (USG) juga membantu membedakan antara massa solid (padat) dan massa kistik atau kista brankial kongenital dan kista thyroglossal dari kelenjar getah bening (lymph nodes) solid, berbagai tumor neurogenik, serta jaringan tiroid ektopik.
Akurasi ultrasound dalam membedakan lesi kistik, solid, dan kompleks berkisar 90% hingga 95%. Magnetic Resonance Imaging (MRI) bermanfaat untuk menilai massa di parafaring dan dasar tulang tengkorak dan untuk menilai kanker primer yang belum diketahui penyebabnya.
Selain itu, MRI juga berguna untuk mengidentifikasi penyakit submukosa pada gambaran T2-weighted, terutama di daerah nasofaring dan di dasar lidah. Penggunaan neck coils mengkoreksi banyak gerakan artifacts yang berkaitan dengan pengalaman penggunaan MRI terdahulu.
Pada kasus benjolan leher yang diduga mengarah ke keganasan (suspected malignancy), pemeriksaan secara general perlu dilakukan, berupa hitung darah lengkap untuk mengetahui diagnosis keganasan hematologis, radiografi dada untuk evaluasi limfoma dan penyakit granulomatous. Untuk lesi di daerah kelenjar air liur (salivary glands), pemeriksaan pencitraan (imaging) yang tepat adalah radionuclide scanning, sialography, dan USG (ultrasonography).
Deteksi Dini
Cara mudah dan cepat untuk mendiagnosis benjolan di leher bagi orang awam adalah dengan melihat struktur leher. Tentunya, perlu berkonsultasi dengan dokter umum atau dokter spesialis THT untuk evaluasi serta penatalaksanaan lebih lanjut.
Bila terdapat benjolan di leher tepat di struktur anatomis leher bagian superfisial (permukaan terluar), maka beberapa diagnosis banding yang tepat, seperti: kista sebaseus, abses, kista dermoid. Bila terdapat benjolan di leher tepat di struktur anatomis leher bagian midline (depan), maka beberapa diagnosis banding yang tepat, misalnya kista tiroglosus, pembengkakan tiroid, pembengkakan laring, gangguan limfonodi submental, kista dermoid, kondroma kartilago tiroid.
Pada struktur anatomis leher bagian lateral (samping baik kanan maupun kiri), maka terbagi menjadi dua, yakni segitiga anterior dan segitiga posterior.
Beberapa kemungkinan kelainan atau diagnosis banding benjolan di leher tepat di struktur anatomis leher bagian lateral, tepatnya di segitiga anterior antara lain pembengkakan lobus tiroid, kantung faring (pharyngeal pouch), kista brakial, kelainan kelenjar limfe submandibula, limfadenopati, pembengkakan kelenjar parotid, laringokel. Beberapa kemungkinan kelainan atau diagnosis banding benjolan di leher tepat di struktur anatomis leher bagian lateral, tepatnya di segitiga posterior antara lain limfadenopati, aneurisma arteri karotid, tumor bodi karotid, higroma kistik, cervical rib, torticollis.
Cara lain untuk mendiagnosis penderita benjolan di leher adalah dengan mengetahui usia penderita, riwayat penyakit terdahulu, evaluasi dan observasi kepala dan leher secara menyeluruh, dan menyertainya dengan pemeriksaan penunjang yang sesuai.
Tatalaksana
Penanganan benjolan di leher atau bengkak leher perlu disesuaikan dengan penyebabnya.
Aturan bakunya adalah bila massa di leher bayi atau anak-anak lebih besar daripada bola golf setelah 3-4 minggu observasi atau pemberian antibiotik, maka penyakit yang mendasarinya perlu disingkirkan, yakni limfoma atau sarkoma.
Untuk mengatasi patogen tersering penyebab infeksi kelenjar saliva, S. aureus, dokter merekomendasikan antibiotik spektrum luas, seperti flucloxacillin, cephalexin, clindamycin.
Sebagai tambahan untuk tatalaksana suportif antara lain rehidrasi, analgesik, pijat kelenjar untuk melancarkan aliran saliva. Bila berkembang abses, maka diperlukan prosedur pembedahan (surgical drainage).
