Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo, menargetkan penurunan kasus gangguan reproduksi (gangrep) pada ternak sapi hingga nol persen.

Kepala Seksi Kesehatan Hewan Disnakkeswan Gorontalo Utara Drh Lely Umi Wakhidah di Gorontalo, Rabu, mengatakan  itu artinya tidak akan ada lagi ternak sapi gagal bunting atau "bindela" di daerah itu.

Ia mengatakan mengingat target pemerintah daerah, jumlah ternak sapi dapat sebanding dengan jumlah penduduk atau minimal 100 ribu ekor per tahun.

Jumlah kasus sapi bindela di daerah itu tahun 2017 lalu, mencapai 1.035 ekor, tersebar di 11 kecamatan. Sementara tahun 2018, mencapai 855 ekor dan yang berhasil bunting setelah ditangani, mencapai 600 ekor.

Sisanya kata Lely, terus mengalami gangguan reproduksi, karena tidak terlapor atau terlambat mengawinkan. Tahun 2019 ini pihaknya  berupaya menyisir seluruh kantong-kantong peternakan atau warga pemilik ternak sapi, untuk menanggulangi sapi bindela agar tuntas.
Pemeriksaan gangguan reproduksi (gangrep) untuk ternak sapi bindela oleh Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) Gorontalo Utara. (Antara/Susanti Sako)

Selain intensif melakukan pemeriksaan sekaligus pengobatan, kata dia, pihaknya pun mendorong kesadaran masyarakat pemilik untuk intensif memeriksakan ternak sapi milik mereka, jika terindikasi mengalami gangguan reproduksi.

"Pemeriksaan dan pengobatan dilakukan secara gratis, maka diharapkan tidak ada keengganan bagi peternak untuk tidak memeriksakan sapi miliknya, di setiap pelaksanaan program ini," ujarnya.

Tantangannya, kata Lely, meski diumumkan berulang, serta dipastikan gratis, tetap saja ada masyarakat enggan datang memeriksakan ternak sapi milik mereka, seperti kegiatan yang dipusatkan di Desa Iloheluma Kecamatan Anggrek, masih banyak ternak sapi yang tidak dibawa padahal pemeriksaan dilakukan gratis.

Biasanya, kata dia, penanganan gangguan reproduksi atau sapi bindela bisa mencapai minimal Rp500 ribu per ekor, tergantung jenis penyakitnya, mengingat tindakan penyuntikan hormon memang lumayan mahal.

"Banyak warga pemilik ternak belum mengerti kegunaan program pemeriksaan ini, akibatnya sapi bindela yang tertangani hanya sedikit. Ini tantangan besar untuk kami, seiring upaya meningkatkan populasi ternak sapi di daerah ini," ungkap Lely.
 

Pewarta: Susanti Sako

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2019