New York (Antaranews Gorontalo) - Harga minyak jatuh ke tingkat terdalam dalam 17 bulan, pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena kekhawatiran atas pelambatan pasar terjebak dalam kelebihan pasokan dan kian melemahnya permintaan, setelah pasar saham mendapat pukulan keras.

Baik minyak mentah AS maupun Brent berjangka telah menghapus lebih dari 35 persen keuntungan dari tertinggi mereka pada Oktober, tertekan oleh aksi jual yang tajam di pasar saham karena investor terus bereaksi terhadap kenaikan suku bunga keempat The Fed tahun ini.

Biaya pinjaman yang lebih tinggi sebesar seperempat poin memicu kekhawatiran atas pertumbuhan ekonomi yang melambat. Ditambah lagi, kekhawatiran tentang kemungkinan penutupan pemerintah AS, juga memperburuk kerugian dalam ekuitas pada Kamis (20/12) sore, dengan Dow Jones Industrial Average jatuh sekitar 500 poin dan penutupan Nasdaq di dekat "bear market".

Presiden AS Donald Trump mengatakan kepada para pemimpin Republik di DPR dalam pertemuan darurat, bahwa dia tidak akan menandatangani RUU pendanaan sementara untuk mempertahankan pemerintah terus operasi dan akan terus meminta uang untuk pembangunan dinding di sepanjang perbatasan AS-Meksiko, Ketua DPR Paul D. Ryan mengatakan di konferensi pers setelah pertemuan.

Namun jalan The Fed yang lebih lambat untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut pada 2019, yang mengisyaratkan mendekati akhir dari siklus pengetatan, telah memberikan sedikit dukungan terhadap ekspektasi para investor.

Stok minyak mentah AS yang menyusut dan kesepakatan pemotongan produksi 1,2 juta barel per hari yang dicapai OPEC dan sekutu-sekutunya, telah memainkan peran terbatas dalam membalikkan kejatuhan harga, karena butuh waktu bagi investor untuk mengamati bagaimana sisi penawaran dan permintaan akan berkembang.

Menurut Xinhua, minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI), untuk pengiriman Januari turun 1,32 dolar AS menjadi menetap di 45,88 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Sementara itu, patokan global minyak mentah Brent, untuk pengiriman Februari jatuh 2,89 dolar AS menjadi ditutup pada 54,35 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Pewarta: Apep Suhendar

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2018