Bila hasil pemeriksaan FNAB menunjukkan ke arah kanker tiroid, maka pasien harus segera dirujuk ke dokter spesialis bedah untuk menjalani prosedur operasi total thyroidectomy dan terapi ablasi iodine ajuvan.
Pada pusat layanan kesehatan primer, seperti di Puskesmas, bengkak pada leher atau benjolan di leher paling sering disebabkan oleh kondisi peradangan atau inflamasi yang dapat sembuh dengan sendirinya, umumnya sekitar 2-6 minggu.
Pemberian antibiotik secara empiris disertai dua minggu follow-up merupakan lini pertama penatalaksanaan benjolan di leher.
Benjolan di leher yang disertai penurunan berat badan atau dysphonia (perubahan suara abnormal, serak), dysphagia (sulit atau gangguan menelan), atau dyspnoea (sesak napas, kesulitan bernapas) selama tiga minggu atau lebih sebaiknya perlu segera dirujuk ke rumah sakit atau IGD terdekat untuk penanganan lebih lanjut.
*) Penulis adalah dokter literasi digital, dosen tetap di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah (FK Unismuh), Makassar, serta penulis 20 buku dan lebih dari 333 manuskrip terpublikasi di jurnal nasional-internasional.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2018
Pembengkakan leher sering kali dijumpai di semua kelompok usia, dengan pelbagai penyebab. Mulai dari kongenital hingga didapatkan, dari kista, peradangan, penyakit infektif hingga neoplastik, bisa dijumpai di struktur atau bagian leher yang manapun juga.
Di komunitas dan kehidupan keseharian, peradangan pembuluh limfe seringkali dijumpai, sedangkan di lingkungan rumah sakit pembengkakan tiroid atau goiter seringkali dijumpai.
Pembengkakan leher disebabkan oleh beberapa hal. Penyebab paling sering adalah pembuluh limfe reaktif. Penyebab bakteri, berupa beta haemolytic streptococci, staphylococcus aureus, tuberkulosis, sifilis sekunder.
Penyebab virus, misalnya pelbagai virus penyebab infeksi saluran pernapasan bagian atas, Epstein-Barr virus (EBV), cytomegalovirus (CMV), HIV, virus herpes simpleks.
Penyebab parasit, seperti tengu kepala (pediculosis capitis atau head lice), infeksi jamur, toksoplasmosis.
Penyebab non-infektif, seperti sarkoidosis dan penyakit jaringan konektif. Pada anak-anak, kasus benjolan di leher dapat merupakan manifestasi klinis dari penyakit Kawasaki atau cakaran kucing (cat scratch disease).
Di antara penyebab limfadenopati servikal pada anak yang tidak biasa alias jarang antara lain penyakit Kawasaki, mikobakteriosis tipikal, cat scratch disease.
Adapun beberapa penyebab lain, misalnya kongenital (limfangioma atau higroma kistik, kista dermoid, kista tiroglossus, malformasi vaskuler), gangguan perkembangan (kista brankial, laringokel, kantung faring).
Klasifikasi
Benjolan di leher secara umum dibagi menjadi tiga kategori, yaitu kongenital atau perkembangan (developmental), inflamasi atau peradangan, dan neoplastik atau keganasan.
Benjolan di leher perlu juga diwaspadai sebagai kanker atau tumor. Dalam dunia kedokteran, sering disebut sebagai neoplastik.
Neoplastik atau keganasan terbagi menjadi dua, yaitu benigna (jinak) dan maligna (ganas). Beberapa kasus benjolan leher yang tergolong benigna atau jinak, antara lain gangguan tiroid (nodul koloid, adenoma folikuler, kista sederhana), gangguan saliva atau kelenjar air liur, tumor jaringan konektif (lipoma, fibroma, dan sebagainya).
Beberapa temuan benjolan di leher yang termasuk maligna atau ganas antara lain: limfadenopati primer (limfoma), limfadenopati sekunder, melanoma, adenokarsinoma (di leher bagian atas, dari kelenjar ludah; di fossa supraklavikuler, dari perut).
Diagnosis Banding
Teratoma dapat diobservasi dokter di struktur anatomis leher bagian midline dan di garis lateral.
