Gorontalo, (ANTARA News) - Permintaan pasar untuk bak (wadah) telur ayam yang terbuat dari kardus bekas di Desa Tambo'o, Kecamatan Tilongkabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo mengalami penurunan.

Penurunan permintaan dipengaruhi oleh semakin banyaknya pabrik pembuatan bak telur lainnya yang tersebar pada beberapa daerah di Gorontalo serta proses pengeringan yang terkendala cuaca.

"Jika permintaan sedang tinggi biasanya dalam satu minggu jumlah bak telur yang terjual bisa hingga 1.000 ikat," jelas Rahmat, salah seorang penanggung jawab di pabrik pembuatan bak telur di Gorontalo, Jumat.

Untuk harga satu ikat bak telur dihargai Rp50 ribu/ikat, yang terdiri atas 71 lembar bak telur pada setiap ikatnya.

Pemanfaatan kardus bekas sebagai bahan utama bak telur tersebut juga membuat banyak warga maupun warung-warung kecil di sekitar pabrik ikut andil dalam peningkatan ekonomi masyarakat dengan menjualkan kardus-kardus yang dikumpulkan mereka ke pabrik.

"Kardus yang digunakan biasa diantarkan sendiri oleh para pengepul ataupun warga disekitar pabrik, dan kami hargai Rp1.000/kg," ujarnya.

Untuk cara pembuatan awalnya kardus dimasukan ke mesin pengaduk kemudian dicampurkan menggunakan air, setelah itu dicetak menggunakan mesin khusus.

"Untuk produksi semua ditentukan dari bagus atau tidaknya cuaca, karena jika cuaca sedang cerah kami bisa memproduksi hingga 100 ikat bak telur," katanya, lagi.

Ia menambahkan bahwa saat ini mereka masih mengirimkan semua hasil produksi ke pedagang telur atapun kandang telur yang tersebar di lima kabupaten dan satu kota di Provinsi Gorontalo.

Pewarta: Adiwinata Solihin

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2019