Forum Nasional (Fornas) Bhineka Tunggal Ika Provinsi Gorontalo, mengutuk aksi teror yang terjadi di Selandia Baru belum lama ini.

"Aksi brutal itu sangat biadab dan tidak berperikemanusiaan, apalagi beberapa korban diantaranya adalah anak usia dini," ujar Samsi Pomalingo, Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Forum Nasional Bhineka Tunggal Ika Provinsi Gorontalo, Senin. 

Pelaku penembakan brutal terhadap jamaah sholat jumat di masjid Al Noor itu, dinilainya tidak mengenal nilai-nilai kemanusiaan sebab penyerangan yang dilakukan sangat keji.

Samsi mengatakan, Selandia Baru "New Zealand" adalah negara yang dikenal sangat aman, penduduknya sangat ramah dan toleran, dimana kebebasan beribadah dijamin serta dilindungi konstitusi.

"Sangat disayangkan negara seaman itu pun harus terusik oleh aksi teror yang menggemparkan dunia," ujarnya.

Ia pribadi sebagai umat beragama serta ketua Fornas Bhineka Tunggal Ika, mengaku sangat berduka cita dan menyampaikan bela sungkawa mendalam kepada seluruh keluarga korban termasuk warga negara Indonesia yang turut menjadi korban.

"Siapapun tidak boleh melakukan tindakan di luar nilai kemanusiaan seperti itu," tambahnya. 

Samsi mengajak seluruh pemangku kepentingan "stake holder", termasuk para pemimpin agama, serta seluruh masyarakat di Indonesia khususnya di Provinsi Gorontalo, untuk tidak terpancing dengan suasana kejadian yang menimpa saudara-saudara kita di Selandia Baru. 

Ia berharap, Indonesia pun menjadi negara terdepan dalam menghalau aksi teror atau memberantas terorisme sampai ke akar-akarnya.

Sebab sangat mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) serta mengancam kondusifitas umat beragama yang sangat rukun dan damai di negara ini, termasuk di Gorontalo.

Sementara itu, warga Gorontalo Utara, Yuyun Basiru, mengaku sangat mendukung gerakan penghapusan konten-konten aksi terorisme yang ada diberbagai aplikasi media sosial.

"Saya pun tidak ingin melihat tayangan-tayangan aksi terorisme tersebut, termasuk berharap tidak ada jejak digital yang tersisa di media sosial," ujarnya.

Ia mengaku khawatir, jika postingan-postingan dalam bentuk gambar apalagi video aksi brutal seperti yang terjadi di Selandia Baru, dapat dengan mudah diakses anak-anak.

Sebab dampaknya sangat buruk terhadap pembentukan karakter serta cara pandang bagi anak usia dini, termasuk remaja millenial.

"Saya berharap, tidak ada lagi postingan bernuansa terorisme yang bisa berdampak buruk terhadap sendi-sendi kehidupan serta berpotensi memunculkan paham radikal di kalangan anak-anak dan para remaja," ujarnya.***2*** 
 

Pewarta: Susanti Sako

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2019