Pada anak-anak, terutama di usia antara 0-15 tahun, benjolan di leher terbanyak berupa lesi kongenital dan peradangan atau inflamasi.
Meskipun jarang, keganasan dapat pula dijumpai pada anak-anak berupa: limfoma, kanker tiroid, sarkoma jaringan lunak.
Pada dewasa muda, usia sekitar 16-40 tahun, benjolan di leher umumnya berupa peradangan dan keganasan tiroid. Diagnosis bandingnya berupa: adenitis virus (mononukleosis infeksius) atau adenitis bakterial (tonsilitis, faringitis), kanker tiroid papiler.
Di usia lebih dari 40 tahun, benjolan di leher umumnya berupa keganasan hingga terbukti sebaliknya. Diagnosis bandingnya berupa limfadenopati metastasis, limfadenopati primer (limfoma, tiroid), neoplasma primer (tumor kelenjar ludah, kanker tiroid).
Insiden limfadenopati servikal neoplastik meningkat sesuai usia dan sekitar 75% massa (benjolan) di struktur anatomis leher bagian lateral pada pasien berusia lebih dari 40 tahun disebabkan oleh tumor ganas.
Penemuan massa di leher bagian fossa supraklavikuler kiri (disebut juga nodus Virchow) merupakan indikasi keganasan yang telah menyebar (metastatic malignancy) dari infraklavikuler. Penyebaran ini paling sering berasal dari saluran pencernaan bagian atas, paru-paru, sistem pencernaan (usus).
Pemeriksaan Penunjang
Ada berbagai pemeriksaan penunjang yang direkomendasikan dokter untuk menegakkan diagnosis benjolan di leher. Misalnya: hitung darah lengkap, laju endap darah, pemeriksaan serologi virus (Epstein Barr Virus, sitomegalovirus, dan toksoplasmosis), usap tenggorokan (terkadang membantu), tes fungsi tiroid dan ultrasound pada kasus pembesaran tiroid, rontgen dada pada perokok dengan benjolan leher menetap, biopsi aspirasi jarum halus atau Fine Needle Aspiration Biopsy, biasa disingkat FNAB (bermanfaat untuk diagnosis massa di leher), scan radionukleotide (pada kasus curiga massa di kelenjar tiroid dan paratiroid), CT scan (untuk membedakan lesi padat dan kistik).
Secara umum, plain radiographs bermanfaat untuk membedakan massa (benjolan) di leher. Computed tomography (CT) scan leher adalah pemeriksaan yang paling bermanfaat, karena dapat membedakan massa solid dari massa kistik, mengetahui lokasi suatu massa di dalam struktur kelenjar, atau mengidentifikasinya sebagai suatu free nodal lesion, serta membedakan berbagai lesi vaskuler kongenital dari lymph nodal chain.
Ultrasonography (USG) juga membantu membedakan antara massa solid (padat) dan massa kistik atau kista brankial kongenital dan kista thyroglossal dari kelenjar getah bening (lymph nodes) solid, berbagai tumor neurogenik, serta jaringan tiroid ektopik.
Akurasi ultrasound dalam membedakan lesi kistik, solid, dan kompleks berkisar 90% hingga 95%. Magnetic Resonance Imaging (MRI) bermanfaat untuk menilai massa di parafaring dan dasar tulang tengkorak dan untuk menilai kanker primer yang belum diketahui penyebabnya.
Selain itu, MRI juga berguna untuk mengidentifikasi penyakit submukosa pada gambaran T2-weighted, terutama di daerah nasofaring dan di dasar lidah. Penggunaan neck coils mengkoreksi banyak gerakan artifacts yang berkaitan dengan pengalaman penggunaan MRI terdahulu.
Pada kasus benjolan leher yang diduga mengarah ke keganasan (suspected malignancy), pemeriksaan secara general perlu dilakukan, berupa hitung darah lengkap untuk mengetahui diagnosis keganasan hematologis, radiografi dada untuk evaluasi limfoma dan penyakit granulomatous. Untuk lesi di daerah kelenjar air liur (salivary glands), pemeriksaan pencitraan (imaging) yang tepat adalah radionuclide scanning, sialography, dan USG (ultrasonography).
Deteksi Dini
Cara mudah dan cepat untuk mendiagnosis benjolan di leher bagi orang awam adalah dengan melihat struktur leher. Tentunya, perlu berkonsultasi dengan dokter umum atau dokter spesialis THT untuk evaluasi serta penatalaksanaan lebih lanjut.
Bila terdapat benjolan di leher tepat di struktur anatomis leher bagian superfisial (permukaan terluar), maka beberapa diagnosis banding yang tepat, seperti: kista sebaseus, abses, kista dermoid. Bila terdapat benjolan di leher tepat di struktur anatomis leher bagian midline (depan), maka beberapa diagnosis banding yang tepat, misalnya kista tiroglosus, pembengkakan tiroid, pembengkakan laring, gangguan limfonodi submental, kista dermoid, kondroma kartilago tiroid.
Pada struktur anatomis leher bagian lateral (samping baik kanan maupun kiri), maka terbagi menjadi dua, yakni segitiga anterior dan segitiga posterior.
Beberapa kemungkinan kelainan atau diagnosis banding benjolan di leher tepat di struktur anatomis leher bagian lateral, tepatnya di segitiga anterior antara lain pembengkakan lobus tiroid, kantung faring (pharyngeal pouch), kista brakial, kelainan kelenjar limfe submandibula, limfadenopati, pembengkakan kelenjar parotid, laringokel. Beberapa kemungkinan kelainan atau diagnosis banding benjolan di leher tepat di struktur anatomis leher bagian lateral, tepatnya di segitiga posterior antara lain limfadenopati, aneurisma arteri karotid, tumor bodi karotid, higroma kistik, cervical rib, torticollis.
Cara lain untuk mendiagnosis penderita benjolan di leher adalah dengan mengetahui usia penderita, riwayat penyakit terdahulu, evaluasi dan observasi kepala dan leher secara menyeluruh, dan menyertainya dengan pemeriksaan penunjang yang sesuai.
Tatalaksana
Penanganan benjolan di leher atau bengkak leher perlu disesuaikan dengan penyebabnya.
Aturan bakunya adalah bila massa di leher bayi atau anak-anak lebih besar daripada bola golf setelah 3-4 minggu observasi atau pemberian antibiotik, maka penyakit yang mendasarinya perlu disingkirkan, yakni limfoma atau sarkoma.
Untuk mengatasi patogen tersering penyebab infeksi kelenjar saliva, S. aureus, dokter merekomendasikan antibiotik spektrum luas, seperti flucloxacillin, cephalexin, clindamycin.
Sebagai tambahan untuk tatalaksana suportif antara lain rehidrasi, analgesik, pijat kelenjar untuk melancarkan aliran saliva. Bila berkembang abses, maka diperlukan prosedur pembedahan (surgical drainage).
Bila hasil pemeriksaan FNAB menunjukkan ke arah kanker tiroid, maka pasien harus segera dirujuk ke dokter spesialis bedah untuk menjalani prosedur operasi total thyroidectomy dan terapi ablasi iodine ajuvan.
Pada pusat layanan kesehatan primer, seperti di Puskesmas, bengkak pada leher atau benjolan di leher paling sering disebabkan oleh kondisi peradangan atau inflamasi yang dapat sembuh dengan sendirinya, umumnya sekitar 2-6 minggu.
Pemberian antibiotik secara empiris disertai dua minggu follow-up merupakan lini pertama penatalaksanaan benjolan di leher.
Benjolan di leher yang disertai penurunan berat badan atau dysphonia (perubahan suara abnormal, serak), dysphagia (sulit atau gangguan menelan), atau dyspnoea (sesak napas, kesulitan bernapas) selama tiga minggu atau lebih sebaiknya perlu segera dirujuk ke rumah sakit atau IGD terdekat untuk penanganan lebih lanjut.
*) Penulis adalah dokter literasi digital, dosen tetap di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah (FK Unismuh), Makassar, serta penulis 20 buku dan lebih dari 333 manuskrip terpublikasi di jurnal nasional-internasional.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2018